Setelah 5 hari ada di rumah sakit karena kandungannya sempat lemah. Kini Venus sudah di perbolehkan pulang. Tapi bukan di rumah Rey tapi di rumah orang tuannya.
Selama ada di rumah sakit, Rey juga tidak henti hentinya menjenguk, tapi ada saja penjaga suruhan Jamal yang melarangnya.
Rey berontak dan pulang dengan membawa wajah lembam. Selalu saja begitu.
Hujan baru saja mengguyur kota pagi dini hari. Pagi ini, Rey bertekad akan mendatangi kediaman Jamal dan menjemput Venus, apapun keadaanya. Sekalipun itu harus sungkem kepada Jamal, Rey rela.
Puing puing selepas hujan menyapa mobil BMW X5 saat keluar dari gerbang yang baru saja di buka. Genangan air masih dimana-mana bahkan sekarang masih gerimis kecil tak membuat Rey membatalkan rencananya. Dia bertekad besar akan menjemput sang istri, Venus.
Mobil itu berhenti di Toko Bunga Sugarline. Toko bunga yang ramai pengunjung, dengan beberapa rangkaian bunga tangan sudah berjejer rapi di depan pintu. Semakin ia masuk semakin ia terlena untuk melihat dan ingin memilikinya. Sama seperti Rey, dia tengah tertarik kepada rangkaian bunga mawar putih yang ada di depannya.
Ia mengambilnya dan menghirup aromanya dengan seksama. Seperti bau-bau cinta tumbuh. Nalurinya mengatakan bahwa nanti saat ia memencet bel rumah Venus dan pintu itu terbuka dan yang membukanya adalah sang istri tercinta, Venus.
🌹⛓️
Dugaan Rey tidak pernah melenceng sedikitpun.
Kini di depannya, berdiri sosok wanita dengan daster rumahan yang nampak pas di tubuh berisiknya, perut buncit yang selalu ada di pikiran Rey. Mata yang menyorot sebuah kerinduan amat mendalam.
"Hai, istri!" Sapa Rey dengan senyum. Dan sialnya itu membuat jantung Venus berdegup lebih kencang dari biasanya.
Senyum itu. Senyum yang selama 1 minggu ini ia rindukan. Senyum yang selalu membuatnya tidak bisa tidur karena selalu terbayang wajah wajah senyum itu. Dan senyum itu berhasil menular kepadanya, buktinya kini dia juga ikut tersenyum.
"Hai juga suami," seakan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu. Venus menyapa balik Rey.
"Dari suami yang handsome," Rey menyerahkan sebuket bunga mawar putih, full semua warna putih. Dan layaknya sedang melamar anak gadis orang lain, dia menekuk satu kakinya hingga bertumpu dengan satu lututnya, jangan lupakan senyum yang berhasil menular itu masih saja terpatri di wajah tampannya.
Venus meraih buket bunga. Senyumnya seketika luntur saat manik matanya melihat siluet sosok pria dewasa yang berjalan kearahnya dengan senyum. Tapi senym itu langsung luntur saat manik mata itu menatap Rey yang sudah berdiri di depannya. Pikiran negatif mulai berkeliaran di otak kecilnya.
Bugh
"Auuuuuu"
"Ngapain lo kesini lagi? Mau bentak-bentak adik gue lagi, huhh," Kekeh pria dewasa itu mengandung sindiran keras. Galaksi. Ya dia Galaksi. Setelah sekian lama bekerja di negara gingseng, kini dia bisa kembali ke negara kelahirannya.
"Sori bang, gue kemarin khilaf!"
"Khilaf?"
Rey mengangguk.
Galaksi bersedakep dada. Sangat songong. "Khilaf kok ampek bikin adek gue masuk RS, gitu khilaf?"
Rey bungkam.
"Mana mau bikin ponakan gue koit lagi. Astaga dragon lucu amat ye definisi khilaf lo."
"Aduh-aduh, anak sama anak mantu kok ribut di depan pintu. Ribut di dalam rumah dong. Biar tetangga ga pada tau apa masalahnya." Rose datang dari dalam menghentikan perdebatan antara Galaksi dan Rey. Matanya menatap sinis kedua laki-laki itu, yang seenak jidat ribut di depan pintu rumahnya. Kan kalau tetangga tau ia bisa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Reynand 2 (SELESAI)
Ficção Geral[KELANJUTAN CERITA POSSESSIVE REYNAND] Cup "Mas suami gak boleh marah sama mbak istri," kata Venus diiringi kekehan. Membuat sudut bibir Rey terangkat sedikit. Kata-katanya pliss. *** Ini tentang Venus, si wanita kesayangan Rey. Dan ini juga tentang...