My little Angel (2)

4 1 0
                                    

Pintu kamar terbuka dan aku mendapati ayah mertuaku masuk diiringi oleh tujuh Dokter dan dua perawat. Setelah memeriksa sebentar, ayah mertuaku menatap dengan tatapan yang tak percaya.
“kamu wanita hebat nak! Jangankan dirimu.. aku saja tidak kuat menahan sedih saat Agri pergi.. tapi kamu tetap kuat dan berhasil mewujudkan keinginan terkahir Argi. Dengarkan ayah.. apapun yang kamu butuhkan mereka akan di sini.. ayah akan mengurus persiapan acara peringatan kepergian argi.. tenang saja.. kamar ini ayah desain khusus untuk persalinanmu.. malam ini kami semua akan bersamamu… kita akan bahagia.. kita akan selalu bersama.. oke?”
Aku tersenyum dan menggenggam erat tangannya.
“oke”
“baiklah semua.. ayah akan pulang dan mengurus semua acara unntuk malam ini, jika ada perlu, panggilkan saja satpam yang ada di depan. Umi.. kenapa Fakhira kamu berikan coklat… nanti berikan dia vitamin.. saidah dan hafisah juga umi tetap di sini menemani ibu.. juga tante.. hubungi suami kalian untuk menyusul ayah. Oke”
“sip pak boss” lirih anak-anaknya serentak.

Malam harinya, aku termenung menatap langit yang dihiasi bintang. Mataku jauh menerawang awan yang hitam pekat. Sesekali aku tersadar karena menaggapi pertanyaan mama yang menemani Ana dan yunda hafisah yang tetap bersamaku. Namun, sebaik-baik kita menyimpan bangkai pastilah tercium bau busuknya.

“masih memikirikan argi na..” tanya yunda hafisah. Aku tertunduk diam,
“masih basah kenangan itu yunda” lirihku dengan senyum getir. “padahal, kemarin-kemarin kanda masih nelepon dan bilang kalau dia pengen cepet pulang. Dia bilang kalau di kangen sama aku. Dia juga beli baju unntuk anaknya. Tapi… ternyata dia benar-benar pulang”
“reina” bisik yunda hafisah.
“yunda!! Apakah yunda tau bagaimana takutnya reina saat tau bahwa kanda argi benar-benar meninggal? Yunda tau takutnya reina saat kanda”
“sttsst… sudah reina.. meskipun argi sudah pergi, tapi kami masih bersamamu dan Ana. Ayah akan menjamin semuanya untukmu. Semua aset dan kekayaan argi sudah diambil alih oleh ayah. Dengan syarat kamu tetap bersama kami, bersama keluarga besar Mahardika”
“harta bukan segalanya yunda”
“tapi kamu hidup juga dengan harta” bantah yunda hafisah.

Aku terdiam membisu. Mendiamkan semua masalah yang akan terjadi. Demi semuanya, dan juga demi Ana Adelaida Argiova.
Tiga tahun berlalu mengiringi kesendirianku. Namun dengan adanya Ana membuatku tetap berusaha untuk tetap berjuang. Kehancuran hidupku bermula saat mamaku menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah sakit Rusia. Namun aku tidak diizinkan oleh ayah mertuaku untuk terbang ke Rusia lataran saat itu Ana yang berada dipelukan Ibu mertuaku sedang tak enak badan dan ditakutkan adanya radiasi sehingga dapat mengganggu kesehatan. Tapi sebagai anak satu-satunya, aku merasa berdosa dan tetap ingin terbang ke Rusia. Perdebatan dan cekcok pun terjadi antara aku dan ayah mertuaku.
“kamu mau anakmu jatuh sakit, jangan pergi jika kamu memang menghormati ayah sebagai ayah mertuamu! Itu perintah ayah!” bentak ayah mertuaku.
“yah! Perintah yang harus reina patuhi itu adalah perintah Allah dan suami! Itu kewajiban reina yang sesungguhnya. Apa sih salah reina sama ayah! Reina Cuma mau memberikan penghormatan terkahir reina untuk orang yang selama ini sudah melairkan reina, membesarkan dan mendidik reina! Nggak lebih”
“huh! Ayah baru tau bahwa didikan orang Rusia memang berbeda dengan didikan orang Indonesia. Tanpa tatakrama terhadap orang yang lebih tua. Dimana sopan santunmu sebagai lulusan terbaik, Apakah orangtuamu khususnya ayahmu tidak pernah mengajarkan etika?” tanya ayah mertuaku disusul dengan terkejutnya semua orang yang ada di ruangan.
“mas Vandika!!!” bentak ibu mertuaku.
“apalagi Maharani?” tanya ayah mertuaku kesal.
Aku menghela nafas kesal. Mataku yang sedari tadi hanya berkaca-kaca meneteskan airmata kekesalan yang sangat perih!
“iya.. ayah memang benar! Aku memang tidak dididik oleh papa tentang etika dan moral, dan ayah sudah menyadarkanku bagaimana cara beretika dengan baik. Reina sangat berterimakasih atas segala makan dan minum yang telah ayah berikan untukku dan anakku! Jika tidak menghormati ayah adalah ayahnya kanda argi, maka aku akan terbang dan memakamkan jasad ibuku disamping makam ayahku yag sudah meninggal 24 tahun yang lalu”
Aku berlalu dari hadapan ayah mertuaku dan mengambil ana dari ibu metuaku. Tanganku merangkul erat tubuh ana yang panas. Hening terasa saat aku menutup pintu rumah dan menghampiri mobil untuk ke rumah sakit secepatnya.
“kenapa kanda meninggalkan dinda di keluarga yang seperti ini?” lirihku dalam hati.
Aku terus mengutuk keluarga mahardika sembari menyetir. Namun tangisan Ana menyadarkanku arti sebuah kesabaran.
“mama akan berjuang membesarkan kamu sayang.. this is my promise with youre father”
Seminggu sudah berlalu, namun kesehatan Ana belum juga membaik.
“reina… ada baiknya kamu meninggalkan Ana di sini. Pergilah untuk menghibur diri. Aku akan menjaganya… apapun yang terjadi pasti ada baiknya. Kondisi ana sangat kritis, stres dan kondisimu juga membantu kesembuhannya. Namun kamu tetap tidak bisa masuk, ditakutkan adanya virus atau bakteri dalam dirimu yang dapat menghambat pengobatan Ana”
“tidak mungkin aku menghibur diri sedangkan anakku sekarat. Kumohon Yona” lirihku.
Yona yang merupakan teman suamiku mengangguk lemah untuk mengizinkan aku tetap berada di sisi Ana yang memang sudah kritis. Tidak ada yang terdengar dari sosok ana, baik itu keceriaan, tawa maupun tangis, hanya denyut nadinya yang masih terasa. Tubuhnya pucat pasi menandakan begitu menderitanya dia. Namun kata-kata Yona membuatku bertambah sakit.
“dia menderita gagal jantung Reina. Aku tidak mengetahui kenapa hal ini bisa terjadi, seharusnya sedari dulu keluargamu mengetahui hal ini dan mencari donor yang tepat untuk Ana, tapi semuanya sudah terlambat.. Kamu hanya bisa mendampinginya, membelainya dan berdoa semoga ada keajaiban disaat terakhirnya”
“Ana pasti sembuh.. Ana harus sembuh demi mama. Ana harus sembuh nak.. mama belum siap jika Ana pergi” lirihku terbata bata sembari memeluknya yang sedang terbaring. Namun bunyi bip yang panjang membuatku sadar dan langkah mulai berdatangan.

rekomendasi cerita sadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang