"Kalau udah selesai, chat aja, ya. Gue tunggu di cafe." Kata Kafi dari dalam mobil yang jendelanya terbuka.
Kania mengangguk. "Oke, Kak. Da-dah."
Beberapa kali Kania harus menutup mulutnya karena terus menguap. Ia yang pagi tadi baru akan memejamkan mata langsung membatalkan niatnya setelah mendapat satu pesan singkat dari pak Nugi yang menyuruhnya untuk datang ke kampus siang ini. Di sini lah Kania sekarang, duduk di gazebo di depan gedung jurusan Manajemen sembari menunggu pak Nugi datang.
Angin yang bertiup membuat mata Kania semakin terasa berat. Sekuat tenaga ia tahan. Bahkan ponsel yang tidak sempat ia isi daya baterainya terus ia gunakan agar membantunya tetap terjaga.
"Lo ngapain di sini, Ya?"
Suara yang sudah sangat ia kenal menyapa telinga Kania. Ia menoleh, mendapati Anggi yang sedang berjalan mendekat, disusul Kaisar dan Arka di belakangnya.
"Di suruh pak Nugi final check nilai sama input ke database beliau," jawab Kania. Dalam hatinya ia berterima kasih pada Tuhan karena telah mengirim sahabatnya untuk datang. "Kalian ngapain ke kampus?"
"Kaisar dihubungi pak Nugi buat ngelakuin hal yang sama kayak lo, tapi disuruh bawa teman. Jadi lah gue sama Anggi tumbalnya," jawab Arka lalu mendudukkan diri di sebelah Kania. "Kalau tau lo bakal ke kampus juga, kita bareng aja tadi."
"Mana gue tau kalau Kaisar juga di suruh."
"Lo nggak nanya Kania, Sar?"
Kaisar menggelengkan kepala sebagai jawaban. Seperti biasa, Kaisar hanya diam di tengah-tengah percakapan yang terjadi. Namun keadaan hari ini berbeda. Terasa sekali ada jarak yang sedang dibangun antara Kaisar dan Kania.
"Tumben," kata Anggi. "Masuk aja yuk, udah jam 10 juga."
Tepat saat mereka akan masuk ke gedung, Pak Nugi juga sudah berada di depan ruangannya. Mereka pun langsung menghampiri dan ikut masuk untuk menjalankan tugas yang sudah diperintahkan. Setelah masing-masing mendapat jatah untuk diperiksa, Pak Nugi pun meninggalkan ruangan untuk urusannya yang lain dan membiarkan mereka berempat berada di sana.
Seakan lupa dengan kejadian sebelumnya, kini Kania dan Kaisar kembali saling membantu. Jarak yang ada hilang begitu saja—setidaknya sampai tugas mereka selesai.
Pukul tiga sore, seluruh pekerjaan sudah selesai. Setelah menyerahkan seluruh berkas kepada Pak Nugi, mereka berempat pun pamit.
"Jalan, yuk? Lumayan nih udah dapat bekal dari pak Nugi," Kata Anggi sembari mengibaskan selembar uang lima puluh ribu di udara. "Pada bisa, nggak?"
"Gas." Kata Arka sembari ikut mengibaskan uang yang ia dapat.
"Ya? Sar?"
Kania mengecek ponselnya sejenak sebelum menjawab. "Gue udah ada janji sama Kak Kafi sih, tapi bisa cancel. Jadi gue ikut."
"Gue nggak bisa," jawab Kaisar. "Gue duluan, ya."
Begitu lah, jarak yang sempat hilang kini kembali lagi.
Setelah berkata demikian, Kaisar langsung melangkah pergi meninggalkan tiga temannya itu. Arka yang sebenarnya masih bingung langsung berusaha menyadarkan diri dan mengambil langkah disaat Kania dan Anggi masih terdiam, bingung dengan sikap Kaisar.
"Sar!" Arka pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Kaisar. "Lo mau pulang sama siapa? Tadi kan berangkat sama gue."
"Ojol banyak, bus juga banyak. Angkot apalagi."
Arka terus mengikuti Kaisar hingga sampai di ujung koridor. "Lo beneran mau ngejauh dari Kania, ya, Sar?"
"Nggak semua tingkah laku gue sekarang berhubungan sama Kania, Ka," Kaisar merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel lalu menunjukkan pintu kamarnya yang rusak. "Mau ada tukang pintu, gue takut papa nggak di rumah. Makanya gue mau balik sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin Sang Kaisar
Fanfiction"Nggak semua tentang gue harus diceritain, kan?"