Bab 19: Mementingkan Ego

6 6 0
                                    

**
Hello all!
Bellova update again.
happy reading ya semuanya!
***

Ketiganya masih berada pada posisi yang sama, yaitu berhadapan, tetapi dengan pandangan yang saling tak mengenakan satu sama lain. Tatapan Bellova tampak tajam, menatap keduanya tak suka karena apa yang baru saja di lihatnya.

“Gua bener-bener minta bantuan sama Hoshi, kok. Gak ada maksud apa-apa?” tutur Fara membela diri, gadis itu tak ingin dirinya di cap sebagai pelakor ataupun PHO (Perusak Hubungan Orangan) sehingga gadis itu tampak terus menjelaskan pada Bellova agar gadis itu tak salah paham dengan kekasihnya.

Mana ada maling ngaku maling, kalau ada nanti penjara penuh dong. Hal itu yang sedang dipikirkan oleh Bellova, bisa-bisanya gadis itu lenggah, dan merasa lemah saat Hoshi tampak jalan beriringan dengan Fara.

Bellova menghembuskan napasnya panjang. “Bisa kali kalau minta tolong itu jaga jarak, lo tau kan kalau Hoshi udah punya pacar. Lagian, kayak gak ada cowok laen yang bisa videografi aja selain pa-car gua,” ucap Bellova melirik tajam ke arah Fara tak suka, dan tak luka menekan kata-kata terakhirnya. Merasa bangga menjadi pacar Hoshi yang notabenenya tampan, dan lumayan di gandrungi oleh kaum hawa di sekolah. Namun, beberapa kaum hawa tersebut biasanya langsung mundur setelah mendapat sikap acuh dari Hoshi, dan mengibarkan bendera putih seketika.

“Bel ….” Suara lembut Hoshi terdengar, pertanda lelaki itu sedang tak ingin melanjutkan perdebatan yang di rasa konyol.

Bellova mendengkus, tetap menatap tajam ke arah Fara sekilas, kemudian berekspresi manja kembali kepada Hoshi. Begitulah Bellova, ia mudah luluh dengan tingkah laku simple kekasihnya yang terkadang membuat orang lain terheran-heran. “Kamu udah makan pagi?” tanya Bellova tersenyum.

Fara tampak menjauhkan diri dari dua sejoli itu, tak ingin memperpanjang masalah lagi. Menatap malas ke arah Bellova yang menurutnya terlalu berlebihan.

Hoshi melirik ke sekitarnya, perdebatan mereka membuat beberapa orang yang sedang sarapan di kantin menatap ke arah mereka. Melirik sedikit demi sedikit sekaligus meluapkan rasa penasaran mereka karena kegaduhan yang sempat terjadi. Lelaki itu menggeleng perlahan, kemudian kembali menatap pada Bellova.

“Yaudah, sarapan sama aku aja, sekarang,” ajak Bellova langsung merengkuh pergelangan tangan kekasihnya.

“Iya, tapi nanti dulu ya,” sahut Hoshi dengan nada dinginnya, kemudian langsung mengusak rambut Bellova hingga sedikit berantakan.

“Kenapa ga sekarang? Kamu mau urusin cewe kegatelan yang perlu di garuk itu?” sindir Bellova melirik Fara. Ia benar-benar cemburu karena gadis itu tak bisa menjaga jarak dengan kekasihnya.

“Sono lo urusin pacar lo dulu, gua males dibilang pelakor,” ujar Fara melenggang pergi disusul dengan Bellova yang memeletkan lidah kesal.

Hoshi mengangguk, ia benar-benar malas menghadapi pacarnya yang akhir-akhir terlalu posesif baginya. Setiap kali ia berbicara dengan lawan jenis, pasti selalu berakhir dengan perdebatan yang dimulai oleh Bellova.

“Bel ….” Wajah datar Hoshi menunjukkan, bahwa lelaki itu sudah dibuat bete pada pagi hari karena perdebatan yang menurutnya sangat tidak penting untuk diperbincangkan.

“Kenapa? Kan aku cuma ngajak kamu duduk bareng, gak suka ya,” cibir Bellova tak suka.

“Gak ada yang bilang gak suka duduk sama kamu,” ujar Hoshi dengan nada dingin.

“Terus?” Bellova memandang Hoshi dengan alis tertaut seolah bertanya apa maksud dari perkataan Hoshi yang terkesan nyolot baginya.

“Kamu balik dulu, gih. Nanti aku susulin, deh,” pinta Hoshi menunduk, menyetarakan tinggi badannya dengan Bellova.

Bellova memberenggut, benar-benar kesal setelah mendengarkan balasan dari Hoshi yang terkesan menyepelekan dirinya. Ia mengangguk-angguk perlahan, menepukkan tangannya membuat lelaki itu merasa tersindir karena perkataannya. “Sekarang atau gak sama sekali,” tegas Bellova, ia tak ingin direndahkan oleh lawan jenis sehingga sesekali ia harus bersikap tegas.

Mereka saling bertatapan, bertukar pikiran tanpa harus mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya. Merasa cukup menunggu, gadis itu sudah malas mengubris lelaki di depannya. Ia memulai perbincangan di antara suasana yang benar-benar menegangkan kemudian memutuskan untuk berbalik ke bangku menghabiskan bubur dengan pasrah.

Tubuhnya berbalik, kembali ke tempat duduk dimana Della sedang terduduk manis menunggui barang-barang Bellova yang langsung ditinggal setelah melihat hal yang membuat emosi gadis itu memuncak. Hatinya terasa memanas, membara sedikit rasa cemburu.

“Napa wajah lo masam amat?” tanya Della sok polos.

“Pake tanya lagi, udah gerah, nih,” sahut Bellova malas, sudah gila apa ya? Gak tahu aturan banget, mana bikin betenya pagi-pagi pula. Dasar gak tahu aturan!

“Buset, lagi mode harimau, nih. Ahhh, takutt!” sindir Della pura-pura ketakutan.

“Tau ah, ayank gak peka terus punya temen minta di lelang aja,” cibir Bellova memanyukan bibirnya.

**
“Hoshi!”

Panggilan bernada berat terdengar berkali-kali memanggil sosok lelaki yang sedari tadi melamunkan sesuatu. Namun, sepasang telinga yang merasa dirinya terpanggil sontak membuat lelaki yang mengenakkan seragam putih abu-abu itu melihat ke arah pemilik suara berasal.

Sorot mata tajamnya langsung mengarah ke sana, membuat lelaki yang memanggilnya seketika mengernyitkan dahinya heran. Pasti ada sesuatu yang janggal baru saja dialami olehnya.

“Hos, diem-diem aje lo, Mikirin apaan, sih?” tanya Deon memakan snack berekstrudat miliknya. Ia benar-benar dibuat bingung oleh aksi sahabatnya pagi ini, kenapa wajahnya tampak masam, dan terus melamun?

“Gapapa.”

“Hah, lo lagi kenapa, sih, Hos? Aneh banget,” timpal Deon ke heranan, kenapa dia tiba-tiba ngelamun mulu? Habis kesambet petir atau gimana tuh anak.

Bukan malah mendapat jawaban, pertanyaan tersebut malah di acuhkan oleh Hoshi. Membuat Deon semakin penasaran, dan curiga dengan keadaan sahabatnya.

Deon makin mendekatkan tubuhnya pada Hoshi, menyentuh bahu kanan lelaki itu hingga membuat lelaki itu buka suara kembali setelah lama berdiam diri dengan Deon. “Lo kenapa ngelamun terus?” tanya Deon dengan wajah penuh tanya, ia benar-benar masih penasaran.

“Gapapa, Yon,” sahut Hoshi dengan nada ditinggikan. Ia sedang gak mood diajak banyak berbincang.

Deon berdecih, merolling matanya malas. “Ck, kayak cewek aja lo, Hos. Jawabnya gapapa mulu, tapi nanti di kamar nangis tersedu-sedu,” kesal Deon.

“Jangan gaje deh, Yon! Mending lo urusin cewek lo yang gak lo tembak-tembak itu,” sinis Hoshi mendengkus kesal.

“Ouh, lo pikirin Bellova ya! Mangkannya masam mulu tuh muka, lemon kalah kecut tau,” ledek Deon setelah merasa berhasil seluruh keresahan Hoshi pagi ini.

Tatapan Hoshi langsung menatap tajam ke arah Deon tak suka, karena tebakan lelaki yang baru saja meledeknya itu benar, taka da melencengnya sedikit pun.

Ia merasa bersalah karena tak sengaja membentak gadis yang disayanginya, tetapi di sisi lain ia juga kesal dengan Bellova yang langsung ambil keputusan sendiri.

Namun, semua pasti ada awalnya. Hoshi lah yang semula bersalah karena mengiyakan permintaan lawan jenis tanpa memberitahu Bellova, dan berakhir dengan kesalahpahaman yang makin membuat hubungan kekasihnya, dan Fara retak.

Pagi ini dilewati mereka berdua dengan saling kemusuhan, tak ada yang mau meminta maaf terlebih dahulu. Mereka sama-sama memegang egonya masing-masong, dan memilih untuk menunggu salah satu dari mereka untuk meminta maaf.

***
Thank you yang udah baca sampe part 19 ini.

Jangan lupa vote dan comment yang kalau kalian suka sama cerita Bellova kali ini

Ditulis dengan dengan 1053 kata

***

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang