(52) Bintang Aldebaran

1.4K 307 18
                                    

"Emmhh..."

Andin menggeliatkan tubuhnya saat dering alarm pada ponselnya berbunyi. Ia perlahan membuka matanya untuk melihat jam pada ponsel tersebut. Waktu menunjukkan jam 6 pagi. Gadis itu pun bangun sambil menguap dan sesekali terlihat meregangkan otot-otot tubuhnya karena kaku setelah tidur semalaman.

Ia melihat pada lengan bajunya, dengan tersenyum ia memeluk dirinya sendiri. Andin hanya mengenakan setelan piyama dengan lengan dan celana pendek yang sengaja ia lapisi dengan kemeja milik kekasihnya yang ia pinjam dari dalam lemari. Setelah mencoba memakainya tadi malam, lalu mengobrol panjang lebar dengan Rossa setelah makan malam, ia merasa enggan untuk melepaskannya. Aroma pria yang ia rindukan itu masih amat melekat pada kemeja tersebut, sehingga bisa sedikit mengobati kerinduannya.

Ia bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menyikat gigi sebentar. Setelah selesai, ia menguncir rambutnya dengan sembarang, namun justru membuat gadis itu terlihat lebih cantik dalam kenaturalannya.

Tak seperti pagi kemarin saat ia berkaca hanya ada Andin yang murung dengan wajah pucatnya. Pagi kali ini terasa lebih membahagiakan dengan sebuah senyuman yang terpampang nyata di pantulan cermin wastafel setelah ia menyikat gigi. Meski sedang menyimpan kerinduan yang akan ia nikmati dalam waktu yang cukup lama, namun ia meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa Andin yang ceria akan kembali. Andin yang pemberani itu pasti akan datang lagi.

Andin keluar dari kamar, berjalan menuruni tangga, lalu menuju ke area dapur. Disana ia melihat seorang asisten rumah tangga yang terlihat sepuh tampaknya sedang sibuk menyiapkan beberapa bahan yang mungkin akan diolah untuk sarapan.

"Pagi, Bik Ratih." Sapa Andin dengan senyuman manisnya.

"Eh, pagi, Non. Sudah bangun saja." Balas wanita yang Andin sebuat Bik Ratih itu.

"Iya. Bibik mau bikin sarapan, ya?"

"Iya, Non."

"Emm... hari ini boleh aku saja nggak bik yang bikin sarapannya? Bibik kerjain yang lain aja."

"Eh, ya jangan atuh, Non. Ini tugasnya bibik bikin sarapan. Non Andin santai-santai aja."

"Yahh, ayo dong, Bik. Please, kali ini aja." Andin tampak memelas dengan rautnya yang menggemaskan.

"Nanti bibik dimarahin sama nyonya karena membiarkan Non bikin sarapan."

"Nggak bakal. Tante Rossa kan gak galak. Nanti aku deh yang tanggung jawab." Ujar Andin membuat wanita tua itu berpikir beberapa saat.

"Yaudah deh. Kalau begitu bibik beresin cucian saja deh." Jawab Bik Ratih membuat Andin tersenyum sumringah.

"Nah, betul itu, Bik. Biar hemat waktu."

"Makasih ya, Non, sudah mau bantuin kerjaan bibik, hehe."

"Iya, sama-sama, Bik."

Setelah Bik Ratih meninggalkan dapur, kini saatnya Andin melakukan tugasnya. Ia membuka salah satu kulkas dan melihat-lihat bahan yang ada disana yang bisa ia jadikan sarapan. Gadis itu pun mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ia perlukan. Ada beberapa roti, buah, sayur, dan sebuah kotak susu cair. Tanpa perlu berpikir lama, ia mulai mengolahnya dengan gerakan tangannya yang cukup telaten.

Dua puluh menit berlalu, Andin tampaknya sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mulai menata ke meja makan hasil dari menu sarapan yang ia buat. Kelihatannya cukup menarik. Terdapat potongan-potongan sandwich yang berisi sayur, telur, dan lembaran daging. Di atasnya terdapat taburan saos dengan warna keemasan yang menyerupai karamel atau mungkin madu.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang