Pagi yang indah untuk mengawali hari. Burung berkicau dengan embun yang menempel di dedaunan. Matahari muncul di langit setelah 3 hari malumalu, bersembunyi di balik awan. Memberikan kehangatan nyaman, setelah kemarin mengabaikan dalam kedinginan.
Leo keluar dengan rambut yang acak acakan dan hanya dengan celana tidur panjng memeluk kakinya. Celana tidur berbahan tipis yang hampir tidak bisa menyembunyikan bayangan besar di baliknya.
Bahunya tegap dan dada bidang. Tubuhnya dihiasi otot, terpampang jelas meminta perhatian. Kalau ibarat kata, penampilan Leo seperti model majalah pakaian dalam.
Tinggi, kekar dan sexy seperti saat memamerkan model pakaian dalam keluaran terbaru. Sayangnya, Leo tidak pakai dalaman sekarang. Leo hanya terbalut celana tidur, yang dia pakai rendah di pinggulnya. V line di pinggulnya terlihat jelas tanpa harus bersusah payah mengintip.
Niat hati Leo memang hany untuk mengambil susu dan koran di pagar rumah. Dia sangat lelah kerja lembur tadi malam. Kalau bukan nnti jam 9, dia ada kerjaan lagi. Dia tidak akan keluar dari rumah sampai besok.
Menghirup panjng udara pagi hari, sebelum berjalan ke arah pagar. Sepanjang perjalanan Leo menuju pagar, tidak seorangpun, tidak menoleh untuk kedua kalinya kepada Leo. Seperti sebuah magnet, Leo menjadi pusat perhatian.
Tidak ada yang bisa menyangkal, kalau penampilan Leo terlalu menarik kalau hanya di pandang sebentar. Itu seperti surga nyata dan tidak ada yang bisa dilewatkan ke indahannya.
Leo menanggapinya dengan santai. Sudah terlalu terbiasa baginya menjadi pusat perhatian. Itu seperti makanan seharihari. Dia hanya perlu mengabaikannya.
"Sepertinya harimu menyenangkan, hah?"
Leo menoleh, menyeringai kecil. Dari seluruh mata yang mengarah padanya. Hanya mata ini yang selalu menarik perhatiannya. "Apakah harimu terlalu buruk, sampai menganggu hariku?"
Lea menyipitkan matanya. Perasaan jengkel yang dia rasakan pada makhluk di depannya makin menjadijadi. "Hariku selalu buruk kalau bertemu dengamu."
"Kau harus berkonsultasi. Mereka semua memiliki hari yang baik kalau melihatku." Menelengkan kepalanya ke samping, memberi tanda pada Lea, kalau orangorang memperhatikan Leo dengan senyum di wajahnya.
Leo menyenderkan tubuhnya di tembok pembatas rumah mereka. Melihat wajah Lea yang menatap jijik kearahnya, seakan menjadi hiburan paginya yang membosankan. Leo tidak akn menyangkal kalau sebentar lagi dia akan menjdi submissive kalau terus bergaul dengan Lea.
"Mereka hanya suka fisikmu. Kalau merek tau sifatmu yang menjijikan ini, mereka akan meninggalkanmu tanpa menoleh kebelakang." Lea melipat tangannya didadanya. Koran ditangannya sudah dia gulung sedari tadi. Tangannya sangat gatal untuk memukul tetangganya itu.
Pemandangan itu tidak luput dari perhatian Leo. Apakah Lea tidak sadar kalau tindakannya itu membuat dadanya makin terlihat menggoda? Leo bisa bertaruh dengan sertifikat rumahnya, kalau Lea hanya hanya dibalut terusan piyama dan celana dalam. Tanpa bra. Karna puting Lea tercetak jelas di piayamanya itu.
"Apakau salah satu dari mereka?"
"Apa maksudmu?"
Mata Leo turun ke dada Lea, lalu ke matanya. Menjilat sebentar bibirnya yang kering, Leo berucap. "Tapi sepertinya bukan. Kau lebih berani dari mereka."
Wajah Lea memerah karna marah. Lea sangat tau arah pandang Leo yang mengarah ke dadanya. Menurunkan tangannya, sebuah ide mengalir di otaknya.
Mencoba tenang, Lea menarik nafas panjang dan menahan semua amarahnya. Mereka sudah sering seperti ini. Ini bukan pertama kalinya mereka melempar godaan mengerikan seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot!
RomanceKumpulan cerita pendek atau oneshot. Dewasanya nyerempetnyerempet aja. Enjoy it! 20+