Ohayouu!! Malam semua.
Udah lama nggak update nih. Maaf maaf nih buat yang nungguin update-an cerita (nggak ada yang nungguin juga sih kayaknya, wkwk). Dua minggu kemarin aku ada kerjaan di luar kota, yang cukup menyita waktu dan segala perhatianku, bahkan file cerita ini pun nggak pernah tersentuh selama dua minggu itu. Jadinya pas ngetik part lanjutannya ini rada nge-hang dikit, untung masih ingat alurnya gimana-gimana, HAHA. Karena udah lama nggak update, jadi ku kasih banyakan dikit di part ini, hehew.
BTW, Aldebaran Andin cabang tv apa kabar nih? Lumayan lama juga nggak buka second account ig sama twitter soal per-IC-an. Aldebaran udah jelas belum hilalnya? Apa masih vakum di hutan? WKwk. Semoga tulisan ini sedikit mengobati kerinduan kita sama Aldebaran Andin, ya.
Sekian, secuil klarifikasi yang nggak penting-penting amat ini. Langsung aja deh!
C E K I D O T T T ! ! !
______________________________
Malam menjelang. Di taman belakang rumah Aldebaran yang berukuran cukup luas itu telah berdatangan para tamu undangan yang tak lain adalah para penghuni komplek perumahan tersebut. Beberapa diantaranya juga terdapat teman-teman kerja Roy yang sengaja ia undang untuk turut meramaikan suasana. Sedangkan Aldebaran dan sang papa tampaknya tak mengundang rekan kerja mereka sama sekali, kecuali asisten pribadi masing-masing.
Hampir semua yang hadir tampak dengan pakaian santai yang panjang, sebab suasana malam yang cukup dingin. Aldebaran sendiri tampil dengan celana jeans serta kaos panjang berbahan mirip sweater dengan model turtle-neck berwarna putih.
Beberapa saat terlihat ia ikut berbincang dengan sang papa yang tengah bergabung dengan beberapa tetangga bapak-bapak. Namun tak begitu lama ia memisahkan diri. Bahkan beberapa teman wanita Roy pun sempat mengajak untuk bergabung, akan tetapi memang dasarnya seorang Aldebaran yang tidak cukup tertarik dengan topik obrolan mereka.
Ia mengedarkan pandangannya pada jalur masuk ke taman itu, seperti sedang menunggu seseorang. Namun berkali-kali Aldebaran hanya bisa menghela nafasnya saat mengetahui yang datang bukan seseorang yang ia tunggu.
Aroma daging panggang dan jagung bakar kian mendominasi taman itu, disertai dengan asapnya yang memikat sekaligus menghangatkan. Aldebaran berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada sambil memperhatikan aktivitas sang mama dengan beberapa temannya yang sedang mengobrol sembari mengolesi bumbu barbeque. Sepertinya, ia mulai jenuh.
"Selamat malam." Tegur seseorang, tiba-tiba membuat Aldebaran tertegun tatkala mendengar suaranya.
"Hai Andin, selamat datang, sayang." Tampak Rossa menegur seseorang itu lebih dulu sebelum Aldebaran melihatnya. Namun begitu mendengar sang mama menyebut nama tersebut, perasaan pria itu tiba-tiba menjadi hangat. Ia pun berbalik dan benar-benar melihat seseorang itu.
"Maaf tante, kami sedikit terlambat." Ucap gadis itu yang sejak tadi ditunggu Aldebaran.
"Nggak apa-apa. Mama kamu mana?" Rossa bertanya saat melihat kedatangan Andin hanya bersama seorang laki-laki muda dengan postur lebih tinggi dibanding Andin.
"Mama masih di jalan pulang. Tadi siang mama ada panggilan meeting dari rumah produksi tempat mama kerja. Jadinya, mama menyuruh kami untuk pergi duluan. Nanti mama menyusul katanya." Andin menjelaskan membuat Rossa mengangguk mengerti.
"Oh, I see."
"Oh iya, kenalin tante, ini adik aku. Bas, ini tante Rossa, yang punya rumah sekaligus acara ini." Andin memperkenalkan sang adik kepada Rossa dan sebaliknya, secara bergantian. Rossa dan Baskara saling melempar senyum manis mereka, lalu berjabat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever After
FanfictionSeperti langit dan bumi. Nasib Andin dan Aldebaran memang teramat jauh berbeda. Di saat Andin tertatih berjuang untuk terus hidup di antara luka di sekujur hatinya, di sisi lain Aldebaran sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Ironis. Namun bagi mer...