(26) Ruangan Rahasia

1.7K 280 38
                                    

Ohayyouu, readers!

Mau UP part baru nihh, ada yang nungguin? wkwk

Tumben nih cepet Up-nya, thor? Iya nih lagi gabut, orang-orang lagi pada sibuk persiapan 17 agustusan, tapi akunya ngurung diri di ruangan doang haha dasar si introvert! Mumpung lagi longgar, jadi bisa lanjut nulis, mwehehee.

______________________

Andin memperhatikan sikap Aldebaran yang agak berbeda sejak beberapa saat yang lalu. Sejak ia mengetahui Andin mendapat kiriman bunga misterius itu, Aldebaran lebih sering melemparkan tatapan dingin padanya, meskipun sesekali tetap disertai senyuman. Andin rasa, Aldebaran memang merasa tidak nyaman dengan bunga yang tidak tahu asal-usulnya itu. Andin pikir, ia harus segera mencari tahu siapa pengirim buket tersebut supaya semuanya clear, dan Aldebaran tidak lagi memendam rasa cemburunya.

"Mama kamu bagaimana kabarnya, Ndin?" Tanya Rossa sambil mengambilkan potongan lauk ke piring gadis itu yang sebelumnya sudah terisi nasi.

"Mama juga baik kok, tante."

"Lagi sibuk banget ya dia? Beberapa kali tante ke rumah kamu, mama kamu nggak ada."

"Iya sih kayaknya, tan. Mama lagi ada projek film di salah satu ph besar. Akhir-akhir ini juga sering lembur soalnya." Jawab Andin membuat Rossa mengangguk mengerti.

"Tante tuh ingin sekali ngobrol banyak sama mama kamu."

"Aku kasih kontak mama saja gimana, tan? Nanti biar tante sama mama janjian dulu aja kalau mau ngobrol-ngobrol." Usul Andin membuat Rossa menepuk jidatnya, pelan.

"Good idea. Kenapa tante nggak kepikiran dari kemarin ya." Celetuk Rossa membuat Andin terkekeh.

"Nanti kamu kirim ke tante, ya."

"Oke, tante."

Diam-diam Aldebaran memperhatikan dua perempuan yang asyik mengobrol itu sembari menikmati makan siangnya. Andin pun menyadari bahwa Aldebaran sejak tadi sering memperhatikan mereka. Begitu pula dengan Rossa, wanita itu heran melihat Aldebaran yang hanya diam, tak seperti biasanya.

"Kamu kok diam saja, Al?" Tanya Rossa, membuat Aldebaran menjeda suapannya. Itu juga turut menghentikan pergerakan sang papa.

"Kan lagi makan, Ma. Nanti saja ngomongnya." Jawab Aldebaran.

"Biasanya juga tetap ngomong biarpun lagi makan." Ejek sang mama, membuat Aldebaran hanya bisa diam tak berkutik.

"Kamu tahu, Andin? Meja makan ini selalu rusuh kalau Al sama Roy ngumpul. Ada saja yang bikin mereka berdebat. Sekarang saja tumben jadi membisu begini." Ujar Rossa, namun Aldebaran seolah tak ingin menghiraukan.

"Lagi jaga image di depan calon istri lah, Ma." Ledek Damar membuat kedua perempuan itu tertawa. Sementara Aldebaran tetap tampak datar saja.

"Sejak kapan seorang Aldebaran jaga image? Dia kan memang seperti itu, Pa." Ujar Rossa yang kemudian mendapat lirikan putranya tersebut.

Merasa ada yang aneh pada sikap putranya itu, ditambah dengan sikap Andin yang juga tidak kunjung memulai pembicaraan dengan Aldebaran, membuat Rossa merasa ada yang janggal.

"Kalian lagi berantem, ya?" Tebak Rossa, membuat Aldebaran dan Andin secara kompak saling menatap.

"Nggak ada yang berantem, Ma." Jawab Aldebaran.

"Masa? Tapi kalian kok diam-diaman begini?"

"Nggak kok, tante. Kami nggak berantem. Cuman..." Andin kembali menatap Aldebaran sesaat lalu melanjutkan kalimatnya.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang