Backstreet

7.6K 150 6
                                    


Suara riuh penonton bergema di seluruh sisi gelanggang olahraga. Ramai teriakan penonton menyoraki temannya ataupun jagoannya yang sedang bertanding di tengah lapangan.

Tempat itu sekarang sedang dipakai pertandingan. Pertandingan Taekwondo lebih tepatnya. Biasanya pertandingan memang di adakan indor dengan tempattempat seperti gelanggang atau stadion.

Setiap pertandingan biasanya di bagi menjadi 3 regu pertandingan dipisahkan dengan sebuah matras. Jadi, bisa dibayangkan riuhnya penonton bergema menyoraki setiap pertandingan yang ada denga  fokusnya masingmasing.

Disisilain pertandingan, Kim Nari berdiri tidak mengerti dengan apa yang dia lihat sekarang. Nari memang berdarah campuran, dengan darah Korea mengalir dari sang ayah. Tapi lama menetap di Indonesia membuat dia tak mengerti tentang olahraga negaranya sendiri.  Yang Nari mengerti dari negara ayahnya,  mungkin hanya bahasa dan kebudayaannya.  Selain itu nol besar.

Jadi saat temannya memintanya menonton dirinya bertanding di sebuah matras beda warna berbentuk persegi, dia hanya mengiyakan dengan hati tak ingin mengecewakan, yang berakhir terbengong di tempatnya berdiri.

Pemahaman singkat tentang situasi yang di alaminya sekarang adalah temannya tadi memakai sesuatu pelindung berwarna merah. Nari tinggal memfokuskan penghilatannya kepada warna merah di depannya itu dan bila di katakan wasit itu memberi gerakan aneh seperti kemenangan atau kekalahan, Nari tinggal merespon sesuai situasinya.

Hal itu berhasil. Nari tersenyum sesaat temannya itu dikatakan menang dan menghampirinya mengatakan terimakasih telah menontonnya yang di balas Nari dengan katakata selamat dan hebat. 

Meninggalkannya sebentar untuk melepaskan atribut temannya bertanya "Kau akan terus di sinikan sampai penyerahan mendali? "

"Maafkan aku. Aku harus membantu ibuku di rumah. Aku harus pergi." Nari menunjukan wajah kecewanya yang dibuatbuatnya. Nari sudah cukup merasakan sesaknya Gor dan kebingungannya hari ini. Saatnya pulang dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Aa..  Okey.  Tidak apaapa. Mau ku antar?"

"Tidak, terimakasih." Nari berbalik badan dan melambaikan tangan "Aku pergi dulu."

"Ya, terimakasih sudah datang." Nari melihat dari kejauhan temannya itu melambaikan tangan kepadanya juga.

Nari menghela nafas berat.  Dia hampir mencapai pintu, tapi ruangan penuh sesak orangorang yang masuk dan keluar membuatnya terombang ambing. Kalau tau seperti ini hanya untuk keluar, dia tidak akan penah menonton pertandingan lagi.

Tibatiba seseorang didepannya terdorong kebelakang membuatnya terhuyung dan hampir jatuh jika seseorang tidak menahannya. Lengannya ditarik ke atas untuk membuatnya kembali berdiri dan di bawanya entah kemana.

...

"Kita mau kemanasih,  Alex?!" Aku memberontak dari tarikan tangannya yang membawaku pergi. Alex masih memakai baju kebanggaannya, keringat masih sesekali menetes di lehernya.  itu terlihat sexy kalian tau. 

Kami tiba di tempat yang sepi, yang ku tebak sepertinya belakang gor. 

"Kamu mau kemana? Bukannya kamu bilang kemaren mau liat aku tanding?!" Alex menatapku tajam menghakimiku. Aku yang di tatap hanya memberikan cngiran khasku.

"Aku udah lihat kamu tanding Alex.  Aku tau kamu menang."

"Jadi, karna kamu sudah menonton ku bertanding. Itu sudah melunaskan janjimu padaku?"

"Aku hanya bilang ingin nonton tanding.  Itu bukan janji!" Aku cemberut melihatnya. Alex melipat tangannya di dadanya, memandangku lebih tajam lagi. "Lagian aku gak bisa lama di dalem, Alex."

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang