Tuan besar Kim masuk kedalam pusat perbelanjaan, bibir nya terus tersenyum lebar ketika melihat anak kecil itu berlarian senang, sementara dua ajudan tuan besar Kim, sibuk menjaga anak tersebut.
"Kau lihat itu? Anak Seokjin begitu gembira...aku semakin yakin jika dia tidak pernah pergi ketempat seperti ini sebelumnya" ucap pria tua itu pelan sambil melangkah mengikuti anak tersebut.
"Selamat datang tuan besar" ucap staf pusat perbelanjaan ketika berpapasan dengan nya
Tuan besar Kim mengisyaratkan pria itu untuk tidak bersikap formal di hadapan Jungwoon.
Jungwoon berlari melihat sebuah mobil-mobilan yang mirip dengan milik Jun,
"Itu bukankah sama dengan punya Jun? Iya benar mirip sekali" ucap anak itu senang.
Tuan besar Kim mendekat, lalu menatap kearah anak tersebut.
"Kenapa? Bukankah kau menginginkan nya...ambil untuk mu" ucap pria paruh baya itu tersenyum lebar.
Jungwoon menggelengkan kepalanya, dia menggigit bibir bawahnya sambil tertunduk.
"Harganya cukup mahal" pungkas anak tersebut.
Tuan besar Kim tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan anak itu, dia mengusap kepala putra Seokjin dan membungkuk kan tubuhnya agar menyamai posisi tubuhnya dengan Jungwoon.
"Dengar, pusat perbelanjaan ini adalah milikku..kau boleh ambil apapun yang kau suka dan beli yang kau inginkan, termasuk baju juga sendal baru yang bagus" ucap nya.
Anak itu tertawa lebar lalu berjingkrak senang,
"Pergilah bersama paman Huang, dia akan membawa mu ketempat yang kau inginkan, beli apapun yang kau mau tanpa harus memikirkan harga...hari ini adalah milikmu, " ujarnya sambil duduk di bangku kayu yang disediakan pusat perbelanjaan tersebut.
Anak itu mengerutkan keningnya, itu menatap lirih wajah tuan besar Kim.
"Tapi aku takut jika ayah marah, dia akan menanyakan tentang barang-barang tersebut, selama ini ayah tidak boleh membiarkan kami menerima barang apapun dari orang lain" ujar anak itu.
Tuan besar Kim menoleh kearah ajudan pribadi nya, lalu kembali menatap kearah Jungwoon.
"Kemarilah" ucap tuan besar Kim sambil memangku anak itu
"Katakan pada kakek, apa yang terjadi pada ibumu, Kenapa dia tampak takut jika mengenai ayah mu dan kau pun seperti itu" tanya nya pelan.
Anak kecil itu terdiam, dia memainkan jari nya sambil tertunduk.
"Aku tidak akan bercerita mengenai hal ini pada siapapun, janji.." pungkasnya.
Jungwoon menoleh kearah tuan besar Kim dan menghela nafas panjang.
"Ayah ku orang yang baik, hanya saja sedikit pemarah...dia tidak suka jika ibu mengangkat pandangan nya pada pria lain, selain ayah ku..jika ibu melakukan hal itu maka dia akan memarahi ibu dan berakhir dengan luka di tubuhnya, aku kasian pada ibuku kakek.." ucap nya dengan bibir bergetar.
"Lalu kau? Apa dia memukul mu?" Tanya nya.
Jungwoon menggelengkan kepalanya,
"Ibu selalu memintaku untuk bersembunyi di kolong meja jika ayah sedang marah," jawab anak itu pelan.
Tuan besar Kim memeluk anak itu erat, usianya masih sangat kecil tapi dia sudah melihat kedua orang tua nya bertengkar.
Pria paruh baya itu tersenyum lebar dan menatap dalam-dalam wajah jungwoon yang memilik mata bulat juga bibir plum seperti Seokjin.
"Sebagai hadiah atas kesabaran mu maka kakek memperbolehkan mu membeli apapun yang kau suka, dan jika ayah mu marah karena hal ini, maka aku yang akan menghadapi nya" ucap nya sambil membantu Jungwoon untuk berdiri.
Pak Huang menggandeng tangan anak tersebut lalu membawanya pergi berbelanja.
Mata tuan besar Kim menoleh kearah asisten pribadi nya dan menghela nafas panjang.
"Kau dengar itu? Pantas saja matanya tersirat ketakutan. Ternyata putra nyonya Min tidak sebaik yang ku kira, semula dia membohongi ku atas sikap Seokjin di sekolah." Ujar nya.
Asisten pribadi tuan besar Kim ikut menghela nafas panjang, dia pun mendengarkan apa yang tuan besarnya katakan.
"Anak itu tidak bersalah tuan, dia adalah cucu sulung mu dari tuan muda, hidupnya benar-benar berat di usianya yang masih kecil"sahut sang asisten.
"Aku kasihan pada perempuan itu, tapi bagaimana aku harus bersikap pada putra nyonya Min? Sementara aku menginginkan jika Seokjin menikah dengan Wendy, Bagaimana menurut mu Hoseok? Aku bingung" ucap nya tertunduk.
Hoseok menatap kearah tuan nya sambil mengusap bahu nya lembut.
_______
"Aku pulang" ucap yoongi sambil duduk dan menuang air di atas meja.
Hara keluar dari dapur.
"Oh kau sudah pulang," ucap nya tersenyum.
Mata hara melotot saat melihat sudut bibirnya berdarah.
"Kau kenapa? Sudut bibir mu berdarah, biar ku beri obat" ujar Hara sambil meraih kotak p3k
Yoongi terdiam saat melihat Hara membersihkan luka nya dari jarak yang begitu dekat.
"Kau cantik" ucap nya.
Hara tertawa kecil lalu memberikan sedikit salep kemudian merapihkan kotak p3k kedalam laci setelah memberikan obat pada luka Yoongi.
"Apa yang terjadi? Kau terluka karena bertengkar dengan teman kerja mu" tanya Hara.
Yoongi mengangguk.
"Hanya kesalahpahaman.. ngomong-ngomong kemana Jungwoon,aku tidak melihat nyacdi depan, biasanya anak itu sibuk bermain" ujar nya
Hara menghela nafas panjang, dia bingung bagaimana caranya mengatakan ada yoongi jika Jungwoon pergi bersama dengan tuan besar Kim.
"Hara..aku bertanya padamu" tegas nya
Hara berbalik lalu menelan ludahnya kasar.
"Dia-dia, eumm."
"Katakan Hara, kau membuat ku penasaran" geram yoongi.
"Jungwoon pergi dengan tuan besar Kim, tadi dia datang menemui ku.. maafkan aku" ucap nya tertunduk.
Yoongi membelalakan matanya sempurna, dia melemparkan gelas kearah tembok hingga hancur berantakan dan membuat hara berteriak kaget
"Kenapa kau biarkan dia membawa jungwoon?" Teriak yoongi kesal.
Hara menatap kearah yoongi dan menangis,
"Aku tidak tega melihat jungwoon yang ingin sekali naik mobil mewah milik tuan besar Kim, aku kasian pada nya," Isak Hara.
"Hanya karena hal itu?" Teriak nya kesal
Yoongi mengepalkan tangannya keras, dia hendak memukul kearah Hara namun di urungkan nya,
Yoongi masuk kedalam kamar dan menutup pintu nya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA RAHASIA PRESDIR KIM
Fanfictionbacaan dewasa ++ mempermainkan perasaan seorang gadis yang begitu mencintai nya ketika sekolah adalah hal yang paling seokjin sukai. terlahir dengan wajah tampan dan juga memiliki kekayaan, membuat nya kerapkali gelap mata. hingga suatu hari, dia me...