Empat

3.2K 385 102
                                    

Ibu satu anak tanpa suami itu pun melihat dari jauh bagaimana seorang guru muda sedang mengajari cucunya bahasa asing. Sekali lagi wanita itu terpanah melihat lincahnya jari Xiao Zhan mengukir abjad di papan.

"Kalau dijadiin mantu Yibo mau nggak ya?" Ibu Wang itu menggigit pipi dalamnya mengingat anaknya bukan penyuka sesama jenis. "Nanti deh aku tanyain."

(╯_╰)

Tidak terasa waktu sudah sore, Zhan melihat jam yang berharga murah itu tersenyum.

"Karena sudah sore, Gege akhiri ya. Besok lagi belajarnya."

"Yaaaahhh~" Anak itu mendongak kesal sembari membuka bibirnya lebar. Ada rasa tidak mau ditinggl karena belum puas bernyanyi, belajar dan bergurau bersama.

"Kenapa Yiyi?" tanya Zhan yang duduk di depan meja anak itu.

"Tidak mau selesai." bibirnya mengerucut.

Itu mengundang senyum lebar Zhan. Dulu dia kira akan sulit mengajar anak ini karena Xiao Zhan yakin dirinya tidak begitu memuaskan dalam mengajar. (shit. It is me. Not Zhan ge. Sorry)

"Gege.. Boleh minta nomor Gege??"

"Boleh. Ah, Gege lupa tidak memberimu kontak. Ini." Zhan menyerahkan ponsel bututnya yang keluar daro tahun sebelumnya. "Silahkan manis."

Anak itu tersenyum lalu berkata, "Gege juga manis. Ziyi suka giginya. Hihihi"

Astaga, Zhan tidak tahu harus bereaksi bagaimana jaman sekolah dulu pun teman-temannya selalu fokus pada giginya. Benar-benar.

"Ini Ge, sudah aku tukar nomernya dengan ponsel Papa."

Xiao Zhan baru sadar jika anak itu membawa ponsel orang tuanya. Ternyata anak perempuan itu tidak tahu nomor rumahnya.

"Ya sudah ketemu besok ya, Zhan Ge pamit untuk pulang." Zhan mengusap lembut rambut hitam panjang Wang Ziyi.

Xiao Zhan tidak lupa pamit calon mertuanya. Ulangi? Ah, ibu dari majikannya. Muehehehe.

"Nggak bawa makanan Zhan? Ibu bungkusin ya?"

"Eh jangan nyonya. Ngerepotin"

"Ee. Zhan. Kan udah dibilang panggil aja ibu?"

Zhan cengengesan sama ngusap lehernya. Tiba-tiba dia jadi gugup gini. "Saya orangnya nggak enakan nyonya"

Tiba-tiba terdengar suara Ziyi lagi nangis mewek. Anak itu lagi melukin kaki neneknya sambil sembuyi di balik rok pendeknya si nenek.

"Ge! Hiks.."

Zhan nggak tega liat air mata anak itu. Padahal besok ketemu lagi tapu Ziyi maunya yang lamaan dikit. Ya bukan apa-apa sih, kan takutnya Zhan ngerepotin mereka.

Xiao Zhan jongkok biad tinggi mereka sama. Terus air matanya Ziyi diusap sama ibu jarinya Zhan.

"Heh, anak cantik nggak boleh nangis. Nanti cantiknya luntur."

Hidung anak itu memerah, tangisannya hanya isakan dan sesegukan. Tidak berani menangis keras karena pasti Papanya akan mendelik padanya.

"Gege nginep, ya?" Suara Ziyi bergetar ketika mengatakan uneg-unegnya. Pegangan di rok neneknya dikencengin.

"He??"

Meng-kaget dong, Tuhan. Kenapa jadi disuruh nginep? Heh sumpah ya. Zhan kudu jawab apaan??

"Nggak bisa Ziyi. ZhanGe harus nemenin Mamanya Zhan ge."

"Hiks. Zhan ge.. Nenek.. Biarin Gege nginep ya. Hiks hiks." Anak itu malah semakin mewek. Kaki neneknya dijadiin tempat buat menyembunyikan wajah merahnya karena takut dimarahi. Cuman neneknya yang tidak memarahinya.

Akan Kujaga Hati Bapakmu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang