Bel sekolah berbunyi menandakan semua siswa dan siswi pulang, Riana mengajak Natasya untuk pulang bersama namun ajakan Riana ditolak dengan perlakuan kasar oleh Natasya. Banyak siswa yang berlalu lalang melihat Natasya dengan tatapan yang sinis.
“Apaan si pada ngeliatin.” Ucap Natasya.
“Natasya kenapa kamu jadi seperti ini ?” Tanya Riana.
“Gapapa, gausah di pikirin aku masih tetap jadi Natasya yang dulu.” Melirik Riana.
“Tapi kenapa kamu tidak mau pulang dengan dengan ku. Sebenarnya aku salah apa dengan kamu ?”
Natasya berfikiran jahat, untuk memanfaatkan Riana membeli barang mewah.
“Hem, sebagai tanda minta maaf ke aku. Riana mau kan beliin laptop keluaran baru buat aku.” Kata Natasya tersenyum licik.
“Baiklah, hayu ikut dengan ku kita belanja bareng.”
Diperjalanan Riana merasa senang akhirnya semua masalah selesai, tapi tidak dengan Natasya yang sangat tidak suka dengan kelakuan Riana. Dulu memang Natasya sangat baik karna ada maunya saja. Nyatanya Riana hanya dimanfaatkan tanpa ia sadari.
Riana dan Natasya sudah ada di depan Mall Matahari. Natasya berhenti melihat dua remaja lelaki yang sangat gagah hingga membuat Natasya terkesima.
“Ganteng banget.” Ucap Natasya tersenyum.
“Yuk masuk kita belanja sekarang sepuasnya.” Kata Riana, dengan menarik tangan Natasya.
“Ish… bentar dulu coba kan jadi ilang, orang lagi liat cowo ganteng ganggu aja.” Melepas tangan Riana.
Disana mereka berdua naik eskalator dengan bergerak naik keatas. Hingga seketika Riana melihat novel yang sangat bagus, dan sempat berbelanja novel remaja. Natasya yang melihat itu sangat membosankan dia tidak suka membaca hanya membeli sebuah kacamata berwarna silver.
Apa yang Natasya sentuh akan di beli oleh Riana dengan kartu ATM milik nya. Riana tidak ingin berdebat bahkan menolak apa yang di minta oleh Natasya.
Mereka berdua kemudian melanjutkan jalan-jalan dengan mencari eskalator untuk kelantai 3 yang dimana adalah tempat elektronik seperti camera, hendphone dan juga laptop.
Sayang nya, Natasya menarik Riana untuk menggunakan lift saja yang lebih cepat agar tidak terlalu lama.Kebetulan pintu lift baru saja terbuka, dan ada empat orang keluar dari dalam lift. Natasya dan Riana masuk, pintu lift tertutup udara terasa pengap, ruangannya sempit tak ada jendela. Kemudian Riana menekan tombol 3, dan lift dengan cepat naik ke atas tempat tujuan.
Natasya yang sedang asik bermain hendphone tidak tahu kalau liftnya sudah berhenti dan Riana keluar pintu lift lebih awal.
Saat menoleh kebelakang Riana melihat Natasya berada di dalam lift hingga seketika pintu lift akan tertutup dengan sendirinya. Langsung sigap Riana masuk dan menarik tangan Natasya hingga dia terkejut dan kaget.
“Aduh, apaan si narik-narik bisa kan pelan sedikit.” Kata Natasya marah-marah.
“Aku hanya membantu mu, lebih baik jangan bermain hendphone. Simpan saja di tas mu Natasya.”
“Iya bawel banget si.”
Riana melihat berbagai macam toko elektronik disana, dan Natasya langsung menghampiri toko yang ada di depannya itu.
“Permisi mba, disini ada laptop keluaran terbaru engga ?” Tanya Natasya.
“Ada ka, sebentar saya ambilkan dulu ya.”
Beberapa menit berlalu, salah satu pegawai toko membawa laptop yang masih tersegel. Hingga Natasya tidak sabar untuk melihat nya.
“Ada nya tinggal ini ya ka.”
“Oke langsung bungkus saja mba.”
“Baik ka ditunggu ya silakan lakukan pembayaran di samping.”
Riana seperti orang yang terhipnotis pikiran nya selalu menuruti apa yang Natasya katakan. Hingga Riana membayarkan semua barang belanjaan Natasya. totalnya sekitar 8juta. Baginya itu tidak ada apa-apa dibandingkan harus kehilangan sosok sahabat seperti Natasya yang tidak tau diri.
Seperti biasa Riana selalu mengantarkan Natasya pulang kerumah di perjalanan menuju pintu keluar mall, Natasya memeluk Riana dengan senyuman yang licik.
“Terimakasih Riana kamu memang sahabat aku yang baik.” Ucap Natasya memeluk Riana.
“Ngeliat kamu kayak begini aku ikut senang.” Jawab Riana membalas pelukan dari Natasya.
Riana menelpon supir pribadi untuk menjemput di sebuah mall, mereka menunggu di kafe memesan secangkir minuman. Penantian hingga 1 jam lebih akhirnya sopir pribadi Riana pun datang, Natasya yang tidak sabar ingin mengoperasikan laptop barunya. Sehingga menabrak seseorang dari arah yang berlawanan.
“Gapunya mata ya ?” Tanya Natasya kasar.
“Ekh iya maaf mba saya salah. Mba ada yang terluka ?” Jawab lelaki berada di depannya itu.
Natasya yang mencoba menatap matanya hingga membuat jatuh hati dan terkesima.
“Hehehe, engga ko kenalin nama aku Natasya.” Menyalurkan tanya pada nya.
“Herdi.” Tersenyum manis.
“Natasya kamu ga kenapa-kenapa kan ?” Kata Riana dengan wajah yang penuh mengkhawatirkan.
“Santai aja aku gapapa, udah duluan aja masuk ke mobil aku masih ada urusan dulu.” Ucap Natasya.
Riana meninggalkan Natasya dengan sosok lelaki yang sama sekali tidak kenal, hati Riana sangatgelisah takut terjadi apa-apa. Hingga membuka kaca mobil untuk melihat apa yang mereka bicarakan. Dari kejauhan Natasya kemudian menghampiri mobil yang di tumpangi oleh Riana dengan rawut wajah yang ceria.
“Tumben sahabat aku ini langsung berubah jadi ceria gini.”
“Iya dong, karna aku dapetin nomor WhatsApp nya dia.”
“Hati-hati dalam memilih lelaki, nanti keulang seperti yang dulu lagi.”
Natasya tidak merespon apa yang di bicarakan oleh Riana, seketika ia langsung chat lelaki yang baru saja kenal. Hingga di perjalanan Natasya seperti orang gila yang tersenyum dengan hendphone yang ia mainkan.
“Non sudah sampai.” Kata supir.
“Ekhh, iya pak.” Ucap Riana terbangun.
Riana menoleh ke arah Natasya, untuk menyuruh nya turun. Natasya yang tidak sadar sudah sampai rumahnya memarahi Riana untuk tidak mengganggunya.
“Natasya, kamu tidak mau pulang kerumah.”
“Maulah, lagian belum sampai juga kan ganggu saja.”
Riana yang merasa kesal, langsung keluar dari mobil dan membuka pintu mobil seraya menarik tangan Natasya.
“Aduhh, bisa sabaran ga si Riana.”
“Kamu dari tadi fokus ke hendphone, dan tidak menghargai aku bicara.”
“Iya, cerewet banget si.”
Natasya memasuki rumah tanpa mengucapkan terimakasih kepada Riana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA KISAH BERSAMA TARUNA
Teen FictionAku mengenalnya, di sebuah tempat minuman klasik pada hari Minggu. Aku masih ingat betul suasana di sana, dan semesta mempertemukanku denganmu. Dia sangat gagah memakai baju seragam PDH. Rey begitu nama yang terpasang didada kanannya. Andaikan dia b...