"Yak! Alry! Kemari kau brengsek!"
Alry berlari di depanku. Dengan sekuat tenaga aku mengejarnya. Bagaimanapun juga kekuatan lakilaki dan perempuan jauh berbeda, apalagi dia lakilaki sehat yang pastinya kuat berlari.
Nafasku sudah putusputus. Memutuskan untuk menyerah mengejarnya. Aku tidak kuat lagi kalau harus berlari mengelilingi sekolah untuk mengejarnya.
Ku dudukan diriku di taman sekolah. Mengatur nafas sambil melihat bunga taman sekolah yang selalu indah. Entah bagaimana pengurus kebun melakukannya. Tapi hasil dari jerih payah mereka berhasil.
"Aakh!" Aku tersentak kaget. Sebotol soda dingin mengenai kulit pipiku. Pelakunya hanya memasang muka datar sambil duduk di sampingku.
"Jadi, kali ini apa alasanmu mengejarku?" Alry membukakan botol soda di tangannya dan menyerahkannya padaku.
Aku menerimanya. Ku lihat Alry juga meminum tehnya yang lesssugar.
Aku meneguk keras sodaku. Sampaisampai aku hampir tersedak di buatnya. Aku menahannya sampai telingaku sakit di buatnya.
"Pelanpelan bodoh!" Alry kembali bersuara, merebut soda dari tanganku.
"Siapa yang kau bilang bodoh, hah!" Aku tersungut marah. Tanganku menekan hidungku agar sakit dari minuman soda itu berkurang.
"Kau! Minumlah pelanpelan. Apa kau ini lakilaki? tidak ada feminimnya sama sekali."
Aku memanyunkan bibirku. Membuang muka ke sembarang arah. Harga diriku sebagai perempuan terluka!
"Hah.. maafkan aku, Ar. Aku tau ini fakta yang susah untuk dirimu terima."
Aku menoleh cepat ke arahnya. Mengambil kerah bajunya dan menyentaknya maju mundur. "Kenapa mulutmu jahat sekali! Kau makan apasih!"
Alry hany menerima perlakuanku, sampai aku berhenti dengan sendirinya. "Jadi, kali ini kenapa kau mengejarku?"
Aku menatapnya tajam. Mengingat alasan kenapa aku sangat ingin memukulkan beberapa menit yang lalu. "Kenapa bisa peringkat 4? Apa kau menyianyiakan otakmu lagi?! Atau kau sudah menjual otak pintarmu itu?! Jawab aku!"
"Hanya karna itu kau mengejarku mengelilingi sekolah?"
"Ya! Aku juga tidak akan mengejarmu kalau kau tidak berlari."
Alry menaikan alisnya satu, "Siapa yang tidak akan berlari kalau kau tidak tibatiba berteriak memanggil namaku sambil memasang muka ingin memakanku!"
Aku berdecih, "Sudahlah, jadi kenapa kau bisa di peringkat segitu?!"
"Hanya bosan."
"Hah?!.."
"Bosan. Kau tau?" Alry memainkan minuman di tangannya. Tatapannya sendu mengarah ke depan.
Aku sudah menduga hal ini. Tapi aku tidak tau kalau itu sungguhan terjadi.
Aku dan Alry berteman karna orang tua kami juga berteman. Maksudnya karna orang tua kami teman sejawat sejak SD, jadi mereka suka bertemu. Hal hasil kami saling berteman bahkan di saat kami belum bisa mengenal huruf.
Sayangnya, Ibu Alry 7 tahun lalu meninggal, Ayahnya yang sedih melimpahkan itu semua pada ke pekerjaan. Beliau lupa kalau masih mempunyai Alry di sisinya.
Alry yang di tinggal sendiri jadi sering melampiaskannya untuk membolos sekolah. Orang tuaku tidak ingin Alry seperti itu. Jadi, mereka memindahkanku ke sekolah yang sama sejak SMP kelas 2, sampai sekarang kami SMA kelas 3.
Perubahan Alry memang tidak bisa drastis, tapi dia sudah tidak bolos lagi. Walau kadang dia suka malas belajar, tapi percayalah dia lebih pintar dari aku yang selalu rangking 5 di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot!
RomanceKumpulan cerita pendek atau oneshot. Dewasanya nyerempetnyerempet aja. Enjoy it! 20+