Akhir Pekan Persama Kale

449 26 6
                                    

16+ kayaknya

....

"Ki, muncak yuk."

Kia memutar kepalanya cepat. Ide dari mana itu kelar. Dia sedang ada deadline yang harus di selesaikan malam ini juga, tapi pria ini tidak melihat situasi dan malah mengajaknya naik gunung?

"Lu gak liat gua lagi ngapain?!" Kia menunjuk laptop terbuka dan tumpukan berkas didepannya.

Sebagai seorang akuntan, sudah sering bagi Kia membawa perkerjaan ke rumah. Agar tidak terjadi kesalahan, deretan angka dengan jumlah nol yang banyak harus selalu diperhatikan sedetail mungkin. Sekali salah aja kantornya bisa rugi puluhan hingga milyaran.

Karna Kia harus memberi perhatian lebih dengan cek berulang kali sebelum menyerahkannya, pekerjaan Kia jadi mudah terhambat. Kalau mau memilih Kia juga tidak ingin membawa perkerjannya kerumah, tapi apa daya tngan tak sampai. Pekerjaannya lebih penting dari dirinya sendiri.

Bahkan kalau harus mengorbankan akhir pekannya seperti ini.

"PMS lu! Galak banget." Kale menaruh coklat panas di samping Kia, yang langsung di sambar wanita itu.

"Lu daripada ngoceh aja. Mending bantuin gua."

"Ogah, makasih! Selamat berkerja."

Setelah mengatakannya Kale pergi ke balkon rumah Kia. Pria itu membuka sedikit pintu kaca agar udara yang masuk tidak menerbangkan dokumen Kia.

Kia hanya melihatnya sebentar dan lanjut mengerjakan. Sebenarnya dibagian keuangan bukan hanya dia pekerjanya, ada banyak hingga lima orang, namun ada pekerja yang baru saja resign dan belum mendapat penggantinya. Hal hasil tugas yang tertunda itu di bagikan ke seluruh pekerja yang ada.

Kia menghitung dengan teliti angka demi angka di kakulator dan memindahkannya ke dalam excel. Beberapa kali dia mengetik dalam word dan kembali melihat berkas di sampingnya.

"Nih apel."

Tanpa menoleh Kia mengambil sepotong apel dari piring yang di sodorkan Kale. Mulutnya mengunyah dan tangannya dengan lincah bermain di keyboard.

Kia mengerutkan dahinya melihat sesuatu yang janggal dalam excelnya. Dia menggigit pensil di tangannya, lidahnya pahit karna menghisap dan menggigiti pensil. Sesekali dia juga akan mengetuk dahinya karna mencari kesalahan yang kasat mata.

"Nih mineral, permen sama earphone." Kale menaruh semuanya di depan Kia.

Kia hanya berdehem dan menggambil permen. Mengganti objek gigitannya menjadi permen.

Waktu mengalir cepat di antara mereka. Kale sibuk juga dengan bukunya tentang tantangan berbisnis di wilayah baru. Pria itu tenggelam semakin dalam pada bukunya dan Kia tenggelam dalam tumpukan angka.

Tidak terasa, matahari sudah waktunya untuk tidur. Kale bangun duluan untuk menyalakan lampu. Dia kembali duduk di hadapan Kia dan meminum kopi yang sempat dia buat.

"Huaaaa.." Kia merenggangkan tubuhnya. Punggungnya seperti ingin copot sedari tadi membungkuk.

"Udah selesai?" Kale bangkit kembali, mengambil bantal sofa dan menaruhnya di belakang tubuh Kia.

"Udah, mau makan?"

"Ikan bakar, gas?"

"Gass!"

Kia langsung menutup laptopnya dan bersiap-siap untuk keluar.

.....

"Sekarang gua ngerti maksud lu tentang ikan bakar." Kia menatap kesal pria di sampingnya.

"Sabar, orang sabar disayang Tuhan." Kale dengan mata terfokus dengan bukunya.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang