(43) Hati ke Hati

1.4K 273 17
                                    

Tak lama berselang setelah Aldebaran membersihkan dirinya dan telah mengganti pakaiannya, pria itu turun dari tangga menuju ruang makan. Disana ia melihat Andin tampak sedang mengobrol hangat dengan mamanya.

"Ngobrolin apa?" Tegur Aldebaran saat menghampiri keduanya.

"Sudah selesai, Al? Ini mama lagi kepo saja sama kegiatannya Andin dari dulu sampai sekarang." Jawab Rossa sambil beralih tempat duduk dan mengisyaratkan agar Aldebaran duduk pada bangkunya semula, pada kursi di tengah-tengah mereka.

"Mama kepo aja deh." Celetuk Aldebaran sambil duduk pada kursi yang disediakan.

"Memangnya nggak boleh mama kepo sama calon menantu mama sendiri?" Balas Rossa dengan ledekannya membuat Aldebaran sontak melirik kekasihnya. Andin hanya tersenyum sembari sibuk memilah-milih sesuatu pada kotak obat di hadapannya.

"Nih, mama sudah hangatkan lauk yang Andin kasih ke kita tadi, sesuai permintaan kamu. Ada daging rendang sama ayam serundeng." Aldebaran memandang beberapa piring di hadapannya yang sudah tersedia bersama nasi.

"Terima kasih, Ma." Ucap Aldebaran.

"Sama-sama, sayang." Balas Rossa.

"Andin, terima kasih juga, ya, sudah masak banyak terus repot-repot antar kesini." Aldebaran beralih menatap Andin yang sedang melihatnya dengan tatapan teduh.

"Iya, Mas. Aku senang melakukannya."

"Mau mama suapin?" Tawar Rossa sambil mengambilkan lauk ke dalam piring nasi putranya.

"Apaan sih, Ma. Aku bisa sendiri." Jawab Aldebaran dengan mengerling pada sang mama, seolah memperingatkan bahwa ada kekasihnya disana.

"Ohh, malu sama calon istri?" Rossa tertawa renyah, membuat Aldebaran salah tingkah. Melihat hal itu membuat Andin ikut tertawa.

"Atau mau aku yang suapin?" Kali ini giliran Andin yang menawarkan diri.

"Tuh, ditawarin." Celetuk Rossa.

"Saya bisa sendiri." Ujar Aldebaran, mulai menggerakkan sendok dan garpunya pada piring nasi yang sudah bercampur dengan lauk-pauknya.

"Yasudah, Andin, tante tinggal kalian berdua dulu nggak papa, ya." Ijin Rossa.

"Oh, iya, nggak papa, tante."

"Al, mama ke atas dulu, ya. Mau mengecek Roy dulu, tadi dia baru pulang."

"Iya, Ma." Sahut Aldebaran sambil mengunyah makanannya.

Sepeninggal Rossa, suasana ruang makan itu menjadi hening. Hanya ada suara sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring milik Aldebaran. Di saat Aldebaran menikmati makan malamnya, Andin hanya memandangi pria di depannya itu dengan tatapan setengah kosong. Setelah beberapa suapan, Aldebaran baru menyadarinya.

"Kenapa?" Aldebaran bertanya dan menjeda suapannya. Andin terasadar dan hanya tersenyum simpul.

"Kamu lagi mikirin apa?"

"Nggak ada." Jawab Andin, seadanya. Aldebaran melempar tatapan menyelidik pada gadis itu karena ia yakin pasti ada sesuatu yang mengganjal pikiran Andin.

"Nggak, Mas. Aku dari tadi cuma ngeliatin kamu aja. Luka kamu banyak banget." Entah itu kenyataannya atau hanya sekedar alibi Andin saja, namun sepertinya Aldebaran percaya. Terlebih saat Andin tiba-tiba meraih tangannya yang membuat ia refleks melepas sendok makannya.

"Ini memar." Kata Andin, memandangi pergelangan tangan pria itu yang terdapat lebam ungu kebiruan.

"Nggak papa ini."

"Sakit nggak?" Tanya Andin sambil menyentuh memar itu dengan sedikit menekannya.

"Aww! Sakit." Aldebaran kesakitan.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang