Bab 12: Bucin Gak Modal

11 6 0
                                    

**
Hey All!
Author lagi ngejar update so tungguin ya updatean kisah Bellova selanjutnya!
happy reading all!
***

Lirikan tajam serta licik tertuju pada Della yang sudah memohon, Bellova tak mungkin dengan mudah memberikan jawabannya dengan cuma-cuma. Apalagi dengan rayuan gombal dari Della yang selalu gagal karena ekspresinya yang kurang mendalami. Mangkanya belajar lo sono dulu dari suhu, biar gombalannya bisa mengocek hati.

“Aih, jahat pisan kamu tuh,” ucap Della memberenggut kesal.

“Biarin ….” Bellova memeletkan lidah, lalu memasangkan wireless headset ke telinganya mengisi jam kosong, dirinya sudah mengerjakan tugasnya sehingga dirinya bisa bersantai-santai.

Kesal, tak digubris oleh Bellova. Della langsung melepaskan paksa headset dari daun telinga Bellova, dan berteriak di telinga. Membuat gadis itu meringis, telinganya terasa sakit setelah mendengarkan suara Della yang benar-benar memekikkan telinga.

“Apaan, sih, Del?” tanya Bellova dengan sorot mata tajam tak suka.

“Gua ulangin lagi, Bellova paling cantik seantero sekolah masa gak mau berbaik hati bagi jawaban, sih?” rayu Della mengedip-ngedipkan matanya, berharap kali ini Bellova kalut dalam ucapan manisnya.

“Lo puji gue kayaknya kalau ada maunya doang, deh,” keluh Bellova bersamaan dengan dipukulnya pelan kepada Della dengan buku catatannya.

“Buset, lo punya dendam pribadi sama gua atau gimana, sih?” cibir Della mendengkus, mengusap-usap kepalanya yang sedikit memanas karena mendapatkan timpukan dari Bellova.

“Bodoamat.” Bellova merolling matanya malas. “Buruan mau foto gak? Kesempatan gak akan datang kedua kalinya,” sambungnya dengan nada dingin, malas berdebat dengan Della yang tat kala bawel dari dirinya.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Della langsung sigap mengambil buku catatan yang disodorkan oleh Bellova, dan memfoto halaman demi halaman dengan jnsangat cepat tanpa aba-aba. Sungguh lihai dirinya kalau disuruh nyalin.

“Makasih, Bellova paling cantik.” Della mengembalikan buku catatan Bellova, wajahnya kembali cengengesan sebelum menghela napasnya, bersiap-siap menyalin seluruh jawaban yang baru saja di fotonya.

Gadis tersebut mulai meregangkan jari-jemarinya, menuliskan seluruh apa yang di fotonya dengan fokus, tanpa mengubris apapun yang di sebelahnya.

Tak membutuhkan waktu lama, dirinya sudah langsung menyelesaikan pekerjaannya. Memang kalau masalah menyalin, Della itu sangat cepat, juara, deh, pokoknya.

“Nah, akhirnya selesai.” Della kembali meregangkan jari-jemari, dan lehernya yang benar-benar berbunyi dengan renyah pertanda sudah kelelahan menulis beberapa lembar tanpa jeda sedikitpun.

“Lo pikir segampang itu?!” sindir Bellova mendelik.

“Yaudah, lo mau apa?” tanya Della pasrah, lebih baik dirinya melakukan hal lain daripada harus memikirkan hal tak penting seperti jejeran angka yang kini sudah berada di depannya.

Membosankan, itu semua lebih dari kata membosankan untuk otaknya memikirkan hal tak penting yang bisa menguras energinya.

Bellova memainkan jarinya, tersenyum licik karena kemauannya diiyakan oleh sahabatnya. “Gua mau lo traktir gua sama Hoshichan bakmie,” ujarnya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Memang, muka Bellova ini kalau sudah ngeselin, bawaannya pengen nampol aja.

Wajah Della memasam tak lama setelahnya, menghela napasnya lebar. Katanya, orang cantik harus sabar, kan. Yaudah, deh. Kali ini disabarin dulu sama Della, gak tahu kalau beberapa menit dia langsung nampol Bellova. “Yaudah deh, dasar bucin gak modal!” ledeknya merolling matanya, gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya, dan melenggang pergi. Tak menggubris, teriakan dari Bellova yang memangilnya.

**
Tentu saja, mereka tak langsung ke kantin setelah keluar dari kelas. Keduanya menghampiri kelas Hoshi karena permintaan dari Bellova yang tak terbantahkan kembali. Sumpah, bucin-bucin gak tau adat ya gini. Bisa-bisanya gak lihat ada yang jadi baygon di belakangnya.

“Hoshii ….” Gadis itu langsung berlari, dan memeluk erat tubuh lelaki jangkung tersebut.

Lelaki itu sempat melamun, tubuhnya sedikit membeku sesaat setelahnya. Membuat gadis tersebut mendangak kebingungan karena pelukannya tak dibalas oleh sang kekasih.

Hoshi tersadar dari lamunannya, kemudian tersenyum begitu tipis. Mungkin orang lain tak dapat melihatnya tersenyum, lelaki itu sangat irit energi, bahkan untuk tersenyum aja, dia udah irit-irit banget. Membalas pelukan dari Bellova setelah mendapatkan tatapan dengan alis tertaut dari gadis tersebut.

“Kamu kenapa?” tanya Bellova tampak curiga.

“Gapapa.” Hoshi terlihat biasa-biasa saja, menatap Bellova dengan tatapan dingin, dan bibir mengatup.

“Ayo ke kantin kalau gitu,” ajak Bellova menarik-narik tubuh jangkungnya.

Lelaki itu hanya mengikuti Bellova, tanpa bersuara. Dia memang irit berbicara, maka dari itu, dia selalu mengurang-ngurangi berbicara tak penting. Bisa dibilang, bisa dihitung jari, ia menggombal pada Bellova.

Della menatap sinis ke arah Hoshi, tak suka sifat dingin Hoshi yang seringkali menurutnya berlebihan. Ia mengerti sudah seharusnya dia tak ikut campur dengan hubungan orang lain, tetapi melihat wajah Hoshi sudah dapat membuatnya mengumpat dalam hati.

Selalu saja Bellova yang berinisiatif untuk melakukan sesuatu, gadis itu menjulurkan tangannya, lalu langsung mentautkan jari-jemarinya dengan Hoshi sepanjang perjalanan menuju kantin.

Jika dahulu mendapatkan senyuman dari Hoshi saja cukup, berbeda dengan sekarang. Bellova akan mencari atensi orang sekitarnya, bahkan murid-murid sepenjuru koridor, bahwa Hoshi adalah kekasihnya. Gadis tersebut, bahkan tak gengsi untuk memeluk, dan lengket dengan Hoshi karena menurutnya, lelaki itu adalah penyemangat jika berada di sekolah.

Bukan hanya di sekolah, tetapi lebih tepatnya lelaki itu selalu membuatnya semangat belajar agar pantas bersanding dengan kepintaran kekasihnya.

**
Sesuai dugaan mereka, kantin sudah ramai oleh para siswa yang ingin mengisi staminanya setelah habis karena mendengarkan ocehan guru yang membosankan.

Stan bakmie kesukaan mereka sudah ramai, banyak mahasiswa berkerumun, mengantri makanan favorit mereka sembari mengobrol-ngobrol singkat bersama teman-temannya.

Melihatnya saja, sudah membuat Bellova benar-benar malas. Seketika tubuhnya terasa lemas, Della yakin semua itu hanyalah tipu licik dari sahabatnya yang sebenarnya malas mengantri, dan malah memilih bucin bersama Hoshi.

Lihat saja, beberapa menit kemudian, dia langsung bergelendot manja pada lengan Hoshi. Walau tak digubris, tetapi gadis itu tak malu-malu untuk menunjukkan rasa sayangnya pada lelaki itu, Bellova tetaplah Bellova yang selalu menebarkan rasa sayangnya tanpa ada yang disembunyikan.

Bibir Della dibuat menggerucut pasrah karena tingkah laku duo bucin yang agaknya gak modal karena bucin pun minta di traktir, Dasar gak modal! Tentu saja, gadis tersebut melakukannya dengan menggerutu gak jelas selama mengantri.

“Ih, dia yang bucin, gua yang disuruh jadi obat nyamuk! Ngeselin, ngeselin, ngeselin!” Della merajuk. Wajahnya tampak masam, dan kakinya tampak dihentakkan guna meluapkan emosinya yang tertahan oleh ulah dua sejoli yang sedang bermesraan.

Antrian tersebut tampak mengular, membuat Della makin malas, dan mengalihkan perhatiannya ke hal lain agar tak berjamur menunggu antrian bak menunggu sembako gratis yang tak ada habis-habisnya. Terus bertambah antriannya setiap Della berusaha menengok ke belakang.

Berkali-kali Della menghembuskan napasnya panjang, berusaha sabar memiliki teman bucin lucknut kayak Bellova. Intinya, harus banyak-banyak sabar lah kalau sama dia.

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang