(2) Gadis Misterius

2.1K 235 7
                                    

2 TAHUN YANG LALU . . .

Alunan instrumental musik jazz mengisi segala aktivitas yang terjadi di sebuah coffee shop bergaya klasik-minimalis dengan dua lantai. Bangunan yang didominasi kaca tersebut menjadi tempat segelintir para kaula muda ibukota untuk berbincang atau sekedar melepas penat dengan sajian aneka kopi dan berbagai menu makanan dan cemilannya. Beberapa barista sekaligus pramusaji nampak berlalu lalang dengan seragam khasnya disertai topi coklat.

Seorang gadis yang mengenakan seragam yang sama terlihat menarik sebuah kursi kosong dan duduk disana seraya menyaksikan pemandangan muda-mudi di sekelilingnya yang tengah asik mengobrol dengan teman-teman sebaya mereka. Mungkin kebanyakan seumuran dengan gadis itu. Di saat mereka semua bisa menikmati masa-masa muda dengan pilihan mereka masing-masing, gadis itu harus berlapang dada menertawai nasibnya yang tak punya pilihan lain selain harus bekerja di luar waktu kuliahnya.

Ia menopang kedua tangannya di atas meja, lalu meletakkan dagunya disana. Seringkali ia merasa hidup tidak adil. Di saat sebagian orang bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah, ia justru harus berusaha keras bahkan hingga berpuluh-puluh kali lipat. Namun, dalam kondisi seperti itu siapa yang bisa ia salahkan? Ya, hanya dirinya sendiri.

"Hey, ngelamun aja." Tegur seorang pria yang tiba-tiba datang dan ikut duduk disana. Gadis itu bangun dan sedikit memperbaiki topinya.

"Sorry, Niel." Tutur gadis itu pada pria berkaos oblong tersebut.

"It's okay, santai. Kenapa? Ada masalah lagi?" Tanya pria bernama Daniel tersebut.

"Oh, gak. Gak apa-apa. Cuma rada kecapekan saja dikit."

"Kalau capek istirahat, Andin. Loe jangan kebiasaan maksain fisik yang sudah lelah, yang ada nanti loe malah sakit."

"Nggak lah, kan sudah biasa gue." Sahut Andin dengan tersenyum lebar. Daniel menatap gadis itu serius, berusaha mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Meski Andin berusaha menyembunyikan, Daniel tahu jika temannya tersebut sedang menghadapi masalah.

"Andin, loe kalau ada masalah cerita sama gue. Siapa tahu gue bisa bantu."

"Daniel, loe gak usah khawatir. Gue baik-baik saja. Namanya juga hidup, pasti selalu ada masalah kan?" Ucap Andin membuat Daniel terkekeh.

"Gue kayaknya cuma perlu satu deh..."

"Apa?"

"Bisa nggak ya, pangeran tiba-tiba datang di hidup gue, terus dia bawa gue ke istananya dimana disana kami hidup bahagia forever after, kayak nasibnya Cinderella gitu. Setelah pangeran dan Cinderella menikah, loe gak pernah kan denger mereka punya masalah? Misalnya pangeran yang tiba-tiba melakukan KDRT atau selingkuh dari Cinderella? Atau Cinderella yang tiba-tiba sibuk berkarir sampai lupa sama pangerannya?" Celoteh Andin membuat perut Daniel tergelitik dan akhirnya ia tertawa.

"Bisa-bisanya loe mikir sampai situ ya? Hahaa..."

//Tling ting!!//

Bel pintu coffee shop berbunyi, pertanda customer baru datang lagi. Andin dan Daniel reflek sama-sama menoleh ke arah pintu kaca yang terbuka dan menampakkan dua orang lelaki yang berpenampilan hampir senada, namun yang satu formal dengan kemeja serta jas, sedangkan yang satu terlihat lebih kasual dengan kaos hitam polos yang nampang matching dengan celana kain abu gelap. Salah satunya terlihat berumur kepala empat, sedangkan lelaki yang satunya jauh lebih muda.

"Om Damar?" Daniel bergumam. Andin memperhatikan Daniel yang sepertinya mengenal customer mereka yang baru datang itu. Ia pun berinisiatif untuk pergi, kembali ke pekerjaannya.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang