Melepaskan diri dari semua beban yang berada di pundaknya sejenak. Menikmati hidup seperti orang kebanyakan. Dia akhirnya pergi ke Hawaii tanpa satu orangpun ketauhi.
Kepalanya pusing ditambah dengan minuman berakohol tinggi yang dia minum. Membuat otaknya makin panas terbakar.
Musik bertentum keras, memekakan telinga. Kakinya tanpa sadar bergerak ke tengah lantai dansa. Menggerkkan tubuhnya yang sempoyongan, menyesuaikan irama.
Tertawa sendiri seperti orang gila. Dia meneguk kembali minuman yang membakar tenggorokannya.
Pikirannya sudah tidak bisa membedakan ilusi dan kenyataan. Saat melihat seorang wanita meliukan tubuh sitalnya di depannya.
Wanita itu bergerak seirama dengan tubuhnya bergerak. Menempelkan tubuh rampingnya kepadanya.
Alvin tertawa kecil, sebelum menaruh tanggannya di pinggang wanita ini. Menekan alat vitalnya ke pinggul wanita ini. Sambil tangannya yang lain merangkak naik meremas payudaranya.
Bukannya risih, wanita itu malah menikmati pijatanya. Sambil ikut menggesekkan pinggulnya ke alat vitalnya yang mengeras.
Dia ingin melihat dengan jelas wanita di depannya ini. Alvin memutar tubuhnya, tapi karna pengaruh alkohol. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya. Alvin hanya bisa melihat wata biru wanita itu yang mempesona.
"Suka dengan apa yang ada di pinggulmu?" Alvin berbisik ke wanita itu. Kedua tangan wanita itu sudah bergelayut dipundaknya. Tubuh mereka sudah menyatu, hanya tinggal lapisan pakaian yang memisahkan mereka.
"Apa itu akan sebesar yang ku bayangkan?" Wanita itu balas berbisik ke telinganya.
Alvin bergidik sesaat. Tidak hanya tubuh yang sexy tapi suaranya pun indah. Rendah dan menggoda. "Mungkin?"
"Benarkah?"
"Kau bisa memastikannya sendiri.."
Musik keras tidak mempengaruhi mereka. Alvin memutar tubuh wanita itu untuk berhadapan dengannya. Tubuh mereka lalu berayun pelan sambil saling menatap.
Perlahan pusing yang di rasanya memudar. Penglihatan Alvin mulai membaik.
Mata biru di depannya itu sangat cantik. Bulu matanya panjang dengan hidung kecil. Bibirnya tipis, dilapis lipstik merah menyala. Alvin mengendus kecil. Kesenangan membuncah di dadanya. Wanita ini terlalu tipenya.
"..Dimana?" Jawaban wanita ini membuatnya membeku.
Alvin meyelipkan rambut ke telinga wanita itu. Jarinya kemudian mengelus pipinya yang di hiasi blush on tipis, lalu ke bibirnya yang merah merekah.
Di usapnya bibir itu, lipstick yang menempel disana ikut tersapu, mengikuti jarinya. Sekarang wanita itu benarbenar terlihat berantakan di matanya.
Jantungnya berdetak kencang. Libidonya naik, makin tidak bisa di kontrol. Alvin maju dan menempelakn bibirnya ke telinga wanita itu.
"..Kamarku."
.......
Matahari sudah naik ke singgasananya, saat kedua tubuh itu kembali beradu. Tanpa lelah, mereka sudah melakukannya sedari malam. Dalam hal di atas ranjang mereka seperti cocok satusama lain.
Seakan keduanya di ciptakan untuk bersama.
"Ghh.. Kamu meremasku terlalu keras, sayang." Alvin menggerang ke enakan. Diantara sakit dan rasa nikmat, Alvin merasa seperti kejantanannya hisap dengan keras. Rasa panas dan licin yang melingkupinya seakan menciuminya di sepanjang kejantanannya. Tidak membiarkannya keluar sedikitpun, membuatnya masuk lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot!
RomanceKumpulan cerita pendek atau oneshot. Dewasanya nyerempetnyerempet aja. Enjoy it! 20+