37. Dia, mati

1.2K 75 0
                                    

Isak tangis memenuhi sebuah mansion yang berada di pinggir kota itu. Mansion yang di dominasi warna putih gading dan berlantai 3 itu.

Awan hitam yang pekat memgumpal menjadi satu di langit yang terang itu. Kencangnya angin membuat hawa menjadi mencekam, seolah tengah mendukung suasana yang tengah dirasakan penghuni mansion itu.

Rintikan air hujan yang turung membasahi bumi diiringi gemuruh petir membuat Isak tangis kian menjadi keras diiringi perkataan yang pilu.

"Kamu, kamu tega ninggalin mommy, hmm?"

"Bahkan kemari baru lihat, eh paginya udah enggak ada"

Katanya dengan pilu, masih ada Isak tangis yang mengiringi perkataannya. Matanya sudah sembam, hidungnya sudah memerah dan air matanya sudah habis karena menangis sejak 4 jam yang lalu.

Seorang yang duduk di dekatnya mendegus malas, tangannya merangkul pundaknya lalu berkata...

"Sayang, udah dong jangan nangis lagi. Nanti kamu capek dan malah banyak pikiran"

"Aku merasa kehilangan banget"

"Udah ih jangan sok iye, boo mati. Yang mati boo bukan suamimu yang ganteng ini!"

Plak

"Mulutnya minta di cipok apa gimana? Hah?!"

"Mau dong," tantangannya dengan suara genit.

"Huek," katanya menirukan orang yang muntah karena mual. Iya dia mual karena melihat wajah suaminya yang sangat menyakitkan matanya.

"Sayang, cintaku, cantikku, istrinya Mas Reynand sultan. Jangan nangis lagi oke! Masih ada Minten dan juga Leon yang selalu siap sama mommy nya," di raihnya pipi chubby istri Reynand dengan kedua tangannya.

Cup

Cup

Cup

Tiga kecupan bertubi tubi jatuh di kelopak mata istri Reynand yang sembam itu membuat istri Reynand memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan benda kenyal yang mendarat di wajahnya itu.

"Tapikan boo selalu di hati Venus, mas," rengekannya membuat Rey dengan segera meraih tubuh Venus ke dalam pelukannya.

"Boo udah tenang di sana, jangan nangis dong. Masa mommy debayy nangis? Gak kasian sama debayy apa?"

Atensi Venus langsung teralihkan ke perut buncitnya. Dengan pelan ia mengelusnya.

"Debayy jangan ikutan nangis kayak mommy ya," gumamnya lirih dan masih bisa di dengan oleh Rey. Ingat seluruh indra kepunyaannya Rey itu tajem.

Boo.

Satu hewan peliharaan Mommy Venus yang sudah meninggalkan Mommy, Daddy, Abang Leon, dan adik Minten. Tepat di hari Minggu pagi pukul 09.30, Boo telah pulang ke Rahmatullah.

Boo pergi meninggalkan duka dan lara bagi Venus. Lebay.

Begini awal mula Boo ketahuan mati.

Minggu pagi adalah rutinitas Venus mengurus hewan peliharaannya, setelah mengurusi suami manjanya. Leon dan Minten adalah tanggung jawabnya Venus sejak itu, masa kehamilan. Katanya keinginan debayy.

Setelah selesai memandikan Minten dan Leon, Venus langsung memberikan mereka makan dan menungui hingga makanan itu habis di lahap kedua hewan itu. Tinggal Boo yang belum ia masih makan dan di mandikan.

Ia pergi ke penthouses belakang rumah. Alias rumah para asisten rumahnya. Di rumah Ten. Masih ingat bahwa Boo ada di rumah Ten?

Venus memasuki rumah Ten dan langsung mencari dimana letak kandang Boo. Venus menemukannya, di pojok ruang utama. Boo tengah tidur, pikir Venus.

Possessive Reynand 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang