17

34 6 1
                                    

Kaisar, Bima, dan Angel sudah tiba di bandara satu jam lebih cepat dari rencana sebelumnya. Hal ini terjadi karena tiga teman Kaisar ingin mengantarnya liburan. Setelah beribu penolakan Kaisar berikan, akhirnya ia luluh juga setelah Anggi—yang selama ini selalu mengalah jika Kaisar sedang ada perlu dengan Arka atau Kania, yang selama ini selalu membantunya, dan yang selama ini lebih suka emosi tiba-tiba meminta dengan sangat lembut padanya. Bahkan sampai rela mengirimkan pesan suara.

Kelihatannya biasa saja, ya? Tapi tidak untuk Kaisar. Hal sepele seperti ingin mengantarnya pergi liburan kali ini benar-benar membuat dirinya merasa dicintai dan dihargai oleh orang lain.

"Bang," Panggil Kaisar, yang membuat Bima mengalihkan pandangan dari Istrinya sejenak. "Lo gimana bisa izinin gue ke Papa deh?"

"Bisa, lah. Urusan gue itu." Jawab Bima lalu meninju pelan lengan Kaisar.

"Serius, Bang. Kasih tau."

"Ck," Bima suka kesal saat adiknya ini terlalu penasaran. "Gue bilang mau ajak lo buat jagain Angel selama gue ada kerjaan. Lo tau sendiri, kan, sebesar apa pun Papa nggak suka sama pernikahan gue dan Angel, tapi sekarang Angel lagi mengandung cucunya. Jelas Papa mau cucunya sehat dan selamat dalam keadaan apa pun. Makanya gue pakai alasan itu."

"Dan Papa langsung setuju?"

Bima mengangguk. "Tanpa berpikir."

"Sebenarnya hal itu nggak perlu kamu pikirin sih, Sar. Yang penting kamu sekarang bisa liburan, kan? Jauh dari rumah untuk sementara seperti yang kamu mau." Kata Angel ikut menanggapi.

Kaisar mengangguk mengerti. "Jadi lo di sana ada kerjaan, Bang?"

"Nggak, lah. Itu alasan gue doang."

"Kaisaaarrr!!!"

Suara nyaring dari tiga orang yang sudah sangat akrab di telinganya langsung membuat Kaisar mencari asal suara tersebut. Dari kejauhan, terlihat tiga temannya sedang berlari ke arahnya berada dengan ekspresi wajah cemas. Jika itu hanya ditunjukkan oleh Arka, Kaisar tidak akan heran karena Arka memang suka sekali mendramatisir keadaan. Tapi kali ini, Kania dan Anggi juga ikut cemas. Padahal mereka pasti tahu kalau penerbangan Kaisar masih dua jam lagi.

"Gue boarding masih lama, by the way." Kata Kaisar saat sudah berhadapan dengan tiga temannya.

Wajah Anggi menjadi yang pertama berubah ekspresinya. Tangannya dengan cepat memukul lengan Arka yang langsung membuatnya meringis.

"Arka sialan." Umpat Anggi.

"Apa ulah Arka kali ini?" tanya Bima.

"Dia bilang penerbangan Kaisar dimajuin! Sumpah, udah cape banget gue lari-lari dari parkiran, Kak!" protes Anggi.

"Mau ke mini market dulu beli minum?" tawar Angel setelah sempat tertawa dengan ulah teman adik iparnya ini.

"Mau, Kak. Haus banget." Jawab Arka sembari mengusap lehernya.

"Dih, lo kalau mau cape sendiri aja, jangan ajak gue sama Kania!" Sekali lagi Anggi memukul lengan Arka.

"Sakit, Nggi!"

"Udah, udah. Ayo kita beli minum dulu," ajak Angel. "Sebentar ya, Mas."

"Mas ikut aja deh," kata Bima. "Kaisar sama Kania mau ikut juga?"

Kaisar melirik Kania, lalu ikut menggeleng saat Kania juga menggeleng. "Kita di sini aja."

"Oke."

Kini tinggal Kaisar berdua dengan Kania. Kaisar sedikit heran kenapa Kania terus bungkam sejak tadi. Apa lehernya sakit? Apa Kania tidak ingin dirinya pergi? Apa Kania kesal karena harus datang jauh-jauh ke bandara hanya untuk mengantarnya?

Klandestin Sang KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang