Hujan yang sedari tadi bertamu ke bumi belum menunjukkan tanda redanya, tiba-tiba saja perasaan itu datang ditemani dinginnya angin malam. Perasaan yang membuat Riana tak ingin melakukan apapun selain menikmati Diary miliknya. Malam ini tentu saja tak mengagetkan Riana karena hampir setiap malam selalu dihampirinya, entah sekedar menyapa atau mungkin punya maksud lain.
26-12-2021
Aku mengenalnya, di sebuah tempat minuman klasik pada hari Minggu. Aku masih ingat betul suasana di sana. Dan semesta mempertemukanku denganmu. Dia sangat gagah memakai baju seragam PDH. Rey begitu nama yang terpasang didada kanannya. Andaikan dia bisa baca pikiran ku, aku sangat menyayanginya.Seketika Riana menoleh ke samping melihat jam digital di pojok meja belajar menandakan pukul 21.00wib, dan bergegas untuk tidur karna besok sudah mulai sekolah seperti biasa nya.
“Non, saatnya berangkat sekolah. Sarapan pagi sudah siap di meja makan ya non.”
Mentari pagi bersinar cerah hari ini menyilaukan mata Riana seakan memaksa untuk bangun dan melakukan aktivitas seperti biasa.
“Iya bi, selesai mandi nanti aku kesana.” Riana dengan malas dan segera beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi.
Setelah semua perlengkapan dan juga alat tulis selesai dimasukan ke tas, Riana bergegas keruang makan untuk menikmati masakan pagi hari.
“Bi, mama sama papa kapan pulang ya ?”
“Bibi kurang tahu non.”
“Soalnya di telpon juga enggak diangkat, aku takut kenapa napa disana bi.”
“Jangan berfikiran seperti itu non, tidak baik kita doain saja semoga tidak terjadi apa-apa.”
“Aku berangkat dulu ya bi.”
“Hati-hati dijalan non.”
Setiap hari Riana berangkat ke sekolah jam 06.00 wib, mungkin terlalu pagi untuk pergi dari rumah ke sekolah. Tetapi inilah yang biasa Riana lakukan, Riana meminta pak supir untuk mencari jalan yang tidak macet agar tidak terjadi keterlambatan sekolah.
Di sekolah semua tampak sama saja seperti yang kemarin, Riana ingin sekali berangkat ke sekolah bersama Natasya dan juga bercanda ria dikelas namun sekarang ia sudah berubah.
Beberapa menit kemudian Natasya datang, semua orang memandangi Natasya dengan tatapan membenci. Seolah Natasya ini adalah hama yang harus secepatnya dibasmi.
Hal hal seperti ini sudah terjadi kepada Natasya sejak seminggu yang lalu dan sepertinya hal ini telah merekat erat di dalam diri nya. Natasya tidak menghiraukan ucapan yang di lontarkan oleh semua kelas, termasuk Riana yang selalu membela disaat Natasya sedang di bully.“Riana, kamu jangan ngebela dia gapantes orang sebaik kamu di manfaatin doang.”
“Iya betul tuh, kalau aku jadi kamu ogah banget punya sahabat deket seperti dia.”
Semua kelas tiba tiba saja melempari Natasya dengan secarik kertas, entah apa maksudnya.
“Teman-teman STOP!!!” Teriakan Riana membuat se-isi kelas berhenti dan diam sejenak.
Riana menghampiri Natasya dan memeluknya, namun respon Natasya berkata lain dia mendorong Riana hingga terjatuh, dan hampir mengenai meja.
“Brukkk…” Melihat Riana jatuh, semua kelas menolongnya untuk bangun.
“Kamu gausah ngebela aku Riana, dari awal aku ga suka sama sikap kamu.” Ucap Natasya dengan mata yang sinis.
Mendengar perkataan itu menyakitkan hingga Riana berusaha untuk tidak menangis walau sebenarnya Riana ingin, Riana selalu berharap semua akan berakhir.
Seorang guru datang dengan membawa sebuah absen siswa, hingga semua kelas kembali duduk dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Tetapi tidak dengan Natasya yang selalu bermain hendphone di atas meja sembari ditutupi buku cetak.
Riana ingin sekali mendekati Natasya dan meminta maaf walaupun dia yang salah, tetapi Riana tidak ingin berdebat bahkan kehilangan sosok sahabat yang dari dulu ia kenal.
Riana sosok perempuan yang tidak pernah memendam perasaan buruk kepada seseorang, bahkan saat kejadian itu terjadi, Riana berusaha untuk melupakan walaupun hatinya sangat sakit atas perkataan yang dia lontarkan kepada Riana.
Tak terasa saat pelajaran selesai bel pulang sekolah berbunyi dan semua siswa bergerombongan menuju pintu gerbang sekolah.
“Natasya, tunggu dulu.” Ucap Riana, menahan tangan natasya.
Natasya yang melihat tangannya di sentuh oleh Riana langsung melepas.
“Ada apa ?”
“Hayo, pulang bersama ku nanti ku antarkan pulang sampai rumah. Oiya kamu masih ingat tidak, setelah pulang sekolah kita ketempat biasa untuk mencari asrama cowok yang kutemui.”
“Hem, ngapain si gausah aku juga lagi malas.”
Tanpa pikir panjang Natasya meninggalkan kelas dan meninggalkan Riana seorang diri disana.
Suara pesan dari Instagram berbunyi hendphone Riana bergetar.
• Riana nanti kita ketemuan di tempat biasa pertama kali ketemu.
•Ini siapa ya ?
•Aku Rey, apa kamu tidak ingat ?
Riana terkejut membaca pesan dari sosok lelaki yang gagah itu, namun Riana tidak membalas pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA KISAH BERSAMA TARUNA
Teen FictionAku mengenalnya, di sebuah tempat minuman klasik pada hari Minggu. Aku masih ingat betul suasana di sana, dan semesta mempertemukanku denganmu. Dia sangat gagah memakai baju seragam PDH. Rey begitu nama yang terpasang didada kanannya. Andaikan dia b...