Chapter 18

56 20 0
                                    

Sunday 9AM, Apartemen Jieun

Jieun POV

"Yah kenapa hari ini kamu ga bisa?" terdengar suara Jiyeon dari handphone-ku. Dia hari ini mau mengajak jalan-jalan ke Nari Park di Yangju, katanya mau lihat rumput-rumput berwarna pink dan ungu. Untuk pergi kesana memang butuh seharian karena memakan waktu 1,5 jam dari Seoul.

"Lagian ini masih bulan September, emang udah bagus?" tanyaku.

"Kemarin aku lihat di Instagram, udah bagus kok. Kalau bulan Oktober nanti banyak turiiss.." rengek Jiyeon, masih bersikukuh ingin mengajakku kesana hari ini. Memang sih aku dan Jiyeon selalu pergi setiap weekendkarena kita sama-sama single.

"Aku ga bisa Jiyeon.." aku berhenti sebentar, agak ragu untuk berkata jujur. "Sungjin minta ditemenin jalan-jalan."

"Hah? Kalian mau kencan? Loh kalian udah ga diem-dieman lagi?"

Aku memang selalu menceritakan semuanya ke Jiyeon. Tentang lagu yang selama ini aku kagumi, ternyata lagu itu dinyanyikan dan dibuat oleh orang yang ga jauh dari kehidupanku. Tentang aku juga yang kecewa dengan Sungjin. Bukan, aku ralat. Aku yang kecewa kepada diriku sendiri karena sudah mempunyai harapan yang terlalu tinggi. Jiyeon satu-satunya orang yang tau semuanya.

"GAAKKKK. Ini aku balas budi karena tadi malem si brengsek itu bikin perkara di lobby apartemen. Dan iya, aku udah gak diem-dieman lagi."

"Kok gak cerita?"

Jiyeon memang satu-satunya orang yang tau semuanya, kecuali peristiwa tadi malam. Aku belum sempat menghubunginya karena kupikir terlalu malam, makanya aku malah nyamperin Sungjin padahal saat itu kondisinya masih diem-dieman sama dia. Tapi dipikir-pikir malu banget deh nangis di depan dia, aduh kalo ketemu dia lagi muka aku ditaro kemana.

"Iya iya nanti aku cerita, ini aku mau mandi dulu ya.."

"Oke oke selamat berkencan ya!" telepon langsung ditutup oleh Jiyeon sebelum aku bisa meluruskan asumsi kencan itu.

"Ih dibilang bukan kencan! Dasar Jiyeonnn!!" aku berteriak yang percuma saja tidak akan didengar oleh Jiyeon karena sambungan telepon sudah diputus. Aku lalu menyimpan handphone di nakas sebelah tempat tidur dan menghembuskan napas kencang karena tidak habis pikir si Jiyeon pagi-pagi udah bikin kesal.


11AM, Wonnamdong Bus Stop

Jieun POV

"Kamu kok suka banget sih ke Nakwon?" tanyaku ketika sedang menunggu bus nomor 273 di halte bus Wonnamdong yang tidak jauh dari apartemen. Karena cuaca yang sejuk aku akhirnya memilih untuk memakai turtle neck berwarna khaki dengan outer cardigan tebal panjang warna cokelat yang dipadukan dengan celana jeans, sedangkan Sungjin tampak ganteng dengan jaket bomber hitam dan celana jeans biru tua sobek-sobek kebanggaannya. Ya memang aku sekarang terlalu bias sih, ya sudahlah.

"Emang ga boleh?" jawabnya nyebelin. Aku membatin padahal baru aku puji sekarang kumat lagi deh. "Hehe becanda ah.." ucapnya sambil berjalan memasuki bus nomor 273 yang akhirnya tiba. Kami kemudian duduk di paling belakang kebetulan ada 2 kursi kosong, lalu Sungjin melanjutkan jawabannya. "Aku mau nyari gitar elektrik buat nanti manggung di Grand Mint Festival."

"Loh kamu bukannya udah punya si Baba?" Baba itu gitar elektrik warna putih milik Sungjin, dia namain Baba. Aneh banget deh yang satu namanya Atom, yang satu Baba. Kalo aku sih ga kepikiran namain instrumen sendiri, lagian gitar aku juga cuma punya 1.

Dia ga langsung jawab tapi malah mengeluarkan handphone-nya lalu memperlihatkan folder gallery yang isinya foto-foto gitar. "Ini si Baba, dia gitar Gibson Les Paul." kemudian layar handphone-nya sudah ganti jadi foto gitar berwarna hitam yang memang beda model dengan Baba. "Kalo ini gitar yang mau aku beli, Fender Blacktop Stratocaster. Beda kan?"

Band KantoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang