Oke.
Setelah membalas pesan dari Kafi, Kania kembali melanjutkan aktivitasnya membantu mama yang sedang menata roti-roti yang akan masuk ke dalam pemanggang. Awal minggu seperti ini toko pasti ramai karena banyak pegawai yang mampir untuk membeli 1-2 roti untuk mereka sarapan. Oleh karena itu, meski Kania tahu pegawai yang bekerja di toko orang tuanya sudah banyak, tapi ia tetap ingin membantu sebagai wujud anak yang berbakti pada orang tuanya—juga agar ia bisa dapat uang jajan lebih.
"Ma, Kania izin mau pergi sama Kak Kafi, ya." Kata Kania saat ia dan mamanya sedang duduk menunggu roti matang.
"Boleh, mau pergi jam berapa?"
"Sekitar jam dua, nanti Kak Kafi mau jemput aku di sini. Sekalian katanya dia mau beli roti juga."
"Wah, Papa harus buat butter croissant agak banyak nih." Kata Papa mulai ikut berbicara.
Kania tertawa kecil. "Nggak usah lah, Pa. Lagian kita kan nggak tau roti apa yang mau dibeli. Kalau Papa buat sekarang ternyata bukan itu yang mau dibeli, gimana? Rugi, kan."
"Ya udah, kasih aja buat Kaisar."
"Nah, Mama setuju."
"Memang benar-benar tahta anak kesayangan kalian tuh udah diduduki sama Kaisar."
Orang tua Kania langsung tertawa mendengar anak satu-satunya yang selalu protes kalau mereka sudah menyebut nama Kaisar. Mama yang duduk di dekat Kania pun langsung memeluknya, dan papa yang mencium puncak kepala Kania sebelum kembali membantu pegawai lain membuat adonan roti.
***
"Selamat datang."
Suara lonceng pintu otomatis membuat Kania yang berada di belakang meja kasir menyapa pembelinya. Terlihat Kafi yang tersenyum sembari melambaikan tangan, lalu mengambil satu keranjang untuk menampung roti yang akan ia beli. Kania yang masih melayani pembeli pun hanya bisa menunggu hingga Kafi selesai memilih.
Kania melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jam dua lewat lima menit. Itu tandanya ia pun harus menyudahi tugasnya sebagai kasir hari ini, setidaknya setelah Kafi selesai membayar.
"Sebentar," Kania meninggalkan Kafi yang sudah berdiri di depan meja kasir untuk bicara dengan Papanya yang ada di belakang. "Pa, Kak Kafi mau di kasih diskon berapa?"
"E-eh, nggak usah, Ya!" Kafi pun langsung angkat bicara.
Kania kembali bersama papanya yang langsung tersenyum saat melihat Kafi. "Ah, kasih 80% aja."
"Nggak sekalian 100% aja?" tanya Kania sembari mulai menghitung belanja Kafi.
"Kamu yang bayar, ya?"
"Dih, jahat banget sih sama anak."
Kafi hanya tertawa mendengar Kania dan papanya yang terus bercanda. Setelah selesai membayar, Kafi pun menerima plastik yang berisi rotinya dari Kania. "Saya ke sini juga mau sekalian izin ajak Kania pergi, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin Sang Kaisar
Fanfiction"Nggak semua tentang gue harus diceritain, kan?"