37

41 2 7
                                    

Udara Yogyakarta di siang menuju sore hari ini terbilang cukup sejuk. Matahari bersembunyi dibalik tumpukan awan, dan angin yang berembus sesuai dengan porsinya membuat rerumputan menari di atas tanah—juga helaian rambut Arka yang menutupi dahinya.

Setelah sejak pagi membantu keluarga untuk mempersiapkan acara pernikahan salah satu sepupunya, sekaligus menghabiskan waktu dengan keluarga besar, Arka baru bisa istirahat setelah Tante dan Omnya satu per satu kembali ke rumah dan hotel untuk beristirahat. Tinggal lah dirinya, orang tuanya dan beberapa orang keluarga yang memang memilih untuk tinggal di rumah Nenek.

Lagu yang terputar berhenti sejenak saat ada denting notifikasi berbunyi di ponselnya. Segera Arka melihat cuplikan pesan masuk tersebut, dan langsung membuka aplikasi untuk membaca pesannya keseluruhan. Dengan cepat tangan Arka menutup aplikasi pesan dan beralih ke aplikasi bank miliknya. Setelah memastikan, Arka kembali ke aplikasi pesan untuk sekali lagi membaca dan memastikan bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

"Yang gue maksud itu seratus lima puluh ribu, bukan beneran seratus lima puluh juta. Itu juga bercanda!" Arka hendak menekan icon panggil pada sisi kanan atas layar ponselnya, namun panggilan masuk dari Anggi menunda niatnya. "Lo ganggu gue aja deh, Nggi!"

"Bacot!" Anggi langsung membalas protes yang Arka layangkan. "Si Kaisar beneran transfer ke gue, Ka!"

"Ke gue juga, Nggi!"

"Kemarin tuh gue kira cuma bercanda, makanya gue bilang mau juga!"

"Gue juga kira begitu, mana gue tau kalau dia beneran mau transfer."

"Lo temuin Kaisar deh cepetan, tanyain ini uang mau gue balikin ke mana. Nggak mau lama-lama mengendap di rekening gue!"

"Padahal lo udah rencana mau shopping, kan?"

"Iya sih, tapi gue masih waras ya!" kata Anggi. "Udah ah, gue mau tidur. Kabarin gue nanti!"

"Lah iya, di sana udah mau jam 3 subuh kenapa lo belum tidur?"

"Tugas gue baru kelar, pas udah mau merem ada notif uang masuk 150 juta apa nggak keder lo?"

Arka terkekeh. "Ya udah, tidur sana. Nanti gue kabarin kalau anaknya udah bisa dihubungi."

"Okay, bye!"

Setelah panggilan telepon dengan Anggi selesai, Arka langsung mencoba menelepon Kaisar dan kemudian disambut nada tunggu saat ia tempelkan ponsel di telinga. "Bercandaan lo nggak lucu, anjing, Sar."

Se-kaya apa pun manusia yang ada di muka bumi ini, rasanya tidak akan ada yang rela secara cuma-cuma mengirimkan uang dalam jumlah—yang sangat—besar pada orang lain yang statusnya tidak lebih dari seorang teman. Namun ungkapan tersebut dipatahkan dengan mudahnya oleh seorang Kaisar Baskara.

***

Suara pagar yang dibuka membuat Kania bangkit dari posisinya yang sedang berbaring bermalas-malasan di sofa ruang tamu. Setelah kejadian tak terduga kemarin, Kania merasa ia berhak mendapatkan satu hari untuk tidak melakukan apa pun. Namun rencananya gagal saat mendapati Jazziel datang berkunjung.

"Bukannya hari ini mas Jiel praktik?" tanya Kania saat Jazziel sedang berjalan ke arahnya setelah selesai memarkirkan mobil.

"Selesai cepat," singkat Jazziel. "Om sama Tante mana?"

"Di toko, dong."

Jazziel mengangguk, lalu mengekori Kania untuk masuk ke rumah. Sudah seperti rumah sendiri, Jazziel menaruh sembarang tasnya di atas sofa dan langsung ke dapur untuk mengambil minuman dingin di kulkas, sedangkan Kania kembali duduk di sofa sembari menggulirkan layar ponselnya.

Klandestin Sang KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang