Bab 3: Waktu yang Usang

26 13 25
                                    

Warning: gambar hanyalah ilustrasi semata

Happy reading 😊😊

**

Sebuah jam dinding usang di dinding rumah sakit tampak beberapa kali berdentung, Bellova beberapa kali mencoba mengahlihkan pandangannya pada ubin-ubin putih, jam dinding, dan ponselnya untuk menyembunyikan asa khawatirnya. Tubuhnya ikut melemas melihat Shakina masih terbaring pada bankar, ia mengigit bibirnya diikuti dengan tubuhnya yang membungkuk.

Mereka sudah menanti beberapa lama sejak bankar Shakina dipindahkan pada ruangan rawat inap, akhirnya saat Bellova melihat sedikit gerakan jari Shakina membuat matanya membelalak, dan dengan sigap beranjak dari tempat duduknya.

Mata Shakina tampak susah terbuka, perempuan paruh baya itu akhirnya sadar, perlahan wajahnya tampak membaik, dan sepucat tadi.

Bellova dan Kael tampak semringah, mereka langsung mengambil langkah besar menuju Shakina.

“Maa, Lov-lov khawatir tau,” ucap Bellova memanggut, gadis itu langsung menyandankan kepalanya di pundak Shakina manja. Tiada hari tanpa manja, itulah motto Bellova.

“Anak gadis Mama memang paling pengertian, bangga deh, lahirin anak secantik, semanis, dan semanja ini,” sahut Shakina membanggakan Bellova, tetapi saat putrinya dipuji, raut wajah Kael tampak merenggut, sepertinya ia cemburu dengan putrinya sendiri.

“Jadi, gak bangga, nih, punya suami se-perfect ini,” sindir Kael melirik Shakina sekilas dengan tatapan bangga, lalu menepuk dadanya yang six pack itu. Antara six pack atau triple pack, sih, masih misterius.

“Dih, Papa ini ya! Udah tua, masih aja manjanya kayak bocil, Mama punya aku!” seru Bellova ikut merenggut, tatapannya tampak tajam, bibirnya memanyun, dan langsung sigap memeluk tubuh Mamanya.

“Biarin udah tua, yang penting tetep ganteng! Lagian yang lebih lama sama Mama kan, Papa! Udah tahta tertinggi, nih di hati Mamamu,” ledek Kael, memeletkan lidahnya, merolling matanya, dan menurunkan ujung bibirnya.

“Aihh, ga seru, deh! Mainnya curang!” Bellova mendengkus kesal, bibirnya makin memanyun ke depan. Ia merajuk, wajahnya tampak masam.

Shakina menggeleng heran sambil tersenyum. Memang melihat Kael dan Bellova yang merebutkannya membuatnya merasa spesial sekaligus moodbooster baginya.

 Memang melihat Kael dan Bellova yang merebutkannya membuatnya merasa spesial sekaligus moodbooster baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Udah-udah, kalian ini bikin gemes aja, deh.” Shakina berusaha melerai perdebatan di antara keduanya, Papa dan anak itu sudah saling menatap dengan sorot mata tajam.

**
Pemulihan tubuh Shakina terbilang cepat, perempaun paruh baya itu kini sudah keluar dari ruang rawat inap dengan senyuman manisnya. Senyuman yang sama seperti senyuman Bellova yang selalu menampakkan lesung pipitnya.

Kamar yang tak terlalu besar, dan memiliki penghubung ke kamar sebelah membuat Bellova berlari-larian dari kamar orang tuanya menuju kamarnya. “Asikk!! Kamarnya gede banget,” seru Bellova kegirangan, sudah berkali-kali ia mengitari kamar itu di setiap sisinya, ia seperti pengembara saat ini.

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang