"Daddy, aku hari ini mau jalan jalan ke taman Poci, sendiri ya!"
"Jangan sendiri, ajak Mbak Ani aja kalau engga biar di kawal sama bodyguard!"
"Apaan si orang cuma jalan juga, kan ga bakal celaka"
"Kita ga ada yang tau, sayang!"
"Tapi jarak jauh oke, sebelum aku panggil engga boleh mendekati!"
Walaupun berat menerimanya Rey tetap mengangguk demi menyenangkan sang istri, Venus.
Hari masih pagi buta membuat sepasang pengantin muda itu enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Nyaman. Lebih nyaman dari apapun itu.
Masih dalam balutan selimut Venus bergumam, "Aku pengen somay," itu gumanan Venus yang di dengar Rey.
"Jangan yang pakai bumbu kacang oke," Venus mengangguk lalu berkata. "Tapi nanti pas di taman boleh kan?"
"Iya boleh, ayo mandi udah mau jam 7 Daddy harus ke kantor ada kunjungan lahan hari ini"
Rasa malas itu kian membuncah saat Rey sudah beranjak dan menghilang dari balik pintu kamar mandi. Terlalu malas berbaur dengan air di pagi hari.
Selain karena terpaksa, Venus juga sadar diri, sekarang dirinya bukan remaja abg yang bisa bermalas malasan dengan kasur dan hanya rebahan saja. Sekarang statusnya sudah berubah menjadi istri orang. Menjalankan kewajiban menjadi seorang istri itu hal wajib, seperti sekarang.
Sedang merapikan tempat tidur di lanjut dengan menyiapkan pakaian Rey untuk ke kantor, nanti. Walaupun tidak mewah bahkan hanya di bilang biasa saja, kemeja biru laut dan celana bahan hitam terkahir dasi panjang yang berwarna silver menjadi pelengkap Rey nanti.
Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Rey yang usai mandi. Dengan balutan handuk sebatas pinggang serta handuk kecil yang ada di tengah Rey guna mengeringkan rambut yang basah itu.
Tatapan Venus tidak lepas dari pemandangan di depannya. Rey dengan tubuh atletis membuat Venus enggan mengalihkan pandangan.
Dengan berjalan mantap, Venus menghampiri Rey yang masih saja berdiri di dekat pintu kamar mandi asik mengusap rambutnya dengan handuk kecil dan belum menyadari kehadiran Venus tepat di depannya.
"Eh?"
Rey kaget saat sepasang tangan mungil memeluk pinggang tanpa balutan apapun itu. Dadanya juga hangat akibat kulit telanjangnya bersentuhan langsung dengan kulit berisi Venus.
"Kenapa, hmm?" Rey melilit pinggang Venus dengan kedua tangannya. Handuknya di biarkan di atas kepalanya. Matanya menatap Venus yang asyik menghirup dalam-dalam dada bidangnya.
"Emm, Daddy terlalu seksi kalau gini. Aku ga suka, gimana kalau ada yang liat selain aku? Aku ga mau berbagi ya," kata Venus yang menyentuh bahkan meraba perut sixpack Rey dan terkahir mengigit pentilnya.
"Aww iya iya, Daddy ga gini lagi. Daddy telanjang cuma di depan kamu aja ko engga lebih." Rey menjawil hidung mancung Venus membuatnya menggerut tidak suka.
"Udah ah, aku mau buat susu. Daddy mau kopi?" Venus melepaskan pelukannya beralih mengikat rambutnya asal asalan dan sialnya itu membuat leher jenjangnya terekspos jelas.
Daster anak rumahan dan rambut yang sengaja di Cepol tinggi-tinggi membuat beberapa helai rambut menjuntai kebawah, di pagi hari itu adalah...aiss tidak bisa di jabarkan dengan kata-kata. Yang terpenting itu tidak baik untuk pandangan laki-laki apalagi Rey.
"Jangan ikat rambutnya! Daddy ga mau leher mulusmu di lihat banyak orang, sekalipun itu hanya pembantu," sambil berkata Rey menarik gelang karet di kepangan Venus dan membuangnya asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Reynand 2 (SELESAI)
General Fiction[KELANJUTAN CERITA POSSESSIVE REYNAND] Cup "Mas suami gak boleh marah sama mbak istri," kata Venus diiringi kekehan. Membuat sudut bibir Rey terangkat sedikit. Kata-katanya pliss. *** Ini tentang Venus, si wanita kesayangan Rey. Dan ini juga tentang...