Sembilan

2.1K 301 49
                                    

Xiao Zhan mengerat tas slempangnya di depan gedung yang dulu dia juga melakukan hal yang sama; yaitu, narik nafas buang nafas. Bedanya sekarang dia harus lebih deg-degan karena dia gak tahu nasibnya gimana.

Tiba-tiba aja dia ngerasa ada pirasat nggak enak. Tapi cobalah dulu, siapa tahu cuman perasaan doang.

Xiao Zhan nyapa skuriti abis itu masuk ke dalam gedung. Cowok manis itu ketemu sama resepsionis yang kemaren lagi. Dia nanya jadwalnya pak Wang ternyata ada di ruangannya. Lagi kosong jadwal.

Di depan pintu tulisan ruangan manajer dia ngetuk tiga kali.

"Masuk"
Suara berat milik majikannya menyuruhnya masuk. Ya udah masuk aja.

"Maaf Ge, saya ganggu."

"Oh nggak, silahkan duduk. Sebentar saya selsaiin dulu berkas saya" Yibo fokus ke layar laptopnya.

Zhan duduk dulu, hening nggak ada yang dibicairain. Oh ya, dia tadi pagi Zhan bikin kue kering banyak. Jadi dia sedikit berbagi sama Ziyi aja. Anak itu diberi satu toples. Zhan bermaksud nitipin ke bapaknya karena tadi pagi tumben banget mereka nggak mampir ke rumahnya. Mungkin karena masih libur sekolah makanya Ziyi nggak kemana-mana"

"Oh ya Ge, Ziyi masih libur sekolah ya" basa basinya, Zhan ngeluarin kue dari tasnya tapi masih di tangannya yang ada di bawah meja.

"Iya." dingin.

Xiao Zhan ngerasa ngganggu, jadi nggak enak mau ngasih kue. Secara kuenya kan nggak sebagus kue kering yang ada di toko-toko.

"Mm. Bo Ge, maaf, apa boleh saya ngasih Ziyi kue kering?" Zhan nanya ati-ati. Soalnya mukanya Yibo nggak ada ekspresi. Biasanya rada senyum atau nggak cemberut. Ini malah flat. Ya Zhan nggak tahu mau apa. Takut nyinggung. Biasanyabkam bos besar suka marah kalo ada yang menyinggungnya.

"Boleh."

Syukur puji tuhan, Zhan lega, boleh ternyata. Jadi dia ngasih kuenya saking senengnya. Dia nyodirin di deksnya Yibo.

"Maaf, Bo Ge. Sebisanya. Hehe" Zhan cengengesan,

Sementara Yibo narik kuenya, terus diliat sebentar. Baru dia masukan ke dalam lacinya. Nanti pulang dibawa buat diberikan pada anaknya. Xiao Zhan bisa senyum lebar karena dikira bakalan ditolak karena bikinan sendiri.

"Ada yang saya mau omongin"

"Iya Ge. Silahkan. Soal apa ya?"

"Ziyi"

Xiao Zhan manggut satu kali. Berarti topiknya Ziyi. Kenapa ngga mereka aja. Xiao Zhan mendadak gila nih mikir kesana. Padalan kemarin siapa yang bilang nggak mau ngehumu.

Di seberang deks, Wang Yibo narik nafas terus dihembusin. Tatapan matanya fokus pada Xiao Zhan di depannya.

"Gini ya, Maaf sekali sebelumnya. Bukan ada maksud lain." ujar pak menejer mulai serius. Makanya Zhan dengerin baik-baik.

"Kemarin beneran anak saya ngomong soal pernikahan sama kamu?"

Aduh, ok, pipinya Zhan kerasa panas. Mendadak Zhan kayak tremor keinget lamaran bocah umur 9 tahun itu.

"I-iya Ge."

"Ngak usah didengerin, namanya juga anak kecil."

Sakit coi, Zhan lagi merasa dicubit bagian dadanya. Dalem lagi. Tapi bener sih, Ziyi cuman bocil tapi bukan bocil epep.

"Iya Ge"

"Ya gimana ya, saya nggak mungkin nurutin anak saya. Kita sama-sama tahu gendernya. Disini juga kita nggak gampang buat ada surat nikah. China lagi ketat-ketatnya. Saya cuman khawatir sama anak saya."

Akan Kujaga Hati Bapakmu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang