Bab 17: Kecewa yang Memupuk

6 5 0
                                    

***
Hello fwenz!
Bellova update lagi nih.
Happy reading!
**

“Sedikit demi sedikit, lama kelamaan menjadi bukit.” Kata-kata pepatah yang membuat Bellova mengatupkan bibirnya dengan rasa kekecewaan yang memupuk karena masih belum leluasa mengekspresikan dirinya.

Ia berjalan sembari melamun, lalu langsung membelokkan tubuhnya ke kamarnya. Langkah terlihat sangat lamban, memikirkan segala hal yang tak seharusnya dipikirkan olehnya. Membuka kamarnya dengan perlahan hingga derit pintu itu terdengar memekikkan telinga karena bergeseran dengan ubin lantai.

Namun, ada hal yang memecah rasa sunyi, dan penyesalan itu. Seorang pria paruh baya itu ternyata sedari tadi memandang Bellova yang berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah perlahan, dan penuh penyeselan tersebut. Akhirnya ia memilih memanggil Bellova, putrinya.

“Papaaa!” seru Bellova dengan begitu semangat, ia langsung menebarkan pelukan lebar, dan melompat menuju Kael. Memeluknya dengan erat.

“Kamu kenapa, Lov?” tanya Kael tampak cemas sekaligus perhatian. “Lov-lov, gak bisa tidur?” tanyanya menambahkan perkataannya sebelumnya.

Bellova mendangak, lalu mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyuman. Papanya sangat mengerti keadaan hatinya yang tengah gundah saat ini. Sumpah, hal itu lebih dari kata bahagia untuk di deskripsikan.

Kael menggendong Bellova ala bride style kemudian mengajak masuk ke kamarnya. Disana, ia melihat Shakina yang sudah ikut terbangun dari tidurnya yang cukup terlelap sembari mengusap matanya.

“Ih, Papa ngangetin aja,” ujar Bellova memukul-mukul kecil sedikit dada Kael.

“Biarin, yang penting Lov-lov seneng,” sahut Kael memandang lekat Bellova kemudian memeletkan lidahnya.

“Kan, Lov-lov berat, Pa. Nanti kalau punggung Papa encok gimana, Pa?” tanya Bellova dengan nada meledek, wajahnya tampak sangat mengesalkan.

Kael berdecih pelan, memalingkan pandangannya yang telah memberenggut kesal setelah mendengar ledekan dari Bellova. “Cih, enak aja omongannya, Lov. Kamu pikir Papa udah setua Tok Dalang atau gimana?” bantah Kael merasa tak terima. Ternyata bukan cewek aja yang sensitif kalau bahas umur, tetapi Kael juga. Lelaki paruh baya itu memang sangat menolak tua.

Kael menurunkan Bellova tempat berdekatan pada ranjang dimana Shakina berada. Membuat Bellova yang melihat kekesalan Kael langsung berlari memeluk Shakina dengan eratnya kemudian memeletkan lidah karena tak mungkin Papanya berani-berani dengan Mamanya.

“Mamaa … Papa nakal!” adu Bellova memeluk erat Shakina.

“Ih, Bellova tukang ngadu, deh! Kita kemusuhan dulu, deh.” Kael merajuk. Ia tak mau terang-terangan kalah dengan Bellova semudah itu. Wajahnya memasam dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

**
“Lov-lov, malam-malam kesini mau apa?” tanya Shakina menatap lekat Bellova kemudian menguraikan beberapa helai rambut ikal gadis tersebut.

“Lov-lov mau cerita masalah tadi, boleh?” tanya Bellova menimpali pertanyaan Shakina.

“Boleh dong, apa yang gak boleh untuk Lov-lov, anak Mama yang paling cantik.” Shakina tersenyum, ditambah dirinya melihat Kael yang meringkuk di pinggir ranjang karena kalah debat oleh Bellova. Lelaki itu tampak mengambek.

“Eh, anak Papa juga ya,” timpal Kael yang masih membelakangi mereka berdua.

“Udahan napa Bi ngambeknya,” rayu Shakina menggeleng-gelengkan kepalanya heran karena melihat suaminya benar-benar seperti anak kecil.

“Bellova tuh mainnya curang banget, pake cheat,” ujar Kael menunjuk Bellova menggunakkan salah satu tangannya. Tampangnya seperti anak SD yang sedang lapor kepada ibu gurunya.

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang