"Mari nona ikuti instruksi saya. Tarik nafas...tahan jangan di buang nanti mubazir. Eh astagfirullah..."
Plak
"Maaf dok, jangan berjanda. Ini urusan nyawa!"
"Ah maaf, kita ulangi lagi. Tarik nafas nona ayo mengejang."
"Akhhh huh huh huh"
Keringat dingin mulai berlomba-lomba membasahi pelipis seorang wanita yang tengah berbaring di brankar Rumah Sakit Kereta Kencana lantai 3 itu, membuat tubuhnya basah karena keringat. Gengaman tangan yang tidak pernah di lepas sejak 3 jam yang lalu. Raut wajah yang pucat tidak membuatnya menyerah begitu saja. Ya ia harus berjuang.
"Ya nona lagi, sebenar lagi. Kepalanya sudah terlihat"
"Tetap buka mata nona, ayo sekali lagi mengejang...
"AKHHH JAEHYUN SUAMI GUEEHH...
Owek...owek...owek...
Suara tangis bayi merah yang baru saja lahir membuat seorang wanita itu menangis haru. Ia sudah benar benar menjadi wanita. Ia sudah berhasil melahirkan anaknya dengan selamat dan ia sudah menjadi ibu. Ibu muda.
"Selamat tuan, nona bayinya laki-laki dan sehat"
"Dia tampan sus, seperti ayahnya!"
Planetia Venus Scarletta. Mulai detik ini ia sudah resmi menjadi sosok ibu. Dan Reynand Orlando Xavier sudah resmi menjadi seorang ayah.
"Akhh...dok..perut saya sa-sakit!"
Sosok suster yang baru saja selesai menjahit jalan bayi yang lahir tadi tersentak kaget. Begitupun dengan Rey yang berdiri di sampingnya, kaget, khawatir dan takut menjadi satu.
"M-mas sa-sakit!" Rintih Venus memjamkan matanya guna mengurangi rasa sakit yang ada di perutnya, tepatnya di rahimnya.
Hati Rey teriris, untuk pertama kalinya Venus menangis di depannya karena kesakitan bukan karena kebahagiaan. Kalau tau melahirkan sesakit ini Rey tidak akan menanam benih di rahim Venus.
"Maaf tuan, saya harus mengatakan kabar ini, tumor yang di derita nona sudah di stadium akhir. Dan untungnya nona sudah melahirkan anaknya dengan normal. Kita harus segera tindak lanjuti kalau tidak itu akan sangat berbahaya, kalau tidak segera kita tangani bisa berakibat kematian," kata dokter itu dengan sendu. Matanya menatap Venus yang kesakita dan sedang di tangani suster.
"Langsung tindak lanjuti dok," jawab Rey tidak sabaran.
"Satu satunya yang bisa di lakukan hanyalah oprasi angkat rahim"
"O-oprasi," gumam Venus yang masih bisa di dengar Rey. Rey mendekati Venus mengusap dahinya dengan penuh kasih sayang dan mengecupnya pelan.
"Kita oprasi ya, semua demi kebaikan kamu, aku dan semuanya!"
Operasi angkat rahim? Kalau rahimnya di angkat berarti dia besok tidak bisa punya anak lagi?
"Aku besok gak bisa punya anak lagi, mas?" Tatapan mata Venus sendu menatap perutnya yang sudah datar kembali. Dengan terpaksa Rey mengangguk.
"Aku enggak mau?" Venus menggeleng ribut. Ia sekarang sedang di landa kekhawatiran. Ia besok sudah tidak punya keturunan. Ia sudah tidak bisa memberikan Rey keturunan lagi. Dan Rey besok akan berpaling darinya karena dia wanita yang cacat. Kalau seperti itu ia tidak mau. Ia rela bersama Rey walaupun kesakitan, daripada berpisah dari Rey tapi ia juga kesakitan. Seenggaknya kalau ia bersama Rey ia kesakitan masih bisa meminta tolongnya. Kalau berpisah?
Tanpa disadari air matanya keluar dengan sendirinya. Rey yang melihat itu langsung menghapus air mata Venus dengan kedua jempolnya.
"Hey hey, jangan menangis. Aku akan menerima kamu apa adanya. Walaupun kamu sudah tidak bisa mengasih aku keturunan, tapi aku masih sama. Mencintai. Menjagamu hingga rambut kita memutih bahkan hingga ajal kita menjemput."

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Reynand 2 (SELESAI)
Ficción General[KELANJUTAN CERITA POSSESSIVE REYNAND] Cup "Mas suami gak boleh marah sama mbak istri," kata Venus diiringi kekehan. Membuat sudut bibir Rey terangkat sedikit. Kata-katanya pliss. *** Ini tentang Venus, si wanita kesayangan Rey. Dan ini juga tentang...