Kebetulan

1.6K 69 22
                                    

Kale mengerutkan kening saat melihat permintaan di aplikasi drivernya. Siapa orang bodoh yang memesan mobil dengan atap terbuka di aplikasi yang  penggunanya kebanyakan menengah ke bawah. 

Memang ada yang menggunakan mobil mahal seperti itu untuk di sewakan? Bahkan sebulan penghasilan dari aplikasi itu tidk akan bisa menutupi biaya pemeliharaan mobil tersebut.

Kale mengabaikan permintaan tersebut dan kembali meminum kopi di tangannya. Tapi permintaan tersebut tidak pernah surut sampai 1 jam. 

Melihat permintaan itu berhenti membuat Kale tersenyum. Mengira orang tersebut sudah menyerah.  Namun nyatanya tidak. 

Permintaan lain muncul dan meminta mobil dengan sunroof.  Kale mengerut kesal namun Rasa penasaran lainnya muncul. Memikirkan siapa orang bodoh yang memesan seperti ini. 

Berlandaskan itu dia menerima permintaannya.  Kale bisa melihat orang itu tidak jauh darinya.  Dia bergegas menghampiri orang itu. 

Di pertengahan perjalannya, pemesan mengechatnya.  Mengonfirmasi apakah mobil Kale memiliki sunroof. 

Kale mengiyakan dan makin mempercepat laju mobilnya. 

Sampai di titik penjemputan Kale menghubungi orang yang memesannya.  Tak lama seorang wanita mengetuk kaca mobilnya.

Wanita itu memiliki rambut panjang di kuncir setengah. Wajahnya sangat kecil kalau di bandingkan dengan telapak tangan Kale. 

Kale membuka kaca mobilnya,  "Dengan Kia?"

"Ya, buka pintunya." Suara ketus Kia lontarkan. 

Dengam itu Kale menyesal telah menerima permintaan itu.  Kale sangat tidak suka orang sombong dan tidak sopan.  Seperti orang di depannya.

Kale membuka pintu mobilnya. Wanita itu masuk di kursi belakang. Amarah Kale makin meningkat. Tapi dia memilih tidak bersuara sama sekali.

Mobil melaju.  Kale mencoba sedikit mungkin tidak melakukan kontak dengan Kia.  Dia bahkan tidak repotrepot mengkonfirmasi tujuan Kia. 

"Bisa tolong buka atapnya." Kale menoleh sebentar ke belakang, sebelum membuakanya.  Kale tidak ingin berdebat apapun. Dia hanya ingin ini cepat selesai.

Suara angin kencang masuk dari belakang Kale.  Kale mematikan ac mobilnya dan mengabaikan apapun yang di lakukan Kia. 

"Bimo anjing! Tolol! Gua benci lu! Fuck! Kenapa lu gak mati aja anjing! Pergi aja lu ke neraka!!" Kia berteriak kencang. 

Kale hampir menginjak rem saat mendegarnya.  Jalan memang tidak cukup ramai karna ini malam hari.  Tapi sepanjang jalan, Kia di tatap seperti orang gila yang lepas.

Keterkejutannya tidak sampai situ, Kia terus berucap kasar sampai setengah jam tanpa henti.

Setelah capek berteriak,  Kia kembali ke tempat duduknya.   "Terimakasih. Lu bisa tutup lagi atapnya?"

Kale menutupnya tanpa kata. Kale sesekali melirik Kia di belakangnya.  Memastikan Kia benar bukan orang tidak waras yang tibatiba akan melukai Kale.

"Gua emang lagi gak waras sekarang.  Tapi gua beneran bukan orang gila." Kia mulai jengah dengan lirikan Kale dan menyemprotnya dengan katakatanya.

"Tidak ada bukti pastinya.  Jadi tidak ada salahnya untuk curiga."  Kale melirik Kia dari kaca spionnya. 

Tatapan kesal Kia layangkan, tidak bisa membantah omongan Kale.  Kia lalu bergerak maju dan duduk di depan.  Memakai sabuk pengamannya dan menatap Kale.

Kale hanya diam melihat hal itu.

"Gua minta maaf kalo tadi gua jutek banget ke elu.  Gua lagi badmood banget tadi." Kia merogoh tas selempangnya dan emngeluarkan beberapa permenkaret dari dalamnya.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang