Under The Desk

1.2K 50 11
                                    

"Umhh.."

"Jangan ngedesah, Lilia"

"Uhh.. Gak bisa! Gelii"

Lilia kembali menggoyangkan pinggulnya. Mengikuti gerakan tangan Jeremy yang mengelus lubangnya. Meringis kesakitan sekaligus keenakan dengan sensasi gel dingin, yang di rasakan lubangnya yang bengkak dan panas.

Mereka, Lilia dan Jeremy, habis melakukannya tadi malam. Setelah malam pertama mereka gagal. Hal itu dikarena Lilia terlalu lelah kaburkaburan dan acara resepsi mereka.

Menurut Jeremy saat itu hanya dia yang mengininkannya, jadi Jeremy bersedia menundanya. Akan sangat tidak adil bagi Lilia kalau di paksakan. Pada saat itu juga yang Jeremy berpikirkan,  pernikahan mereka bisa di hitung sebuah paksan dan dia tidak mungkin memaksa Lilia lagi hanya untuk mengikuti hasratnya.

Hingga akhirnya tadi malam, Jeremy bisa merasakan apa yang dinamakan surga dunia. Bermodal film yang dia tonton dan insting, Jeremy membawa Lilia merasakan indahnya surga. Jeremy masih bisa merasakan nikmatnya diremas oleh Lilia. Kehangatan yang melingkupinya, membuat Jeremy lupa daratan.

Jeremy sangat bersemangat, tidak bisa di pungkiri juga kalau saat itu juga pengalaman pertama kali Jeremy merasakannya. Jeremy melakukannya berkalikali dan lupa kalau itu juga pengalaman pertama Lilia. Hasilnya bisa di tebak, vagina Lilia bengkak dan memerah.

Sekarang, untuk menyelamatkan kesenangan yang baru di raihnya. Jeremy mencoba memperbaiki kesalahannya dengan memberi sebuah salep.

Namun masalah lain di hadapi Lilia. Salep itu dipakaikan tepat ke vaginanya dan Jeremy ingin dia sendiri yang memakaikan salepnya ke Lilia.

"Diem! Jangan memancingku Lilia" Jeremy menekan keras pinggul Lilia untuk tidak bergerak. Dia sudah berusaha sebaik mungkin menyingkirkan pikiran kotornya sedari tadi, namun Lilia tidak mau berkerja sama.

Wanita itu terus menggerakkan pinggulnya dan mendesah. Seperti mengundangnya untuk masuk dan berpesta pora di dalamnya. 

"Lagian kenapa juga kamu yang ngolesin. Aku bisa sendiri!" Lilia menoleh ke belakang dengan cemberut. Wajahnya memerah menahan malu.

Bagian bawahnya memang berdenyut menyakitkan kalau di pegang dan salep dingin itu sangat menyelamatkannya dari ketidaknyamanan itu. Tapi karna Jeremy yang memakaikanya, perasaan geli, seperti di elus dan diaduk sangat terasa diliang vaginanya.

Pikirannya kembali saat malam tadi. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan penuh diperutnya dan digiling benda besar Jeremy. Lilia mau tidak mau menggoyangkan pinggulnya, entah untuk mengundang atau menyingkirkan perasaan itu.

Sedari awal, Lilia tidak menyetujui saran Jeremy untuk mengoleskan salep di lubangnya. Karna dia tau akhirnya akan seperti ini. Lagipula dia masih malu dengan aktifitas mereka semalam.

Lilia memutuskan untuk menungging dengan wajah di sembunyikan di bantal untuk bisa bersedia di olesi Jeremy. Lilia masih tidak sanggup harus membuka kedua tungkai kakinya lagi di hadapan Jeremy.

Secara berhadaphadapan dengan Jeremy diantara kakinya dan akal sehat yang belum hilang. Lilia tidak sanggup melihat Jeremy kembali memainkan jarinya di vaginanya. 

"Ini untuk kesembuhanmu Lilia. Aku harus memastikan tidak ada yang terlewat. Lagipula aku dokter, aku tau yang terbaik untukmu." Sambil sesekali meniupnya, Jeremy berkata tepat di depan lubang vagina Lilia yang dia buka.

Jeremy membuka sebelah pipi vagina Lilia yang memerah, dan bengkak. Dia melihat dalamnya yang berdenyut kemerahan. Bahkan walau dilihat dari luar, Jeremy seperti bisa merasakan denyutan menyakitkannya.

Oneshot! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang