Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam tubuh Riana, ia begitu menikmati belaian hangat sang mentari. Tak terlihat wajah kelemahan terpancar dari Riana karna kejadian kemarin malam.
Riana tetap menjalankan semua aktivitas nya dengan penuh ikhlas, hingga suatu ketika ada yang mengetuk pintu dari ruang tamu.
"Tok... Tok... Tok.."
"Biar bibi saja yang buka non." Ucap pembantu Riana.
"Engga usah, bibi lanjutin saja buat sarapan pagi ini." Jawab Riana.
Riana makin penasaran dengan hal di balik pintu itu sebenernya siapa dia, saat Riana berusaha untuk membuka terkejut bukan main apa yang ia lihat benar-benar sangat tidak disangka kedua orang tuanya pulang membawa beberapa oleh-oleh dan hadiah untuk Riana.
"Sayang, anak mama sudah besar tambah cantik." Pelukan sang mama sangat erat membuat Riana tidak sanggup menahan air mata.
"Mama, Riana kangen kenapa kalian berdua sangat lama pulangnya."
"Maaffin mama dan papa yang selalu sibuk dengan pekerjaan." Ucap ayah Riana seraya menghapus air mata yang terjatuh di pipi Riana.
"Ayo kita makan bareng Riana kangen banget disuapin sama kalian berdua."
Dimeja makan Riana merasa bahagia kedatangan kedua orang tuanya sudah sekian lama Riana selalu sendirian tanpa ada belaian dari orang tuanya. Riana berharap kepada sang pencipta untuk tidak membuat papa dan mamanya sibuk dengan pekerjaan apalagi tidak memperhatikan Riana sedikit pun, karna ia ingin sekali seperti anak lain pada umumnya selalu di beri kasih sayang bukan sekedar materi saja.
Waktu menunjukkan pukul 06:30 waktunya Riana untuk bergegas kesekolah dengan meminta izin kepada orang tuanya agar di perlancar dalam pembelajaran disekolah, seperti biasanya Riana selalu di antar oleh supir pribadi nya ketempat tujuan dengan selamat.
Natasya yang dari awal sudah datang ke kelas dan sengaja berpura-pura baik di depan Riana dan menyapa nya dengan hangat.
"Halo Riana." Ucap Natasya tersenyum.
Riana hanya menganggukkan kepala dan tidak ingin membuat keributan dalam kelas.
Natasya melihat Riana sangat heran dan selalu bertanya mengapa Riana tidak memancarkan kecemburuan nya saat terjadi masalah kemarin malam.
Semua isi kepala Natasya selalu bermunculan ide-ide cemerlang untuk membuat Riana sangat benci dengan Rey."Riana kamu kenapa ? Kita kekantin yuk." Ucap Natasya dengan merayu Riana agar mau mengobrol dengannya.
Riana masih tetap tidak ingin angkat bicara dan hanya menggelengkan kepalanya menunjukkan kalau ia tidak ingin pergi ke kantin.
Tanpa basa basi natasya memperlihatkan foto dirinya dengan Rey, saat ia belum memasuki pendidikan.
Riana sangat terkejut apa maksud nya ini, mengapa Rey mempermainkan perasaan Riana.
"Kaget ya ?" Tanya Natasya dengan tertawa licik.
"Apa kalian berdua pacaran ? Mengapa kamu drama di depan aku dan membohongi ku seperti ini Natasya ?"
Riana hanya bisa menangis kecewa semua perasaan nya hancur."Aku sama Rey memang sudah lama menjalin kasih bersama.
kamu yang jadi perempuan pinter sedikit lah jangan mau di bodohin dengan para lelaki." Gertak Natasya kesel dan mendorong bahu Riana.Membuat seisi kelas semakin menjengkam dua gadis yang dulunya sangat harmonis kini pupus hilang sudah seperti debu yang di tiup angin.
"Engga aku sama sekali tidak akan percaya dengan perkataan kamu. Semua perkataan kamu bohong kan Natasya ? Jangan bercanda seperti ini."
Tanya Riana dengan meneteskan air mata yang tak henti-hentinya."Kalau kamu tidak percaya bisa langsung tanyakan pada Rey." Jawab Natasya.
Riana hanya pasrah membuat pikiran dan hatinya tidak tenang bahkan saat pembelajaran berlangsung ia sama sekali tidak memperhatikan apa yang guru terangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA KISAH BERSAMA TARUNA
Teen FictionAku mengenalnya, di sebuah tempat minuman klasik pada hari Minggu. Aku masih ingat betul suasana di sana, dan semesta mempertemukanku denganmu. Dia sangat gagah memakai baju seragam PDH. Rey begitu nama yang terpasang didada kanannya. Andaikan dia b...