Andin mengayuh sepedanya membawanya meninggalkan Rossa yang menatap kepergian gadis itu dengan tersenyum manis.
"Sweet girl." Gumam Rossa, kagum.
//Tinnn Tinn!!//
Rossa sedikit kaget begitu mendengar klakson mobil yang tiba-tiba berhenti tepat di depannya. Ia menggelengkan kepala tampak maklum saat menyadari siapa yang keluar dari dalam mobil tersebut.
"Mama ngapain di luaran seperti ini?" Tanya seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobil bagian kemudi diikuti oleh pria satu lagi yang terlihat lebih tua.
"Sudah pulang kalian?" Rossa tersenyum manis menyambut kedatangan dua laki-laki itu yang tak lain adalah sang suami dan putra sulungnya.
"Mama ikut bantu-bantu menurunkan barang?" Giliran sang suami yang bertanya.
"Ya bantu-bantu sedikit lah, Pa."
"Ya ampun, mama ngapain sih repot-repot. Kan aku sudah sewa orang-orang buat angkat barang-barang ini." Protes sang putra yang bernama Aldebaran.
"It's okay, my son. Mama senang melakukannya."
"Tapi kan ini barang-barang berat semua, ma. Kalau mama kenapa-kenapa bagaimana?"
"Kamu seperti tidak tahu mamamu saja, Al. Susah dikasih tahu." Timpal sang papa, membuat istrinya itu tertawa ringan.
"Ini kenapa kamu ganti baju? Tumben pakai sweater?" Tanya Rossa pada Aldebaran, tampak keheranan sebab cuaca hari itu seharian cerah dan panas, tidak dingin sama sekali. Aldebaran melihat sweater yang ia kenakan, lantas terkekeh.
"Biar aku ceritakan di dalam saja ya, Ma. Masuk yuk."
"Oke." Ujar Rossa masih terlihat kebingungan.
_________________________________________
"Poppy! Where are you?!"
Andin meletakkan kembali segelas air putih yang baru saja ia minum. Ia lantas keluar dari dapur rumahnya, dan tampak mengamati kesana kemari, seperti mencari keberadaan sesuatu. Sesaat kemudian, gemerincing halus terdengar bersamaan dengan berlarinya seekor kucing jenis persia menghampiri Andin dan bergelayut manja di kaki gadis itu. Andin segera menggendong kucing yang ia panggil "Poppy" tersebut.
"Sudah makan belum, hem?" Andin bertanya seolah kucing tersebut bisa memberikan jawaban.
"Sudah mama kasih makan tadi." Sang mama tiba-tiba menyahut saat melewatinya menuju dapur. Andin terdiam sesaat, lalu diam-diam tersenyum simpul.
"Makasih, Ma." Ucap Andin.
"Iya. Kamu sendiri sudah makan?" Pertanyaan dari sang mama membuat Andin tercenung. Jarang sekali mamanya menanyakan hal yang demikian padanya. Biasanya perhatian-perhatian itu hanya tertuju pada Baskara, tidak dengannya.
"Sudah, Ma, tadi pas di coffee shop." Jawab Andin sembari menurunkan "Poppy" dari pelukannya.
"Yasudah, sana ke kamar, bersih-bersih." Perintah sang mama menatap Andin sesaat, seraya berlalu di depannya.
"Ma..." Panggil Andin menghentikan langkah wanita yang dipanggilnya. Andin terlihat ragu-ragu ingin menyampaikan soal Baskara pada mamanya. Di satu sisi berat sekali rasanya jika ia harus berbohong. Namun di sisi lain, ia tak mau wanita itu khawatir jika mengetahui kondisi adiknya saat ini.
"Kenapa?"
"Eee... Tadi aku ketemu Baskara. Dia bilang hari ini gak pulang ke rumah, Ma. Dia menginap di rumah temennya." Beritahu Andin, terpaksa berbohong atas permintaan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever After
FanfictionSeperti langit dan bumi. Nasib Andin dan Aldebaran memang teramat jauh berbeda. Di saat Andin tertatih berjuang untuk terus hidup di antara luka di sekujur hatinya, di sisi lain Aldebaran sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Ironis. Namun bagi mer...