Bab 10: Canda dan Tawa Hari Pertama

7 5 0
                                    

**
Halo semuanya!
Akhir-akhir ini bakal boom update buat setetes rasa.
So Happy reading semuanya!
**

Pepohonan rindang membuat suasana terasa lebih damai, ditambah semiliar angin sayup-sayup menemani ketenangan di pagi hari itu.

Namun, suasana itu tidak tenang oleh Bellova, dan Della yang kejar-kejaran bagai Tom and Jerry karena Della melenggang pergi terlebih dahulu.
“Awas lo, Del!” teriak Bellova dari kejauhan, lama-kelamaan punggung sahabatnya itu tampak lebih dekat untuk digapainya.

Tentu saja, napasnya sudah berembus tak beraturan karena mengejar Della sampai ke taman sekolah yang ada di lantai satu. Huftt … benar-benar melelahkan.

“Udah ah, Del! Lo bikin gua mandi keringat aja, padahal masih pagi,” cicit Bellova memegang lututnya dengan napasnya yang terenggah-enggah. Berlari benar-benar menguras tenaganya.

“Lo sendiri, sih, yang mulai duluan,” sahut Della dengan santainya, wajahnya pun tampak tak bersalah. Emang kalau orangnya gak pekaan, tuh, susah, Susah nyadarinnya.

Tiba-tiba Bellova mengingat suatu kejadian sebelum perdebatannya dengan Della dimulai, membuat dirinya mengigit bibirnya, dan baru mengingat tujuan utamanya yaitu mengejar Hoshi yang sedang berkumpul bersama teman-temannya.

“Eh, Del! Gua baru inget tadi gua mau panggil Hoshi, kok, malah jadi debat sama lo, sih,” ujar Bellova mengusap-usap dagunya, lalu menggaruk tengkuknya cengengesan.

“Salah sendiri, terkecoh sama gua, lagian ngelihat muka lo bawaannya pengen ngajak gelud aja, Bel,” sahut Della tampak cekikikan, dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Bellova, menghindari timpukan Bellova yang bisa saja langsung mendarat sempurna pada kepalanya.

“Dasar temen lucknut! Bisa-bisa gua punya temen sejenis lo, pengen gua retur, tapi gak bisa masalahnya,” cibir Bellova menirukan gerak bibir Della yang cekikikan.

**
Mereka berjalan beriringan menuju tangga ke kelas Hoshi bersama. Sebenernya Della tuh paling males kalau disuruh ngintilin Bellova buat ketemu si kanebo kaku itu, tapi daripada anak orang dibuat mewek, ya terpaksa di ikutin sama Della.

Tangga tampak makin ramai oleh para siswa yang sudah buru-buru menuju kelas agar bisa bertemu, dan berbincang-bincang dengan kawan mereka di kelas. Kedua remaja perempuan itu sudah terenggah-enggah karena aksi kejar-kejaran mereka tadi sehingga membuat mereka memutuskan untuk naik lift saja.

Pintu lift terbuka, Bellova, dan Della langsung masuk ke lift, tanpa melihat sekelompok remaja laki-laki dengan paras menawan yang masih ada di dalan lift. Mata Della dibuat membulat sempurna melihatnya, membuat gadis itu menarik pergelangan tangan Bellova untuk mundur, dan membeli jalan pada sekelompok pria tampan yang berada pada lift.

Mereka adalah Daniel, dan sekelompok gerombolannya yang tak lain adalah kelompok futsal sekolah SMA Cempaka Putih (CePi) yang sangat menawan dengan kulit eksotisnya yang khas.

“Hai, Bellova,” sapa Daniel memberikan senyum tipisnya ketika melihat Bellova.

“Hai,” balas Bellova memberikan senyuman manis yang menampakan lesung pipitnya.

Della menyikut Bellova, menginjak ujung sepatunya, sekaligus memberikan isyarat mata.

Pandangan Bellova seketika melirik ke arah Della dengan menaikan salah satu alisnya penuh tanya sembari menahan ujung kakinya yang terasa sakit karena diinjak oleh Della.

“Pacar orang,” balas Della dengan Gerakan mulut tanpa suara, mengisyratkan Bellova agar berhenti memberikan senyum manisnya pada Daniel.

Setelah Daniel, dan gerombolannya pergi, Bellova berdecih, menggeleng kepalanya heran. Bagaimana tidak? Bagaimana bisa sahabatnya satu ini mengira dirinya naksir sama lelaki lain? Padahal di hatinya hanya ada dua lelaki yang dicintainya yaitu Kael, dan Hoshi.

Sentilan dari Bellova mendarat sempurna pada dahi Della. “Heh, siapa yang bilang gua mau gebet si Daniel?” cicit Bellova penuh rasa kesal.
“Dih, sapa tau lo mau cari pengganti Hoshi, kan?” sahut Della dengan santai, lalu bersiul santai tanpa rasa bersalah sudah membuat sahabatnya darah tinggi di pagi hari ini.

“Gantengan Hoshi kali daripada Daniel,” jawab Bellova dengan cepat, dan suaranya terdengar sedang tak ingin dibantah.

Bagi Bellova, Hoshi adalah cowok paling sempurna, dan sudah menjadi terbaik versinya. Gak usah deh, pake make over atau styling lainnya aja udah bikin Bellova salah tingkah bayanginnya. Apalagi kalau lelaki itu pake ngikutin OOTD terbaru, aduhh … bisa-bisa Bellova meleleh di tempat.

Tepat ketika pintu lift terbuka, Bellova yang sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari langsung menyerobot keluar melewati beberapa orang dengan lincah, ternyata memiliki tubuh sefleksibel dirinya ada benefitnya juga.

Sangking semangatnya, membuat gadis itu habis tak bisa berhenti, dan menabrak tembok di dekatnya. Untung saja, ada rak di depan kelas IPA membuatnya bisa berbelok dengan sempurna, dan langsung memeluk tubuh Hoshi dari belakang.

Menyambut lelaki yang masih mengobrol dengan beberapa anak kelasnya pada ambang pintu, memangil-mangil Hoshi dengan melompat-lompat. Mengingat Bellova hanya sedagu Hoshi.

“Hoshi … Hoshi Ivander,” panggil Bellova tampak kesal karena tak kunjung mendapatkan atensi dari kekasihnya.

Lelaki itu akhirnya menunduk, menatap gadis tersebut, dan memberikan senyuman tipis hingga kedua matanya menutup sekilas. “Iya, Lov. Ada apa?” tanya Hoshi dengan dahi mengernyit, penasaran denga napa yang membuat kekasihnya itu benar-benar bersemangat hari ini.

Sebenarnya memang kekasihnya itu sangat aktif, bersemangat, dan ceria, tetapi selalu ada hal baru dari gadis itu yang membuat lelaki itu penasaran dengan kisahnya.

“Gimana liburannya, Hos?” tanya Bellova mengigit bibirnya, senyum-senyum sendiri setelah mendapatkan senyuman dari Hoshi.

Hoshi menunduk, mensesjajarkan mulutnya dengan telinga Bellova. “Gak berwarna soalnya gak ada kamu,” bisiknya yang seketika membuat Bellova makin salah tingkah, dan ingin melonjak-lonjak penuh kebahagiaan. Namun, gadis itu berusaha menyimpan kebahagiaan terlebih dahulu, menjaga image di depan sahabat-sahabat kekasihnya.

Merah seperti tomat, analogi yang sangat sesuai untuk mengambarkan warna pipi Bellova karena perkataan gombal Hoshi yang membuatnya salah tingkah. Apalagi ditambah dengan suara lembut lelaki itu yang makin membuat Bellova makinj meleleh. Ah … lelaki itu sangat pintar membuat Bellova salah tingkah, tetapi pintar juga membuat gadis itu kesal hingga termanggut-manggut.

“Ciah, pipi lo kayak tomat busuk, Bel. Jangan-jangan gak pernah dibeliin tomat baru ya sama Hoshi di pasar!” ledek Deon dengan tertawa terbahak-bahak, memegang perutnya.

“Biarin, daripada lo jomblo karatan.” Bellova memeletkan lidah, dan mengeratkan pelukannya pada Hoshi di tengah raut wajahnya yang tampak sangat puas meledek Deon, sahabat Hoshi yang tukang nyinyir, dan suka meledek kemesraan Bellova dengan kekasihnya.

Deon kesal mendapatkan ledekan dari pasangan yang begitu mesra di depannya, ditambah tadi setelah dirinya meledek Bellova, lelaki itu mendapatkan sorot mata tajam tak suka dari Hoshi karena mengusik kekasihnya. Begitulah Hoshi, lelaki itu tingkahnya benar-benar gak bisa di tebak kadang kayak kanebo kaku, kadang jadi kang gombal. Hadeh-hadeh, jadi gak habis pikir, deh.
Della yang berjalan santai dari lift, belum saja sampai ke kelas Hoshi. Membuat Bellova kebingungan, sebenernya sahabatnya tuh jalan atau gimana, sih? Lama banget, bahkan lebih lama daripada siput kawin.

Panjang umur, tak lama setelah raut wajah Bellova tampak kebingungan, Della baru saja masuk sembari mendengarkan playlist spotify, dan berjalan santai tanpa mengubris dengusan kesal dari Bellova.

***
Terimakasih telah membaca kisah Bellova sampai akhir!
Jangan lupa vote, dan comment ya kalau kalian suka!

Ditulis dengan 1044 kata
***

Setetes Rasa [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang