Chapter 14

4.7K 559 7
                                    

© Skylopersian
Écarlates | 01.03.2022













Jeno tiba di rumah, ia melihat Renjun duduk di ruang tamu. Pria manis itu terlihat melamun, wajahnya sangat murung. Biasanya Renjun menyambutnya dengan ceria saat ia pulang kerja.

Pria manis itu akan memasak makan malam untuk mereka berdua, tapi hari ini Renjun terlihat murung. Bahkan ia tidak menyadari jika pria tampan itu telah kembali ke rumah. Jeno tidak tahu apa yang terjadi atau apa yang membuat ia seperti itu, tetapi ia harus berbicara dengan Renjun nanti.

Keduanya sekarang berada di kamar. Mereka berdua sedang membaca buku, sesekali Jeno mendengar pria manis itu mendesah gusar.

Biasanya pria manis itu akan banyak bicara tentang keseharinya dan bahkan menanyakan keseharian Jeno. Mereka biasanya akan tertawa sambil berpelukan. 

"Hah.."

"Itu sudah yang ke-30 kalinya kamu menghela nafas sayang" ucap Jeno.

"Hmm.." Renjun menanggapinya dengan anggukan lemah. 

"Ada apa sayang?" tanya pria tampan itu.

"Tidak apa-apa Jen" jawab Renjun.

"Pasti ada sesuatu, kamu terlihat murung sejak aku kembali ke rumah. Kamu kenapa, hmm?" tanya Jeno serius.

Wajah pria tampan itu terlihat sangat khawatir sekaligus bingung. Renjun menatap wajah Jeno lalu menggeleng lemah.

"A-Aku tidak enak badan, itu saja.."

"Kamu yakin sayang?"

"Iya Jen, aku hanya merasa lemas"

Jeno tahu ada sesuatu yang Renjun sembunyikan darinya dan ia akan mencari tahu alasannya.

"Sayang, kamu boleh marah sepuasnya denganku. Tapi jangan sembunyikan apapun dariku, aku Matemu sayang. Sudah tugasku untuk selalu ada di sampingmu" ucap Jeno lembut.

Pria tampan itu mencium dahi Renjun, ia merasa jika pria manis itu sedang menanggung beban yang sangat berat. Renjun menyembunyikan wajahnya di dada Jeno, pria tampan itu memeluknya sesekali mengusap pelan rambut Renjun.

"Aku merasa sangat bersalah Jen" lirih Renjun.

"Ada apa sayang?" gumam Jeno pelan.

Pria tampan itu merasa tubuh Renjun bergetar, pria manis itu mulai terisak. Jeno mengeratkan pelukannya dan mencium dahi Renjun agar ia merasa tenang.

"Sesuatu yang mengerikan terjadi di kawanan lamaku Jen" Renjun terisak semakin keras.

"Hey sayang, sshhh.. Pelan-pelan saja ceritanya, aku disini sayang" ucap Jeno menenangkannya. 

"Mereka–"

"Mereka kenapa sayang?"

"Mereka membunuh seluruh Omega yang ada disana Jen hiks.."

Kedua mata Jeno melebar, tubuhnya menegang. Darah pria tampan itu mendidih, raut wajahnya menahan amarah. Jeno terkejut saat mendengar cerita Renjun.

'Bagaimana bisa mereka tanpa ampun membunuh seluruh Omega mereka? Apa yang telah mereka lakukan sungguh sangat kejam!' batin Jeno geram.

"Siapa yang memberitahumu, lalu mengapa mereka membuhnya?!"

"Jungwoo hyung memberitahuku Jen–" raut wajah Renjun terlihat sangat pucat. "Itu semua salahku Jen, hiks.. J-jika saja aku tidak melarikan diri, mereka semua pasti selamat dan masih hidup!" lanjut Renjun, ia menangis dengan keras.

Pria manis itu memeluk Jeno dengan sangat erat, ia sungguh merasa tertekan dan merasa bersalah. Hati Jeno terasa sangat sakit melihat keadaan Mate nya yang seperti ini.

"Sayang, ini bukan salah siapa-siapa oke? Ini juga bukan salahmu" Jeno mengusap pelan punggung Renjun, pria manis itu masih menangis.

'Oh Moon Goddess, kenapa pasanganku yang harus disalahkan. Ini bukan salahnya, Renjun hanya ingin hidup bebas' batin Jeno sedih.

'Jen, kau harus kuat demi Renjun dan Akaela. Mereka berdua adalah Mate kita, kita harus tetap melindungi dan mencintainya' ucap Xaverius.

'Ya. Kamu benar, kita harus kuat dan melindungi mereka'





-_-_-_-_-_- Ecarlates -_-_-_-_-_-




Renjun masih memeluk Jeno, sesekali masih terisak di pelukan pria tampan itu. Sedangkan Jeno hanya diam mendengarkan tangisan Renjun. Ia merasa sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

Jeno dan Xaverius merasa hatinya sakit mendengar Renjun menangis dan Akaela yang merintih. Tetapi yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu pria manis itu berhenti menangis. 

Tak lama kemudian Renjun berhenti menangis, ia mendongakkan kepalanya melihat ke arah pria tampan itu. Jeno bisa melihat jika kedua mata Renjun terlihat sembab dan bengkak.

Pria tampan itu merasa bahwa wajah Renjun terlihat sangat lucu saat ini. Kedua matanya yang sembab dan hidungnya merah. Ia ingin tertawa sekarang, tetapi ia takut diamuk oleh Renjun jika ia ketahuan menertawakan pria manis itu.

"Tenanglah sayang, segala sesuatu yang telah terjadi pasti ada alasannya" ucap Jeno sambil membelai rambut Renjun.

Pria tampan itu dengan pelan menidurkan tubuh mereka berdua, berbaring di tempat tidur dengan posisi saling berhadapan. Jeno memberinya senyum lembut dan mengecup bibirnya.

"Terima kasih Jen.." ucap Renjun.

"Sama-sama sayang, itu sudah menjadi tugasku untuk selalu melindungimu dan selalu berada di sisimu"

"Hmm.." gumam Renjun.

"Baiklah, sekarang waktunya kita untuk istirahat" ucap Jeno.

Pria tampan itu memberinya senyum lembut dan mengecup bibirnya, lalu mengucapkan selamat malam dan tidur sambil memeluknya. Tak lama kemudian keduanya sudah tertidur.






















Dont forget vote & comment.

Écarlates [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang