"AAAAA YA TUHAN GUE MAU MATI SUMPAH!"
"HAHAHA INI SERU BANGET, JAMET!"
"HAHAHA LEON SINI KITA MAIN BARENG!"
Dari banyaknya manusia yang menjadi penghuni Taman Poci Kencana, ada satu manusia yang berhasil menarik perhatian semua orang.
Venus.
Wanita hamil itu dengan tidak tau malunya bermain di mangkuk putar. Berputar putar dan berteriak sedari tadi tidak membuatnya lelah bahkan dia merasa senang.
Dengan duduk dan berpegangan erat pada besi kecil berbentuk bulat menyerupai kemudi mobil itu, Venus masih saja berputar, tanpa menyadari tampilannya yang sekarang seperti gembel, dengan rambut yang acak acakan akibat terkena angin putaran.
Kalau kalian mengira itu berputar sendiri kalian salah besar. Di samping mangkuk putar itu ada satu bodyguard yang sibuk memutar mangkuk putar itu. Wajahnya berkeringat akibat terlalu lama bergerak. Bahkan wajahnya yang memerah akibat teriknya sinar matahari tak membuatnya menyudahi kegiatannya, kecuali kalau disuruh nonanya, Venus.
Beberapa bodyguard yang melihat dari jarak jauh sudah pucat pasi saat nona muda mereka turun dari mangkuk putar dengan berjalan sempoyongan layaknya orang mabuk. Bahkan bodyguard yang tadi di memutar mangkuk putar itu juga sudah pucat pasi.
"Hahaha sumpah seru banget"
Mungkin kalau Leon bisa bicara dia akan berteriak, "Mkkb, masa kecil kurang bahagia," tapi itu hanya kata dibalik, mungkin.
Kini Venus berlari kecil menaiki tangga prosotan dan Meluncur dari atas prosotan yang tingginya sekitar 2 meter.
"Wuuuu"
Bruk
Venus jatuh di bak pasir depan prosotan dengan keadaan duduk. Kakinya lemas tak membuatnya lelah atau bahkan menyudahinya.
Dia kembali lagi, menaiki tangga dengan lari kecil, dan mulai merosot dan berkahir di bak pasir dengan jatuh terduduk.
Di luncuran yang ke empat kalinya tepat pas di bak pasir perut Venus keram.
"AW AW AW," suara rintihan Venus membuat puluhan bodyguard mendekat dan mengerubungi Venus.
"Nona, nona, nona tidak apa apa?"
"Goblok banget si, perutku sakit," kata Venus berkaca kaca bahkan tangannya kini berlaih mencengkram lengan bodyguard yang akrab dengan Venus. Ten.
Demi nona nya Ten rela di hukum oleh tuan mudanya. Berkat mentalnya yang kuat dan fisik juga tak kalah kuat. Ten mengangkat Venus dan mendudukkan di bawah pohon tepatnya di tempat Venus duduk awal tadi.
"Kakinya di luruskan nona," intrupsi Ten membuat Venus segera meluruskan kakinya. Sondoran sebotol air mineral membuat Venus segera meraihnya dan meminumnya hingga tandas.
Bulir keringat membasahi dahi Venus membuat Ten buru buru mengusapnya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.
Sepoi angin menerpa wajah Venus membuat gerah yang di deritanya berkurang dan itu berasal dari bodyguard yang sedari tadi berjongkok di sampingnya yang mengipasi muka Venus dengan kertas entah dapatkannya dari mana.
"Perutku masih kram," kata Venus berkaca kaca. Hal itu sontak membuat seluruh bodyguard saling menatap satu sama lain.
Bahkan sudah ada yang pucat pasi. Bagaimana kalau mereka menyentuh nonamudanya lebih dan berkahir mati di tangan tuannya. Mengingat tuannya sangat sangat possessive.
"Nona, mari kita ke dokter, untuk periksa," ajak Joni yang diangguki bodyguard yang mengelilingi Venus.
Lantas Venus menggeleng. "Engga aku masih mau disini. Kalian pergi aja aku mau sama Leon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Reynand 2 (SELESAI)
Ficção Geral[KELANJUTAN CERITA POSSESSIVE REYNAND] Cup "Mas suami gak boleh marah sama mbak istri," kata Venus diiringi kekehan. Membuat sudut bibir Rey terangkat sedikit. Kata-katanya pliss. *** Ini tentang Venus, si wanita kesayangan Rey. Dan ini juga tentang...