Kelas mata kuliah selesai bersamaan dengan jam makan siang dimulai. Anggi dan Arka yang kelasnya selesai duluan langsung pergi ke kantin agar mereka bisa mendapatkan meja untuk mereka makan siang bersama.
"Kania sama Kaisar mana?" tanya Anggi pada Arka yang datang dengan dua piring batagor di tangannya.
"Lo emang pinter, tapi emang ada kalanya lo bloon," kata Arka lalu duduk di kursi kosong di samping Anggi. "Chat lah di grup, tanya aja udah kelar kelas apa belum."
"Nggak usah ah, yang penting kita udah kasih tau kita di kantin tadi."
Arka tidak menjawab lagi, ia memilih menikmati batagornya sembari mengedarkan pandangan. "Ah, gue lupa kalau sekarang kita nggak cuma berempat."
Anggi mengikuti arah pandang Arka yang tertuju pada pintu masuk kantin. Terlihat di sana Kania yang sedang berbincang berdua dengan Kafi, dan Kaisar yang berdiri di sebelahnya dengan mulut tertutup. Buru-buru Anggi menyingkirkan piring batagor miliknya dan Arka, digntikan dengan buku catatan miliknya. Ia juga memaksa Arka agar menunduk, berpura-pura sedang membaca ringkasan materi yang tadi diberikan.
"Apaan sih, Nggi?" tanya Arka kesal.
"Kita perlu berunding," kata Anggi tanpa menatap Arka. "Menurut lo, keliatan banget nggak sih kalau Kak Kafi berusaha deketin Kania?"
Arka mengangkat kepalanya sebentar untuk melihat keadaan, lalu menunduk lagi. "Iya sih, kayak orang yang lagi berusaha pdkt. Ya... meski Kanianya masih malu-malu gitu."
"Kaisar gimana?"
"Kaisar gimana, gimana?"
Anggi menatap Arka. "Memangnya Kaisar nggak ada perasaan sama Kania?"
Arka ingat kalau Kaisar pernah bertanya tentang terlihat atau tidaknya ia suka pada Kania. Tapi Arka sendiri tidak tahu dan tidak ingin berspekulasi. "Mana gue tau, muka dia aja lempeng begitu. Gimana kita bisa tau dia suka sama Kania apa nggak?"
"Kali aja dia ada cerita sama lo."
"Sedekat apa pun gue sama Kaisar, pasti ada satu-dua hal yang nggak kita ceritain, Nggi," kata Arka. "Lagian, harusnya gue yang nanya sama lo. Lo gimana kalau ternyata Kak Kafi suka sama Kania?"
"Nggak apa-apa, lah. Gue kan cuma kagum sama dia. Kalau pun gue suka sama Kak Kafi tapi ternyata dia suka sama sahabat gue ya... udah. Setidaknya gue tau kalau Kak Kafi nggak suka sama orang yang salah."
"Tumben belajar di kantin?"
Suara Kania menginterupsi obrolan Arka dan Anggi. Keduanya mengangkat kepala bersamaan, dan mendapati Kania, Kaisar, dan Kafi sudah mengambil posisi duduk masing-masing.
"Biasa, Arka masih ada yang nggak ngerti materi tadi." Jawab Anggi seraya menutup buku di depannya.
Arka mengangguk mengamini. "Kalian udah pada pesan makan?"
"Udah, tapi kayaknya bakal lama sih. Rame banget soalnya." Kata Kafi sembari melepas tasnya.
"Tau gini kita ke bang Mamat aja nggak sih."
"Pasti rame juga, Ka. Jam makan siang begini nggak bakal dapat tempat duduk." Jawab Kania.
"Dan sekarang panas banget, gue nggak mau naik motor. Nanti belang!" tambah Anggi.
"Besok gue bawa bus kota biar lo nggak takut belang lagi." Kata Arka lalu menyuapkan batagor ke dalam mulutnya.
Mereka berbincang sembari menghabiskan waktu makan siang bersama. Tapi bedanya siang ini Anggi memiliki misi khusus untuk mengetahui apakah obrolannya dengan Arka tadi benar adanya, atau hanya spekulasinya saja.