6

55 6 0
                                    

Minggu pagi yang cerah berbanding terbalik dengan perasaan Kania. Ia yang baru saja mulai terlelap dipaksa bangun oleh mamanya, membuat perasaannya menjadi kacau. Dan di sini lah Kania sekarang, di depan pintu masuk pasar tradisional yang tidak jauh dari lingkungan perumahannya.

Saat ia sedang mengamati gerobak makanan yang terjejer rapi, pandangannya jatuh pada seseorang yang sedang duduk di atas motor sembari menikmati bakso tusuk. Tak perlu menunggu lama, Kania pun langsung melangkah menghampirinya.

"Good morning, Kai!"

Kaisar yang mendapati punggungnya ditepuk seseorang langsung menoleh. Sudut bibirnya sedikit tertarik saat mengetahui Kania yang menyapanya. "Pagi, Ya."

"Gue curiga lo udah pindah permanen ke rumah Kak Bima."

"Mana ada. Gue tadi baru sampai, langsung disuruh bang Bima antar kak Angel ke pasar."

"Oh, gitu."

"Lo sendirian?"

Kania mengangguk, ekspresi wajahnya langsung berubah masam karena kembali teringat pemaksaan yang dilakukan mamanya tadi. "Padahal gue baru tidur, malah disuruh beli telur."

"Ubah deh kebiasaan begadang lo itu, Ya. Nggak bagus buat kesehatan."

"Duh, jangan ceramahi gue pagi-pagi begini!" Kania langsung menggerakkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Kaisar. "Udah ah, gue mau beli telur dulu. Nanti keburu abis."

Kaisar mengangguk. "Pulang dari sini, gue boleh ke rumah lo?"

"Lo anak kesayangan papa sama mama, Kai. Pertanyaan itu nggak pantas lo tanya ke gue."

"Oke, nanti gue bawain bakso tusuk sepuluh ribu."

Kania tertawa. "Oke!"

***

Setelah Kania sampai di rumah, ia langsung memberitahu mamanya kalau Kaisar akan datang. Mendengar hal itu, tentu saja mama langsung heboh di dapur seperti akan menyambut anaknya yang sudah lama tidak bertemu. Entah kenapa orang tuanya begitu sayang dengan Kaisar. Kania rasa, rasa sayang mereka jauh lebih besar dicurahkan pada Kaisar dibanding dengannya—tidak, ini tidak mungkin. Orang tua Kania pasti jauh lebih sayang dengannya dibanding dengan Kaisar.

"Kamu udah mandi belum?" tanya Papa yang baru selesai membuat segelas kopi.

"Siapa yang mandi pagi dihari libur?"

"Kaisar mau datang, anakku sayang. Masa kamu masih kucel begini?"

"Kaisar doang, Pa. Dia bahkan udah pernah liat Kania yang lebih kucel daripada hari ini."

"Ah, kalau kamu bukan anak Papa, pasti udah Papa marahin deh."

Kania tertawa. "Papa jangan khawatir. selesai ngepel nanti Kania langsung mandi."

"Nah, gitu dong!"

Dengan cepat Kania menyelesaikan tugasnya lalu kembali ke kamar untuk menjalankan perintah papanya—ya, tentu saja mandi. Sebenarnya tanpa diperintahkan pun Kania akan langsung mandi. Kenapa? Karena ia sudah terlalu berkeringat setelah jalan kaki pulang-pergi ke pasar yang cukup jauh dari rumahnya.

Suara papa dan mama yang sudah heboh di luar kamar menandakan Kaisar sudah datang. Kania yang sudah selesai mengikat rambutnya juga langsung keluar dari kamar untuk menyambutnya.

Kania selalu suka pemandangan ini. Pemandangan di mana Kaisar tersenyum tulus dengan manik matanya yang terlihat bersinar. Pemandangan yang hanya bisa Kania lihat saat Kaisar sedang bersama dengan orang tuanya.

Lucu, kayak bayi.

Sembari terus berbicara, tangan mama langsung melingkar di bahu Kaisar seraya mengajaknya jalan menuju ke ruang makan untuk sarapan bersama. Papa juga sama, bahkan ia sempat mengusap puncak kepala Kaisar seakan sedang bangga dengan apa yang baru saja anaknya lakukan.

Klandestin Sang KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang