ALETTA DIRGANTARA

67.6K 5.8K 154
                                    

.
.
.

"Sayang, selama mama sama papa di Singapura, kamu baik-baik dirumah ya, mama bakal telpon kalau ada waktu luang"

Gadis 13 tahun itu hanya diam, menatap datar sang Ibu yang berbicara tanpa melihat kearahnya karena terlalu fokus memeriksa berkas-berkas diatas meja. Matanya bergulir memandang sang Ayah, pria paruh baya itu daritadi hanya menelpon padahal mereka saat jni berada di meja makan.

"Hari ini ada pertemuan antara wali kelas dan orang tua murid, papa sama mama bisa dateng?"

Tidak ada jawaban, keduanya masih sibuk dengan aktiftasnya masing-masing. Aletta terdiam cukup lama, mencengkram garpu ditangannya.

Mamanya menoleh "Kamu bilang apa sayang?"

Aletta diam cukup lama sebelum tersenyum tipis "Ngga ada kok"

"Sya, kamu udah siap?" Tepat setelah Ayahnya menutup telpon, pria itu langsung mempercepat sarapannya tanpa menoleh pada Aletta.

"Udah kok, mau berangkat sekarang?" Mamanya pun ikut membereskan berkas-berkasnya.

"Yaudah takut telat" Ayahnya berdiri dari kursi, Aletta hanya mengawasi ketika Ayahnya memberikan satu kecupan dipuncak kepalanya yang terkesan terburu-buru lalu berkata "Baik-baik ya dirumah, nurut kata mbak"

"Mama berangkat ya sayang" pamit Mamanya mengecup pipinya.

Tak butuh waktu lama dua orang itu akhirnya pergi meninggalkan Aletta yang masih duduk di meja makan, menatap kosong piring berisikan sarapan paginya.

Dia sudah biasa seperti ini. Orang tuanya selalu sibuk dengan kerjaan hingga tak sempat untuk memberikan kasih sayang untuknya. Setiap Aletta bertanya mengapa mereka begitu gila kerja jawabannya pasti sama.

'untuk kebahagiaan kamu Aletta'

Untuk kebahagiaan Aletta tapi kenyataannya Aletta tidak bahagia meski mereka punya banyak uang. Di umurnya yang sekarang, Aletta butuh support dari kedua orang tuanya. Aletta tidak punya saudara yang bisa diajak bertukar pikiran, berbagi cerita dan menghabiskan waktu bersama disaat Aletta butuh hiburan.

Itu sebabnya dia sangat berharap orang tuanya bisa memberikan sedikit saja waktu mereka untuk Aletta, tapi sepertinya semua itu sangat mustahil mengingat keberadaan mereka dirumah saja kadang tidak lebih dari dua jam.

"Kamu yang sabar ya sayang, Tuhan lebih sayang mereka. Kamu ga sendiri kok, banyak yang sayang sama kamu jadi jangan pernah merasa sendiri" itu adalah kata-kata hiburan pertama yang Aletta dapat dari Tantenya tepat di hari pemakaman orang tuanya.

Aletta tidak menangis. Entahlah, kalau boleh jujur dia tidak merasa sedih atau kehilangan sedikit pun, mungkin karena dia memang sudah terbiasa tanpa keduanya yang jarang pulang kerumah, jadi rasanya sama saja.

"Ciee jadi anak yatim"

"Hahaha makanya jadi anak tuh yang berguna, pasti capek banget ngurusin anak kayak lo makanya orang tua lu lebih milih mati"

"Cantik doang tapi kosong"

"Eh masa sih cantik, cantikan gue ah. Suram gitu dibilang cantik aneh deh kalian hahaha"

Aletta tidak ingat apa yang terjadi hari itu, saat sadar dia sudah melihat 3 orang teman sekolahnya terkapar di tanah dengan luka parah. Sejak kejadian itu pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Aletta dari sekolah.

Sekali lagi Aletta tidak ambil pusing, dia berakhir dengan menjalani home schooling. Semuanya terasa begitu kosong, Aletta tidak punya tujuan hidup, rumahnya pun sudah tak lagi seperti dulu, pembantu dan pengasuhnya memilih mengundurkan diri karena lelah dengan Aletta yang semakin hari semakin tidak terkendali.

REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STORY KE-1]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang