2.SELAMAT TINGGAL MANIS

703 1 0
                                    

Cuaca di siang ini lumayan terik. Panas matahari membakar kulitku. Hari ini aku pulang sekolah lebih cepat. Biasanya aku pulang jam 14.30, hari ini aku pulang jam 13.00 karena guru di kelasku sedang rapat. Senagnya, karena pulang lebih cepat. Hihi..

Saat aku berjalan pulang, aku mendengar ada suara seekor anak kucing yang terus mengeong seperti mencari ibunya. Aku yang mendengar suara itu segera mencari-cari sumber suaranya. Akhirnya aku menemukannya. Kutemukan anak kucing itu berada di semak-semak. Anak kucingnya sangat lucu! Matanya berwarna kuning cerah bagaikan bola kelereng, ekornya panjang, bulunya berwarna abu-abu dan putih. Di setiap kakinya berbulu putih. Dan di seluruh badannya berwarna abu-abu. Kucing itu menatapku tajam karena sebelumnya tidak pernah menatapku. Begitu juga aku.

Aku mulai memanggil kucing tersebut. “Puss.. puss.. sini..” kataku. Perlahan-Lahan kucing itu mulai mendekat. Aku masih punya makanan sisa di bekalku. Kebetulan daging ayam goreng buatan mama. Aku berikan kepada kucing tersebut. Kucing itu memakan daging tersebut dengan lahapnya. Aku senang melihatnya. Kubelai-belai anak kucing tersebut dan sepertinya kucing itu merasa nyaman di dekatku. “Meong..” anak kucing itu mengeong dengan manisnya. Aku bawa pulang anak kucing tersebut. Aku yakin mama membolehkanku memelihara hewan.

Tidak lama kemudian aku sampai di rumah. Dan langsung mencari mama. “Ma, Tiara pulang” sambil membuka pintu. “Ya sayang, kok pulang cepat?” Tanya mama. “Iya ma, soalnya guru di kelas Tiara mau rapat, jadi pulang cepat,” jawabku. “Oh, ya sudah kamu ganti baju dan makan ya?” Kata mama yang sibuk menyiapkan makanan di meja makan.
“Ma, sebenernya aku nemu kucing ma” “terus?” Tanya mama. “Kayaknya kucingnya ditinggal mamanya, terus kucingnya lucu ma! Ma.. boleh pelihara gak?” Tanyaku. Mama tersenyum “boleh, tapi rawat dengan baik ya” Jawab mama santai. “Beneran ma? Yess!” Aku gembira sekali “Akan kurawat dengan baik ma!”

“Meong..” tiba-tiba anak kucing itu muncul dari belakang tiara. “Kucingnya lucu, namanya siapa?,” tanya mama. Mendengar hal itu aku belum menamainya. Aku bingung juga. “Apa ya ma?” Tanyaku balik. Aku terus berpikir dan aku dapat ide. “Bagaimana kalau namanya Manis ma?” Tanyaku. “Boleh namanya Manis karena dia lucu banget ya?” Kata mama yang mengelus-elus Manis. “Ya sudah, cepat kamu ganti baju dan makan ya” “siip ma!” Jawabku dengan gembira.

Akupun langsung pergi ke kamar lalu segera mengganti baju dan makan. Kulihat Manis juga sedang makan makanan yang diberi mama. Yaitu sepiring kecil ikan asin yang dicampur nasi. Aku tersenyum melihat Manis makan dengan lahap.

Hari demi hari kulewati bersama Manis. Aku mulai memberikannya kalung untuk Manis. Kalung yang kuberi berwarna merah terang dan di tengahnya tergantung sebuah lonceng kecil berwarna emas bila digoyangkan akan mengeluarkan suara “klining” Kupakaikan pada Manis. “Manis terlihat semakin manis” kataku dengan penuh kasih sayang.

Sekarang Manis sudah mulai mengetahui semua tempat tempang di dalam rumahku. Kalau ingin buang kotoran, dia sudah tau tempatnya. Dia biasa buang kotoran di kotak tempat pasir yang sudah kusediakan. Manis kucingnya penurut. Aku panggil dia, dengan cepat dia datang. Setiap aku pulang sekolah, dia selalu menungguku di kamarku. Akupun sering memeluknya. Saat aku tidur Manis suka sekali tidur si sampingku. Manis kucingnya tidak pernah keluar rumah. Karena banyak kucing-kucing nakal dan banyak orang-orang yang tidak dia kenal. Setiap aku pulang sekolah, aku sering mengajaknya bermain. Manis sangat suka bermain. Mainan yang paling dia suka adalah main tali-talian. Kugoyang-goyangkan tali itu dan Manis sangat antusias main tali itu. Dikejar-kejarnya tali itu sampai dapat. Biasanya sehabis beramain Manis tidur-tiduran dan akhirnya dia tertidur juga. Aku suka mengelus-elusnya saat dia tidur. Saat aku sedang belajar, dia suka menemaniku. Biasanya dia duduk di atas meja belajarku. Dia tidak pernah mengganguku belajar. Yang dia lakukan adalah duduk diam. Hanya melihatku menulis, baca buku, atau hanya merapikan bukuku.

Saat aku ingin tidur, Manis ada di sampingku. Akupun menglus-ngelus Manis sembari berkata “Manis, aku sangat menyayangimu. Aku harap kita tidak akan berpisah” kataku dengan penuh harap. “Meong..” Manis mengeong kecil. Suaranya sangat manis, ditambah kedua matanya yang kuning bersinar cerah menatapku. Dan perlahan akupun tertidur lelap bersama kucingku.

Suara adzan shubuh membuat aku terbangun. Kulihat Manis masih tidur dengan lelap. Aku tersenyum melihatnya. Aku pergi keluar kama, segera mandi, lalu mengambil wudhu dan sholat shubuh. Lalu aku membantu mama mencuci piring sebentar, lalu mulai bersiap pergi ke sekolah setelah sarapan.

Saat aku berpamitan kepada mama dan papa, aku mendengar suara lonceng kalung milik Manis. Kulihat Manis berlari kecil menghampiriku. Akupun segera membelainya dengan rasa kasih sayang. “Aku berangkat kesekolah dulu ya” kataku. “Meong..” Manis menjawabya. Akupun beranjak pergi menuju ke sekolah, naik mobil jemputan. Dan aku melambaikan tangan kepada kedua orangtuaku.

Jam 12.50 aku sampai di rumah. Aku kangen dengan mama dan Manis. “Tiara pulang ma!” Teriakku sambil membuaka pintu rumah. “Ya sayang” jawab mama yang ada di dapur sedang masak. Tidak berpikir panjang, aku segera membuka pintu kamarku. “Manis, aku datang!” Gumamku dalam hati. “Cklek” pintupun kubuka dan.. Manis tidak ada di kamarku. “Biasanya Manis selalu menungguku di sini?” Tanyaku. “Mungkin dia ada di dapur” aku berbicara dalam hati. Akupun segera mancari Manis didapur.

Mama yang melihatku terlihat heran “Kamu cari apa Tiara?” tanya mama. “Ma.. Manis di mana ma? Mama liat dia gak??” tanyaku dengan sangat penasaran. “Mama tidak melihat dia disini.. memangnya di kamarmu tidak ada?” Tanya mama. “Tidak ada ma..” jawabku. Aku agak khawatir. Dan aku mencari Manis ke semua ruang. Mulai dari kamar mama dan papa, kolong tempat tidur, gudang, kamar mandi juga (mungkin dia ada di sana), ruang keluarga, dan terakhir di ruang tamu. Tetapi.. aku tidak menemukannya. Aku sangat khawatir.

Tiba-tiba aku melihat seutas tali yan sering aku pakai saat aku bermain dengan si Manis berada di kolong kursi ruang tamu. Akupun menarik tali itu dan.. aku sangat terkejut. Kulihat Manis sudah terbaring kaku dengan lilitan tali yang yang sepertinya dia tidak bisa menyelamatkan dirinya sewaktu ia terlilit tali tersebut. Tidak berpikir panjang, aku segera membuka lilitan tali tersebut. “Manis.. Manis..” panggilku dengan nada yang terbata-bata sambil membelainya berulang ulang. Kupeluk peluk dia, berharap segera bangun. Namun apa daya, dia terlihat sudah tidak bernyawa.

Perlahan-lahan ada sesuatu yang meleleh di mataku rasa sedihku sangat mendalam. Tangisanku pecah sambil memeluk si Manis. Mama yang mendengar tangisanku langsung datang menghampiriku dan langsung bertanya apa yang sedang terjadi. Akupun memberitahu apa yang sedang terjadi. “Ma.. Manis.. Manis mati ma.. Tiara lihat Manis terlilit tali mainan punya dia… Huuu.. huuu” mamapun langsung memelukku dengan erat. Sudah-sudah Tiara, sepertinya manis terlilit tali itu karena ia sedang bermain tali sendirian dan tiba-tiba tali itu melilit tubuh Manis tanpa sepengetahuan kita..” jawab mama yang semakin membuat air mataku semakin deras.

Akhirnya aku dan mama segera mengubur Manis di pekarangan rumah kami. Mama yang mengubur Manis. Aku hanya terdiam lemas melihat Manis yang akan dikubur. Di dalam benakku kita tidak akan bertemu lagi. Dan perlahan-lahan aku menitikkan air mata. Rasanya aku masih ingin bersamanya, dan masih ingin memeluknya.

Rumahku menjadi sepi. Hanya ada kalung dan seutas tali kesayangan milik Manis, juga yang melilit tubuhnya. Sekarang aku tidur hanya sendirian, Manis yang biasanya duduk menemaniku saat belajar sudah tidak ada. Saat aku pulang sekolah dan membuka pintu kamarku, Manis sudah tidak ada. Ngeongannya sangat kurindukan. Matanya yang kuning cerah menatapku masih terbayang di dalam pikiranku. Aku teringat percakapan kita sebelum tidur dan aku mengucapkan aku berharap kita tidak akan terpisahkan. Tuhan tidak menghendaki perkataan itu. Walaupun begitu, mama bilang aku harus tetap bersabar karena semua ini adalah ujian. Aku sangat menyesal mengapa tali itu tidak kusimpan agar tidak mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.

“Manis, maafkan aku karena tidak terlalu memperhatikanmu.. sekarang kamu sudah meninggalkan aku.. selamat tingal Manis, kucingku tersayang.. Love you forever..”

rekomendasi cerita sadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang