Sudah hampir satu jam menyambangi beberapa unit perbelanjaan di mall tersebut, Andin dan sang mama sudah menenteng beberapa paper bag dari ukuran kecil hingga ukuran paling besar, hasil belanjaan sang mama. Kini saatnya Susan mengajak Andin untuk mendatangi sebuah mini resto di mall tersebut, sekaligus menemui Rossa dan Aldebaran yang mana Andin tidak mengetahui akan hal itu.
"Kenapa nggak makan siang di rumah saja, Ma? Baskara kasihan makan sendirian di rumah." Kata Andin saat mereka sedang berjalan menuju sebuah tempat makan.
"Ini sudah hampir jam 2, Andin. Kalau kita makan di rumah, sudah terlewat jam makan siang. Belum lagi nanti macet di jalan. Apalagi kamu baru saja selesai operasi, jangan sampai telat makannya." Ujar Susan membuat Andin mengangguk, mengerti.
"Andin?" Panggil seseorang membuat Andin dan sang mama menoleh.
"Daniel?"
Daniel tersenyum lebar saat tak sengaja berpapasan dengan sahabatnya. Pria yang berkalungkan sebuah kamera besar di lehernya itu sepertinya baru selesai makan juga dari tempat makan tersebut.
"Halo, tante." Sapa Daniel pada Susan.
"Halo, Daniel. Kamu disini juga?" Balas Susan.
"Iya, tante. Aku ada kerjaan pemotretan di bawah. Tante sama Andin lagi belanja banyak ini kayaknya." Tukas Daniel, bercanda, membuat Susan tertawa kecil.
"Iya. Andin lagi bantuin tante belanja keperluan buat make over ruang kerja. Jadi perlu banyak belanja."
"Tumben banget ada klien yang mau ngasih job ke lo. Lo manipulasi CV lo, ya?" Ledek Andin dengan menyipitkan matanya.
"Dih, enak aja. Lo nggak tahu saja bakat fotografi gue sehebat apa. Lo sih nggak pernah mau jadi model gue."
"Ya mana mau lah kalau gratisan. Enak di elo doang." Sahut Andin, membuat Daniel tertawa.
"Sama sahabat sendiri perhitungan banget." Gumam Daniel, terkekeh.
"Ini kalian mau kemana? Mau aku bantuin nggak bawa belanjaannya? Kayaknya banyak banget." Tawar Daniel.
"Nggak usah, Daniel. Tante sama Andin bisa bawa sendiri kok. Lagi pula kita cuma jalan dikit lagi, mau makan dulu soalnya." Tolak Susan dengan halus.
"Biarin saja, Ma, dia mau bantu. Lumayan ringanin bawaan mama itu." Timpal Andin. Daniel tersenyum lebar mendengar jawaban Andin. Pria itu dengan sigap mengambil beberapa paper bag yang sebelumnya dibawa oleh Susan, dan sebagiannya dibawa oleh Andin.
"Sudah, biar kubantu, tante. Kalian mau makan disitu, kan? Ayo!" Ucap Daniel dengan senang hati.
Setelah berjalan memasuki area mini resto yang dimaksud, Susan yang berjalan lebih dulu tampak mengedarkan pandangannya ke beberapa sudut, sampai ia menemukan posisi orang yang ia cari. Rossa tampak melambaikan tangannya membuat Susan tersenyum dan menyambut lambaian tangan tersebut.
Andin termangu saat melihat pada arah yang sama, dimana disana terdapat Rossa dan Aldebaran yang sudah duduk lebih dulu. Aldebaran pun menunjukkan reaksi kekagetannya saat melihat Andin datang bersama sang mama, ditambah lagi ada Daniel bersama mereka.
"Itu ada Al dan mamanya. Kita gabung disana, ya." Kata Susan, seolah tidak tahu-menahu perihal hubungan putrinya dengan Aldebaran.
"Ma, kita cari resto lain saja, yuk." Sahut Andin agak berbisik dengan sedikit panik.
"Loh, kenapa? Kita sudah sampai disini, capek kalau harus keliling lagi, Andin. Lagipula ada Al disana, harusnya senang dong sekalian kita makan siang sama-sama. Ayo." Ajak Susan membuat Andin bingung harus menjelaskan seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever After
FanfictionSeperti langit dan bumi. Nasib Andin dan Aldebaran memang teramat jauh berbeda. Di saat Andin tertatih berjuang untuk terus hidup di antara luka di sekujur hatinya, di sisi lain Aldebaran sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Ironis. Namun bagi mer...