Ego

1.8K 83 2
                                    

"Kalian lagi ada masalah ya,  Netta?" Aku menoleh sebentar ke arah Caily. Caily sedang menatapku dengan tajam seakan menghakimiku.

"Maksudmu?" Aku melihatnya yang menunjuk ke arah sebuah ruangan.

Ruangan kecil dengan pembatas kaca abuabu buram dengan memiliki garisgaris hitam di tengah. Memungkinkan orang untuk melihat ke dalam walau tidak akan terlalu jelas. Ruang kepala divisi pemasaran, Christian Waltern.

Dari ruangan tersebut terlihat siluet hitam yang terus menghadap ke arah mereka. Katakan mereka terlalu percaya diri.  Tapi sesekali postur tubuh orang tersebut bergerak untuk melihat komputernya sebelum kembali melihat ke arah mereka.

"Pantas punggungku panas dari tadi." Aku memutar tubuhku secara terangterangan ke ruangan tersebut.  Orang di dalam ruang itu tersentak dan bergerak untuk mengahadap komputernya.

"Kalian kalau ada masalah cepat lah selesaikan.  Kau tidak kasihan pada kami semua?"

Aku memiringkan sedikit kepala ke arahnya.  Tidak mengerti apa yang dia maksdukan.

"Hah.. Sebelum kau datang Mr. Waltern marah marah ke beberapa orang.  Setelah kau datang dia hanya mengurung diri di ruangannya." Bisikan Caily mengagetkanku.

Aku memang sedikit telat tadi pagi, karna jarak kantor dengan rumah orang tuaku cukup jauh.  Tapi aku tidak menyangka akan melewatkan hal ini.

"Bahkan sekarang dia mengechat satusatu dari kami untuk menyelesaikan semua pekerjaan! Itu sangat melelahkan kau tau!" Caily menunjukkan chat dari Christian Waltern.  Bahkan terlihat beberapa anak kantor ada yang meminta Caily berbicara padaku.

Aku bergegas melihat ponselku. Chris tidak mengirim chat seperti itu padaku.  Aku menatap kesal ponselku yang tidak bersalah.

"Tolong berbaikanlah padanya, Netta.  Kita semua mau liburan loh nanti.  Masa harus dengan suasana seperti ini." Caily memegang tanganku erat.  Memohon dengan sungguhsungguh padaku.

Aku menatapnya sinis. Hal ini sudah biasa untukku. Aku dengan Chris pacaran sejak 5 tahun lalu, dan ini bukan menjadi rahasia umum lagi. Anak sedivisi semua sudah pada tau, bahkan anak luar divisi juga pada tau.

Tidak ada yang bisa protes tentang ini. Karna Chris anak pemilik perusahaan. Kalau mereka ingin protes, mereka akan berhadapan dengan pemilik perusahaan.  Kerna aku sudah mendapat restu menjadi menantunya.

Tidak ada yang tau kenapa Chris lebih memilih kepala divisi daripada mewarisi perusahaannya.  Bahkan akupun tidak tau! Yang jelas kalau aku tidak salah ingat ayah  Chris sedang membujuk Chris dengan segala cara untuk mau ambil alih perusahaan ini.

"Aku bukan pawangnya! Kenapa tidak kau saja yang bujuk dia. Mungkin dia akan mau karna kau memiliki modal untuk hal itu." Mataku naik turun melihat ke arah dada dan bokong Caily.

Caily memutar matanya malas, tidak merasa tersinggung dengan ucapanku barusan. "Yes, you're! Kalau aku bisa akan ku lakukan!"

Tempramental Chris memang buruk. Chris seorang pribadi yang tegas, disiplin dan moodian. Dia akan memisahkan selangkangannya dengan pekerjaannya.

Pernah ada yang menggodanya di toilet dulu. Wanita mana yang tidak tergoda untuk memiliki Chris,  dia tampan tinggi dan anak pemilik perusahaan.  Wanita itu membuka pakaiannya dan menggoda Chris untuk HS.

Sayangnya, Chris mengabaikan wanita itu. Besoknya wanita itu di pecat dan ku dengar dia masuk daftar hitam untuk semua perusahaan.

Suatu keberuntungan dia tidak pernah marah saat ku goda di kantor untuk menurunkan amarahnya. Dan karna inilah mereka suka menjadikanku persembahan kalau mood Chris sedang jelek.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang