Akhir Dari Si Pelangi

1.1K 59 9
                                    

"Nonton yuk."

Ryu melirik sejenak wanita di sampingnya. Otaknya berkerja cepat, menimbangnimbang ajakan yang di utarakan. "Emang ada film yang bagus?"

"Gak tau. Tapi gua galau sekarang. Gua butuh sebuah healing, kata orang mah." Kori melihat kembali pesan text diponselnya, sebelum membantingnya lagi ke meja.

"Putus lagi?" Ryu mengambil ponsel Kori. Membaca pesan text yang penuh dengan kata mutiara. "Wow.. Gentle sekali"

"Seumur hidup, Itu orang paling jamet yang pernah gua temuin."

"Tapi lu pacarin. Lu jamet juga berarti."

"Makasih." Kori merebut kesal ponselnya. Memblokir mantan pacarnya itu dan kembali melempar ponselnya ke meja.

Ryu menatap kasihan ponsel Kori yang tidak bersalah. "Jadi mau nonton?"

"Gak! Kita ke gamexone aja sekarang. Ayo!" Kori menarik paksa Ryu dari kursinya. Meninggalkan semua makanan yang masih tersisa di meja.

Mereka sedang nongkrong santai disebuah cafe, menikmati libur akhir pekan mereka. Belum sempat menghabiskan makanan mereka, insiden itu terjadi. Merenggut nafsu makan mereka. Lebih tepatnya nafsu makan Kori.

Mereka berkeliling memainkan semua permainan yang ada. Berlomba mengumpulkan banyak tiket untuk di tukarkan hadiah.

Capek dengan perlombaan yang mereka buat. Mereka memutuskan istirahat sejenak di kursi yang di sediakan. sambil sesekali melihat sekeliling, menentukan target selanjutnya untuk di mainkan.

Kori melirik Ryu sejenak. Kori sadar sedari tadi banyak sekali wanita yang melirik ke arah mereka dan tidak mungkin lirikan itu untuknya. Sedari awal mereka masuk mall juga, sudah banyak yang memperhatikan Ryu, tapi sepertinya Ryu tidak sadar.

Kori melihat Ryu dari aras ke bawah. Mengamati apakah ada yang berbeda darinya. Sampai satu titik dia berseru, "Oh!"

Ryu menoleh, dia masih manegak air mineral di tangannya saat mendengar seruan Kori. Dahinya mengerut, seakan bertanya ada apa.

"Kuping lu di tindik?! Gila! Lu kerasukan apaan, woy!" Tangan Kori dengan cepat memegang telinga Ryu. Memainkan anting hitam yang tersangkut di sana.

Ryu hampir tersedak saat tangan Kori menggapai telinganya. Buruburu dia jauhkan tubuhnya dari tangan Kori. "Udah dari lama. Baru sadar lu?"

"Iya! Gua liatliat, gaya lu juga berubah. Lu lebih sering pake jeans sekarang." Mata Kori bergerak dari atas ke bawah. Memperhatikan gaya busana Ryu yang berubah 180derajat.

Biasanya Ryu hany memakai hoodie oversize. Sesekali dia juga hany memakai kaos saja. Tapi sekarang Ryu memakai pakaian serba jeans. Bahkan sepertinya mingguminggu kemarin dia juga pakai baju serba hitam.

"Lagi mau ganti suasana aja." Ryu menanggapinya dengan santai. Sesekali tangannya menyuar rambutnya. Gerakanny itu tidak luput dari tatapan orangorang di sekitarnya.

"Gila! Lu lagi suka sama cewek mana? Bilang sama gua, nnti gua bantu."

Ryu tersenyum kecil. Tangannya tanpa sadar memegang telinganya yang ditindik. Dia masih ingat rasa sakitnya, tapi tidak bisa menandingi rasa sakit di tempat lain. "Gak, lagian dia gak suka sama gua."

"Hah? Cewek mana yang gak suka sama lu?! Sini kasih tau gua! Sok kecantikan tuh cewek." Kori menepuk pundak Ryu. Seakan memberi semangat untuk tidak pantang menyerah.

"Udah lupain. Kita lanjut main aja. Gua lagi gak mau menang hari ini." Ryu melongos pergi begitu saja. Gerakannya di buat sesantai mungkin. Walau nyatanya sekarang jantung dia berdegup begitu kencang.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang