BAB9

159 24 0
                                    

Kini seorang tengah bingung kenapa ada seorang wanita yang menggunakan gaun serba putih begitu juga dengan dirinya, sebenarnya dia berada dimana tempatnya sangat asing dan juga sangat cantik di waktu yang sama, hingga seorang wanita menghampirinya dengan sebuah senyuman yang membuat gadis itu merindukan senyuman yang tidak pernah dia lihat.

"Kamu datang Ra," sapa seorang wanita yang sangat cantik.

"Kamu siapa?" tanya gadis tersebut dengan tatapan bingung yang tidak lain adalah Ara.

"Aku Airin mama kamu," ucap wanita yang kini merentangkan kedua tangan membuat Ara berlari memeluknya

Sungguh dia sangat menginginkan bertemu sang ibu sejak dulu dan kini dirinya berhasil bertemu ibu kandungnya meskipun beda alam, rasanya Ara tidak ingin melepaskan pelukan hangat sang ibu namun takdir berkata lain hingga pelukan pun terlepas.

"Mama telah menitipkanmu dengan Jia Li dia sahabat mama waktu sekolah," ucap Airin membuat Ara mengangguk.

"Mama kenapa tiba-tiba muncul?" tanya Ara bingung.

"Kamu tahu ini saatnya kamu harus memilih antara cinta atau memusnahkannya," ucap Airin membuat Ara bingung.

"Maksudnya ma?" tanya Ara.

"Kamu akan bersama pasanganmu tapi pasanganmu sangat berbeda denganmu maka kamu harus bisa memilihnya," ucap Airin.

"Berbeda kenapa Ma?" tanya Ara yang masih mencerna.

"kamu akan tau semuanya nanti," ucap Airin yang kini pergi meninggalkan Ara yang memanggilnya.

Hingga Ara pun langsung terbangun dari tidurnya bertepatan alarm berbunyi, membuat gadis itu mematikannya alarm tersebut, disaat dirinya ingin kembali tidur gadis itu merasa ada tangan yang sedang memeluk tubuhnya dengan segera Ara menoleh dan terlihatlah seorang lelaki yang wajahnya sangat tenang akan dingin kepada siapa pun kini sedang terlalap lelaki, tersebut orang yang sangat Ara sayangi dari bayi.

"Sudah puas liat wajah tampanku hm?" ucap lelaki dengan serak.

Sungguh menggemaskan lelaki ini membuat siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati padanya, namun tangannya yang masih saja betah memeluk Ara dengan posesif membuat Ara tertawa kecil, dari kecil sifat sifat sang abang tidak pernah hilang bahkan banyak yang mengira jika mereka pacaran.

"Bang Kenta jahil ya kapan datangnya?" tanya Ara.

Kini tangan Ara mengelus rambut sang abang dengan sayang membuat lelaki itu semakin memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya, dengan gemas Ara pun mencium pipi lelaki tersebut 'Takada Kenta' berhasil membuat Ara kuat dalam menghadapi apapun selama ini.

"Tadi malam jam 01:25 wib," jawab Kenta.
Tangan gadis itu mengelus rambut abangnya wajah lelaki itu terlihat sangat lelah ketika tertidur, Ara tahu apa yang abangnya alami memang melelahkan kuliah sekaligus fokus pada perusahaan tidak ada waktu istirahat mau bermain bersama teman, selalu dituntut dan di tekan oleh sang ayah untuk fokus kuliah dan kerja membuat Ara sangat paham betapa melelahkannya hingga dengan iseng Ara pun bernyanyi dan mengelus kening rambut sang abangnya.

"Tidak apa bila diam saja kami sangat mengerti rasa sepi ketika menahan diri...."

"Sejak dulu dari tempat paling dekat kami selalu melihat kerja kerasmu tanpa henti...."

"Terakhir ini saja janganlah sok kuat
Di depan kami kau bisa menangis keras...."

"Lepaskan air mata yang kau tahan dari dalam hati...."

"Letakkanlah beban yang engkau simpan demi masa depan...."

"Jejak langkah yang telah kamu jalani sekarang pun terlihat jelas...."

"Akan menjadi mercusuar terang 'tuk berkah yang mengikuti...."

"Ketika kamu kehilangan arah hidup ketika kamu ditinggalkan oleh cinta...."

"Saat ini kamu cukup memanggil kami dengan suara keras...."

"Di mana pun kamu berada, kami 'kan datang ke sisimu...."

"Abang kalau lelah boleh cerita jangan pernah takut apapun ada aku disini yang akan mengenggam tanganmu, jika ingin menangis boleh sekali karena tidak baik memendam sebuah tangisan karena tangisan bukan bearti menunjukkan sebuah kelemahanmu tapi menguatkan dirimu untuk kembali melangkah kedepan," ucap Ara.

Dan kini dirinya langsung memasuki kamar untuk bersiap-siap menuju sekolah,tanpa Ara sadari Kenta tersenyum dalam diam ternyata adiknya itu sangat perduli padanya meskipun sang ayah terus saja menututnya tanpa sadar Kenta terlelap dalam tidurnya, setelah Ara bersiap dirinya pun mencium kening sang abang lalu menyelimutinya dan berlalu pergi.

Tap tap tap!!

Suara langkah kaki Ara menuruti lantai tangga yang dingin membuat beberapa maid langsung membungkuk membuat gadis itu tersenyum inilah hari-harinya ketika pagi jujur menjadi anak kesayangan sangat melelahkan, setelah tiba di dapur Ara langsung meminum susu yang telah disiapkan oleh sang ayah.

"Pa jangan lagi menuntut bang Kenta untuk menjadi apa yang papa inginkan," ucap Ara setelah selesai minum.

"Dia anak kedua sudah tugasnya," ucap Davion dingin.

"Papa coba sekali saja mantau abang apa dia bahagia apakah ini keinginannya sesekali bawalah dia keluar pa agar papa tau apa yang dia rasakan," bentak Ara yang tidak kalah dingin dari sang ayah.

"Kamu berani membentak papa," bentak Davion balik dan hampir saja tangannya menampar pipi sang anak namun ditahan oleh Jia Li.

"Jangan pernah memukul anak-anakku," ucap Jia Li membuat Davion terdiam.

"Pa tidak ingatkah bang Liam meninggal karena tuntutanmu bang Narendra dan bang Kavin depresi karena dirimu dan apakah sekarang papa mau buat bang Kenta dan bang Gavin menyusul mereka sungguh aku membencimu jika itu terjadi" ucap Ara yang kini menarik tasnya dengan dan berlalu menuju parkiran untuk ke sekolah.

"Kamu lihatkan perbuatanmu akan membuat semua orang membencimu," ucap Jia Li yang kini meninggalkan sang suami yang sedang marah menuju kamarnya.

"Argh!! Kenapa seperti ini!" bentak Davion dengan mecahkan sebuah gelas yang ada ditangannya.

.selamat membaca.

UN1TY|| Sweet Immortals (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang