Omega

1.1K 59 2
                                    


Didunia ini, manusia dibagi menjadi 3 tingkatan hirarki yang mutlak. Seakan hidupmy sudah di terbentuk lurus dan tak bisa di ubah kalau mendapatkan salah satunya.

Aku omega, menjadi tingkat paling jarang di temui namun paling di butuhkan. Hal ini karna kami paling subur kalau ingin mengandung. Meskipun di dunia paling bangak beta, tetapi kemungkinan hamil beta hanya 50%, kami para omega 75% berkemungkinan hamil dan akan berkembang menjadi 100% kalau kami dalam siklus heat.

Kami bisa merasakan feromon seperti kami bernafas. Itu terbang di manamana saat para omega dan alpha ada.

Selain kemungkinannya kecil. Beta juga tidak bisa merasakan feromon di sekitarnya dan tidak bisa mengeluarkannya. Kalau bisa di bilang keadaa Beta paling normal dari 3 hirarki yang ada. Hiduo dengan normal tanpa khawatir harus terpengaruh feromon orang lain.

Puncak hirarki ini di duduki sang Alpha. Seorang penguasa dengan sifat berani dan mendominasi. Mereka selalu di takdirkan mempunyau hidup enak hanya karna mereka alpha. Semua akan gemetar ketakutan hanya dengan aura alpha yang di keluarkan.

Aku benci hirarki ini karna aku berada di paling bawah. Di anggap pelacur hanya karna di takdirkan menjadi pabrik pembuat anak.

Aku tidak pernah berharap menjadi seorang omega. Apalagi menjadi omega ressesive. Memiliki siklus heat yang tidak teratur dan bisa meledak kapan saja jika dia mau. Susah di bedakan dengan beta namun paling subur diantara para omega.

Jangan lupa mereka hanya di takdirkan untuk para alpha dominan.

"Hey Biatch! Pergi jauh dari sini, kami tidak ingin berbau seperti dirimu." Wanita dengan rambut ikal dengan wajah penuh hiasan itu tertawa. Di iringi gelak tawa temantemannya di belakang.

Aku hnya diam tidak menanggapinya dan bergerak sesuai kemauannya. Bukan karna aku mengalah, hanya malas berurusan dengan orang otak udang.

Wanita itu menggeram marah saat tidak mendapat tanggapan dariku. Merasa di abaikan."Bukan hanya seorang omega, kau juga bisu? bagaimana kau memuaskan pelangganmu kalau tidak bisa mendesah?"

"Bahkan hanya dengan berdiam diri aku bisa memuaskan pasanganku. Tidak sepertimu, Beta, yang harus menggila hanya untuk membuat pasanganmu terangsang." Sejalan dengan ucapanku, aku pergi dari hadapannya. Memutuskan untuk menanggapinya juga. Entah sekarang atau nanti dia akan tetap marah dan terus mengganguku.

Aku bisa membayangkan wajah merahnya menahan amarah. Kalau aku ingatingat, dia tidak bisa menyerangku dengan brutal karna saat ini kami berada di perpustakaan. Dan sekarang aku menyesal menyerahkan kursiku padanya.

"Beraninya kau jalang murahan! Reyna!!" Bersamaan dengan seruan itu, kupluk hoodieku di tarik ke belakang.

Aku yang kaget tidak bisa menyeimbangkan tubuh, pasrah dengan rasa sakit yng akan ku terima. Tapi bukanny rasa sakit yng ku terima, malah rasa aman dari 2 lengan yang melindungiku.

Tepat saat itu, Roger menarikku kedalam pelukannya. Dia menggeram marah dan menatap mereka semua. Aura alphanya menyebar membuat seluruh orang yang ada di perpustakaan takut. Ya, tidak akan ada yng berani melawan alpha dominan.

"Kau tidak pernah jera, eh? Sela?" Roger berucap. Aku bisa melihat urat di lehernya menonjol keluar. Giginya mengeletuk, menahan amarah yang sudah di ubunubun.

"R-roger ini tidak seperti yang-..." Aku tidak bisa melihat Sela, karna tangan Roger menahan kepalaku di dadanya. Namun dari nada suaranya aku tau Sela sedang panik dan takut.

"Cukup! Ini terakhir kali aku mentolerir sikapmu. Kau harus menanggung resikonya sekarang." Dengan itu Roger membawaku pergi dari sana.

Aku melirik sekilas ke belakang. Sela menatap takut kepergian kami. Dia memanggilmanggil Roger dan berteriak panik kepada temantemannya.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang