WARNING!⚠⚠⚠
Mengandung konten sensitif dan beberapa agak vulgar. So, please be careful, guys, wkwk.
___________________________
Di dalam sebuah kamar berukuran besar bernuansa coklat, terlihat sepasang pengantin baru yang duduk canggung dengan sedikit berjarak. Di ranjang itu terdapat sepasang handuk yang dibentuk menyerupai angsa yang sedang memadu kasih dengan hiasan kelopak bunga mawar merah dan putih yang membentuk sebuah hati. Tak lupa di sekitaran ranjang itu juga terdapat lilin-lilin biru yang menyala menambah keromantisan di dalamnya.
Acara mereka tadi berakhir di sore hari, sehingga setelahnya keduanya memiliki jeda istirahat walau sedikit. Dan kini dua insan itu hanya bisa saling melirik di posisi mereka yang duduk dari ujung ke ujung.
"Ini gue harus mulai dari mana, ya?" Aldebaran bertanya dalam hatinya saat melirik Andin yang duduk dengan canggung.
Sejak masuk ke kamar beberapa menit yang lalu perasaan Aldebaran sudah tidak karuan melihat istrinya tampil mengenakan piyama satin merah model kimono yang hanya terikat oleh sepasang tali di pinggangnya. Panjang piyama yang hanya sebatas paha wanita itu, membuat Aldebaran harus meneguk ludahnya beberapa kali. Tubuhnya seperti meremang.
"Astaga, Al. Kontrol diri lo." Decak Aldebaran dalam hatinya.
"Mas..." Panggil Andin.
"Iya?" Aldebaran refleks menyahut.
"Aku ke kamar mandi dulu ya sebentar." Pamit Andin membuat Aldebaran hanya mampu menjawabnya dengan sebuah anggukan.
Nafas pria itu semakin terasa sesak saat melihat istrinya berjalan menuju kamar mandi dengan kaki jenjang yang terbuka bebas. Kaki putih nan mulus itu seakan makin membakar tubuhnya yang sudah gelisah sejak tadi. Aldebaran merebahkan tubuhnya di ranjang itu sambil menghela nafasnya, lagi.
"Sudah jam segini." Lirih pria itu.
"Lo harus bertindak sekarang, Al, atau lo akan melewatkan malam ini dengan sia-sia." Aldebaran kembali bangun setelah merutuki dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, Andin keluar dari kamar mandi dan kembali duduk pada ranjang itu seperti semula. Aldebaran kembali melirik wanitanya dengan gugup.
"Ndin..."
"Mas..."
Keduanya memanggil satu sama lain secara bersamaan. Menyadari kecanggungan itu, aldebaran dan Andin pun tertawa bersama.
"Kok kita jadi canggung gini, ya?" Tanya Aldebaran, terkekeh geli.
"Aneh ya, Mas." Andin menyahut dengan terkekeh pula.
"Emm, kamu... kamu nggak ngantuk?" Tanya Aldebaran, basa-basi.
"Belum. Kamu?"
"Sama. Gimana kalau..." Belum sempat Aldebaran meneyelesaikan ucapannya, Andin langsung menyahutnya.
"Gimana kalau kita main lego?" Cetus Andin, tak terduga.
"Hah? Lego?" Aldebaran mengerutkan keningnya, tak percaya dengan ide konyol itu.
"Iya, Mas. Kita main lego stacko, yuk. Itu ada disana." Jawab andin dengan antusias sambil menunjuk ke salah satu meja yang ada di kamar itu.
Aldebaran masih tampak cengo mendengar ide tak biasa dari wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Dengan polosnya, Andin membawa kotak lego stacko itu ke ranjang mereka, menghampiri suaminya yang masih menatapnya dengan shok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever After
FanfictionSeperti langit dan bumi. Nasib Andin dan Aldebaran memang teramat jauh berbeda. Di saat Andin tertatih berjuang untuk terus hidup di antara luka di sekujur hatinya, di sisi lain Aldebaran sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Ironis. Namun bagi mer...