9. Hari Terindah

77 15 0
                                    

Setelah pulang sekolah Riana sibuk memilih baju yang ia kenakan, untuk bertemu dengan Rey. Beberapa jam lamanya Riana langsung pergi bersama supir pribadi nya ke tempat pertama kali Riana dan Rey bertemu.

Namun Natasya dirumah, sudah punya rencana baru yang membuat pertemuan mereka gagal. Natasya yang sekarang bisa melakukan apa saja demi mendapatkan Rey.

Diperjalanan supir pribadi Riana meminta izin untuk mengisi bensin terlebih dahulu karna memang dari kemarin sudah habis.

“Non, isi bensin dulu ya deket dari sini ke pom.”

“Iya pak.”

Sesampainya di pom bensin Riana sangat terkejut melihat beberapa orang mengantri untuk membeli bensin, ini akan memakan waktu yang cukup lama. Riana takut Rey menunggu disana sendirian.

Tapi sayang Natasya sudah lebih awal datang kesana untuk menemui Rey, rencana pertama berjalan lancar. Hingga ia menemukan Rey yang sedang duduk sendirian memakai baju pesiarnya. Tanpa pikir panjang Natasya langsung mendekati sosok lelaki yang ia sukai.

“Hai Rey.” Ucap Natasya.

Rey yang terkejut mendengar suara itu langsung bergegas ingin pergi karna dia tidak ingin salah paham dengan Herdi, iya Rey ketempat itu tidak sendirian namun di temani oleh Herdi yang sedang memesan sebuah makanan.

“Kamu kenapa ?” Ucap Natasya duduk di depan Rey tanpa ada perintah sedikit pun untuk duduk.

Rey yang sangat cuek tidak menghiraukan ucapan Natasya.

“Kamu jutek banget si, seharusnya kalau sama perempuan jangan begitu dong.”

“Ada apa kamu menghampiri ku ?”

“Aku hanya ingin lebih dekat dengan mu.”

Rey merasakan ke anehan dekat dengan Natasya, hatinya sangat tidak nyaman.

Prengg!!!...
Suara gelas terjatuh, Rey dengan sigap langsung membereskan serpihan kaca beling agar tidak mengenai seseorang. Ini adalah sebuah rencana  Natasya yang berjalan lancar.

“Jangan biarkan aku saja yang membereskan nya Rey.” Ucap Natasya.

“Biar aku saja lebih baik kamu jangan.” Jawab Rey.

“Aduh…” Ucap Natasya melihat jari tangan nya terluka.

Rey langsung memakaikan sapu tangan miliknya untuk meredakan luka yang Natasya alami.

“Sini biar ku obati, sudah ku bilang kamu jangan ikutan jadi kayak gini kan.”

“Maaf aku tidak tau.”
Natasya yang tersenyum senang melihat tingkah Rey sangat peduli kepadanya. Hingga Natasya melihat Riana dari kejauhan yang sedang mencari Rey di setiap tempat. Ini benar kesempatan yang cocok untuk membuat Riana menangis melihat kejadian ini.

“Udah selesai, jangan lepas dulu sebelum lukanya sembuh ya.”

“Iya terimakasih.”

Riana yang terkejut melihat Natasya dengan Rey yang sedang berbincang. Hatinya begitu sakit, mengapa harus terjadi seperti ini ?.

“Ekhh Riana sini, tadi Rey habis mengobati luka ku.” Ucap Natasya seraya melirik wajah Rey.

Rey yang melihat wajah Riana terkesan cemburu dan menundukkan kepalanya.

Mereka bertiga duduk di tempat yang sama bahkan Rey sudah menyuruh Natasya untuk pindah tempat tetepi dia tetap kekeh ingin bersama nya.

“Aku ingin membahas masalah kemarin.” Kata Riana.

“Gimana apakah kamu sudah punya jawaban untuk ku ?” Jawab Rey penasaran.

Natasya merasa dirinya di cuekin dan tidak diajak ngobrol hingga ia merusak kebahagiaan Riana untuk berbincang dengan Rey.

“Rey… Aku haus mau minum.” Ucap Natasya manja.

Seseorang dari arah belakang memberi minuman secara tiba-tiba, hingga Natasya terkejut saat nengok kebelakang.

“Herdi ?” Ucap Natasya terkejut.

“Haus kan ? ni aku bawakan minum untuk mu.” Jawab Herdi dengan muka yang kecewa.

“Ko kamu bisa disini si ?”

“Seharusnya aku yang tanya kamu, kenapa bisa kesini ?”

“Aku… “
Natasya merasa kebingungan rencana nya tidak boleh gagal karna ia tidak ingin hal ini terjadi sampai akhir nya terlintas kebohongan.

“Aku menemani Riana menemui Rey dia mengajak ku kesini jadi aku nurut saja.” Ucap Natasya tersenyum.

Riana spontan melirik Natasya dengan muka yang sangat kebingungan apa yang ia katakan sama sekali tidak benar.

“Herdi, ajak Natasya jalan-jalan ketempat yang lain barang kali dia bosan disini.” Ucap Rey seraya memberi isyarat pada Herdi.

Natasya dan Herdi akhirnya bisa mengobrol berdua di tempat yang berbeda dan Rey bisa lebih akrab dengan Riana.

“Jadi gimana, apakah kamu sudah punya jawaban untuk ku ?” Ucap Rey menatap mata Riana.

“Aku nerima kamu.” Jawab Riana tanpa basa basi karna ia tidak ingin pertemuan ini sia-sia.

“Serius ?”

Riana hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Rey benar-benar senang saat perempuan yang ia sukai tidak menolaknya melainkan menerima dengan apa adanya.

“Tadi tangan Natasya kenapa?” Ucap Riana kebingungan.

“Dia, terluka kena pecahan gelas kaca yang tersenggol oleh tangannya. Tapi kamu jangan merasa cemburu ya.” Jawab Rey jujur.

“Engga ko, aku hanya bertanya saja.”

“Nanti aku antarkan pulang ya.” Ucap Rey.

“Engga usah terimakasih.” Jawab Riana menolaknya.

Rey tetap saja ingin mengantarkan pulang karna tidak ingin Riana terjadi sesuatu dijalan. Memang sudah seharusnya lelaki melindungi perempuan nya.

Sudah dua jam lamanya Herdi dengan Natasya jalan-jalan ketempat pembelanjaan makanan, Herdi yang sangat sederhana selalu memakai kaos hitam dengan sendal biasa, membuat Natasya sangat tidak nyaman berjalan ber’iringan dengannya.

“Kamu mau beli apa ? Nanti ku belikan untuk mu.” Ucap Herdi.

“Tidak, aku ingin pulang saja.” Jawab Natasya.

Herdi tanpa basa basi langsung menuruti kemauan Natasya dan mengantarkan pulang.

Namun di perjalanan Herdi berhenti sejenak untuk mengangkat telepon dari seniornya.

“2 jam lagi kumpul disini segera.”

“Siap senior.”

Natasya yang dari tadi menguping pembicaraan Herdi dengan seseorang terkejut.

“Siapa tadi ?” Tanya Natasya.

“Teman aku ngajak reoni.” Jawab Herdi berbohong.

“Teman ? Ko aku dengar ada kata seniornya ya.”

“Kamu salah dengar kali.” 

“Sudah lah lupakan antarkan aku pulang ya karna hari ini aku sangat lelah.”

“Sebentar kita turun pakai eskalator saja ya, karna ada sesuatu yang mau kuberikan untuk mu.”

Natasya hanya menganggukkan kepala dan saat dilantai pertama ia diajak ke sebuah tempat dimana Herdi sudah menyiapkan kejutan untuknya.

“Apa ini ?” Tanya Natasya.

“Bawa pulang ya, aku belikan untuk kamu.” Jawab Herdi.

ADA KISAH BERSAMA TARUNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang