Bab 18: Kisah pada Kantin Sekolah

8 5 0
                                    

***
Hello all!
Hari ini kisah Bellova update lagi. So, happy reading all!
***

Pagi-pagi buta, Bellova sudah bersiap-siap pergi menuju sekolah dengan riangnya. Rumah hari ini terasa sepi karena kedua orang tuanya sedang berlibur ke Bali. Ia tak bisa ikut berlibur dikarenakan jadwal sekolah, dan tugasnya yang lumayan padat.

Dengan semangat, ia membasuh tubuhnya guna mengawali harinya dengan tubuh yang bugar, dan segar. Gadis itu malas berkutat dengan wajan, dan minyak goreng hari itu sehingga ia memutuskan untuk berangkat lebih pagi ke sekolah untuk sarapan.

Ia memakaikan lip tint pada bibirnya agar bibirnya tak tampak pucat. Gadis itu benar-benar merindukan kedua orang tuanya walaupun baru dua hari mereka berlibur ke Bali. Rumah tersebut terasa sepi tanpa keberadaan mereka, membuat Bellova benar-benar merindukan, dan susah tertidur beberapa hari terakhir.

Gadis itu sudah memakai seragam putih abu-abunya dengan rapi, tersenyum di depan kaca ketika melihat rambutnya sudah rapi. Membuatnya tersenyum mengawali paginya kali ini.

**
Disinilah Bellova berada pagi ini, sekolah dengan gedung berwarna putih, tiga lantai. Apalagi kalau bukan SMA Cempaka Putih (CePi), sekolah yang bisa terbilang elite, dan memumpuni disbanding sekolah lainnya di daerah sana. Sekolah yang setiap pagi menjadi tujuan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai murid.

Koridor sekolah masih sepi karena jam masih menunjukan pukul enam pagi dimana kebanyakan siswa baru bangun dari tidurnya untuk mempersiapkan diri untuk menjalani aktivitas harian. Jam masuk sekolah pun masih satu jam lagi sehingga gadis itu bisa menikmati makanan di kantin dengan santai.

Hanya ada beberapa orang yang tampak sudah berada di sekolah, tetapi tak ada yang familiar di matanya. Kebanyakan yang sudah berada di sekolah adalah anak-anak yang terlihat bergaya culun, dan membawa beberapa tumpukkan buku yang menutupi tubuhnya. Bellova tuh kadang heran sama orang-orang kayak mereka, dapet motivasi belajar dimana, sih? Rajin banget perasaan.

Kantin masih sepi, bahkan Ibu kantin masih bersantai-santai merapikan makanan pada rak etalase kantin untuk disuguhkan. Bellova menengok ke sekelilingnya, mencari makanan yang menarik untuk dimakannya sekaligus mengisi energinya di pagi ini.

Setelah mengelilingi kantin, pandangannya tertuju pada aroma bubur kantin yang sangat menggoda. Membuat gadis itu langsung memutuskan makan bubur ayam hari ini.

“Bubur ayamnya satu, Bu,” ucap Bellova. Ibu kantin yang semula bersantai, langsung dengan sigap mengambil centong dan mangkuk untuk menyiapkan makanan pesanan pemuda yang berada di depannya.

Selang beberapa menit, bubur ayam yang dipesan oleh Bellova sudah jadi. Melihat bubur ayam tersebut yang tertata dengan rapi, dan aromanya yang mengungah rasa membuat Bellova berkali-kali menelan salivanya, tak tahan dengan godaan tersebut. Ia menyelesaikan transaksi dengan cepat, dan langsung membawanya menuju meja kantin yang masih tampak kosong sehingga ia dengan mudah mendapatkan tempat duduk. Kalau jam istirahat, jangan harap kantin itu banyak tempat duduk kosong! Ada satu tempat duduk aja, udah bangga banget kayak habis dapet rejeki nomplok.

Di tengah Bellova mengonsumsi buburnya dengan santai, dan hikmat, tiba-tiba ada sosok yang menepuk bahunya. Mengalihkan perhatiannya untuk sementara dengan keadaan yang masih penuh makanan. Gadis itu menoleh dengan celingukan, dan alisnya tertaut seketika setelah mengetahui siapa yang menepuk pundaknya. Bellova berdeham dengan sedikit mengangguk, mempersilahkan gadis itu untuk duduk.

Jarang-jarang Della berangkat lebih awal, sepertinya hari ini gadis itu ingin berangkat lebih pagi karena habis disamber petir setelah hujan badai kemarin. Kalau gak mah biasanya jam segini Della pasti masih ngebo.

Selama makan, gadis di depannya tak hentinya berceramah mulai membahas hal penting sampai tak penting, bahkan Hoshi pun menjadi bahan ceramahnya hari ini. Gadis itu tak bisa diam sepertinya.

Sementara itu, Bellova tetap melanjutkan memakan bubur yang berada di depannya, dan mengabaikan celotehan Della selama makan. Ia sudah kebal dengan omelan Della yang selalu membahas keburukan Hoshi. Memang lelaki itu terkesan cuek pada Bellova, dan kadang hal itu membuat Della kesal sendiri melihat sahabatnya dibuat galau karena tingkah laku lelaki menyebalkan itu.

“Lo gak mau minum, Del? Ngomong mulu tanpa jeda kalu gua jadi lo si bakal kayak sumur kekeringan,” tawar Bellova menyodorkan botol minumnya pada Della.

“Eh, eh, eh!” seru Della langsung panik setelah melihat yang baru saja dilihatnya. Hal itu membuatnya heran, bisa-bisanya hal itu terjadi di depan matanya.

“Apaan, sih, Del? Lo kagak mau minum a –“

Pembicaraan Bellova terpotong, melihat Hoshi yang nota benenya sang kekasihnya malah jalan beriringan dengan Farah, anggota klub cheerleader SMA CePi. Bagaimana gadis itu tak kesal? Semalam lelaki itu tak membalas pesannya hingga saat ini, ada rasa sesak di dada membuatnya langsung menghampiri lelaki itu.

Ia segera berdiri, mengambil langkah lebar, dan memisahkan keduanya. Berdiri di sebelah Hoshi, dan mulai bersifat lebih perhatian pada Hoshi dengan maksud membuat gadis yang berada di sebelahnya itu sadar, bahwa lelaki yang tadi berjalan beriringan itu sudah berpunya. Bisa-bisanya sok kegatelan gitu sama cowok orang. Ew … gak banget.

“Kamu ngapain, Bel?” tanya Hoshi menaikkan salah satu alisnya, ia mengerti gadis itu sedang cemburu pada gadis di sebelahnya, tetapi lelaki itu hanya ingin memastikan lagi saja, dan ingin mendengarkan perkataan dari kekasihnya.

“Pake tanya kenapa lagi, harusnya aku yang tanya dong. Kenapa kalian deket-deketan gitu?” sinis Bellova dengan wajah bete.

“Sorry Bel, gua gak maksud apa-apa,” tutur Farah dengan wajah menyesal.

“Dih, buat apa panggil-panggil. Gua deket sama lo aja kagak,” sahut Bellova kesal, ia berharap yang membalasnya itu adalah Hoshi sang kekasihnya, menjelaskan seluruhnya, dan tak mau mendengarkan minta maaf berserta air mata buaya itu.

“Bell!!” bentak Hoshi spontan.

“Apa, Hos? Kamu mau belain dia?” tanya Bellova dengan angkuhnya, wajahnya tak dapat membohongi, bahwa gadis itu sedang merasa kecewa, dan kaget sekaligus.

“Bukan gitu, Bel,” sesal Hoshi, ia baru sadar, bahwa emosinya membuat ia tak sengaja membentak kekasihnya. Sebenarnya ia tak ingin membentak, hanya ingin melerai dua perempuan di depannya yang sedang beradu mulut. Namun, perdebatan mereka seraya tak bisa disela sehingga membuat emosinya seketika mencuat dari mulutnya.

Stop-stop! Kok, kalian malah jadi debat gini, sih,” ujar Farah mencoba melerai keduanya.

“Ya, gara-gara lo. Susah ya, kalau ada orang gak sadar diri macem lo,” sindir Bellova merolling matanya malas. Bisa-bisanya remaja perempuan di depannya melerai padahal dialah yang menyebabkan masalah itu terjadi.

“Tadi gua cuma minta bantuan Hoshi untuk jadi videographer-nya team dance kita, buat perwakilan sekolah untuk lomba,” tutur Farah mencoba tenang.

“Ouh, minta bantuan ya,” sinis Bellova mengangguk-angguk seolah paham, wajahnya terlihat tak mengenakan saat ini.

***
Thank youa all!
Jangan lupa vote, dan comment ya kalau kalian suka sama ceritanya.

Ditulis dengan 1006 kata
***

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang