BAB24

174 41 5
                                    

"Tidak aku tidak akan membunuh Fenly untuk saat ini tapi tidak tau nanti," ucap Ara yang kini melempar kedua barang itu menjauh.

"Tapikan vampire sudah membunuh ibumu Ra," ucap Citra yang tidak habis pikir pada gadis disampingnya.

"Oh ayolah pakai otak kalian jika mereka membunuh ibuku tidak mungkin mereka menemani kita dan melindungi kita hingga detik ini," ucap Ara.

Berhasil membuat para gadis akhirnya bungkam, namun mereka masih tidak putus asa untuk terus membujuk Ara agar segera membunuh Fenly.

"Lebih baik bunuh sekarang dari pada dia yang bunuh kita nanti," ucap Mufida dingin.

"Kita pembasmi vampire jangan karena dia kekasihmu kamu takut membunuhnya," ucap Citra membuat Ara tertawa.

"Kalian lucu sekali membujukku hingga seperti ini untuk membunuh kekasih kalian juga, seketika aku heran apa kalian tidak mencintai mereka?" tanya Ara sarkas.

Perkataan Ara berhasil tepat mengenai jantung mereka, apa yang dikatakan itu sebuah kebenaran kenapa mereka malah berambisi untuk membunuh kekasih mereka, tapi jika mereka mempertahankannya takut jika nantinya berujung mereka lah yang akan mati karena vampire sialan.

Tanpa mereka sadari kini Nindy melempar garam kasar kepada kekasih mereka membuat para lelaki seketika menunjukkan wujud aslinya.

"Astaga matanya merah lebih baik bunuh sekarang deh mereka sangat menyeramkan," ucap Citra.

Kini para gadis sangat terkejut akan wujud asli dari kekasihnya, meski seperti manusia namun mata mereka berwarna merah dan memiliki taring serta jubah yang menutupi tubuh mereka mampu membuat nyali mereka ciut tapi tidak berlaku dengan Ara yang santai melihat kuku-kukunya.

"Mirip Dracula anjir," ucap Mufida astusias.

"Dracula apa anjir?" tanya Citra bingung yang malah ditatap sinis oleh Mufida.

"Aku tidak akan membunuhmu Fen maafkan aku ya," ucap Ara datar.

Kini gadis itu memeluk tubuh Fenly seakan menenangkan lelaki itu sedangkan Fenly sudah menangis dipelukan kekasihnya, membuat mereka tidak habis fikir pada sahabatnya itu kenapa membebaskan para vampire ini.

"Ara lo kan pegang pisau tusuk saja jantungnya,"

"Vampire tidak punya jantung," ucap Fiki membuat mereka terdiam.

"Vampire bergantung pada mate mereka," ucap Farhan datar.

"Tolong lupakan ini biarkan mereka membantu kita karena aku percaya bukan mereka yang telah membunuh ibuku tapi kita di adu domba oleh seseorang," bentak Ara membuat mereka terdiam dan pasrah pada gadis keras kepala.

"Jika kamu tidak membunuh kekasihmu ya sudah kita bisa apa selain menerimanya," ucap Citra kesal.

Dengan segera dirinya berlalu meninggalkan mereka yang saat ini fokus dengan pemikirannya, sedangkan Nindy lagi meminta maaf kepada kekasihnya karena telah melempar garam pada tubuh para lelaki itu, sedangkan Mufida kini memberikan darah yang ada dimeja kepada pacarnya, Fiki masih betah pada pemikirannya hingga Citra datang dengan menyerahkan segelas darah padanya.

"Cit kamu balik lagi," ucap Fiki lirih membuat gadis itu mengangguk antusias.

"Maafkan aku ya tadi terlalu egois ini untukmu," ucap Citra menyerahkan segelas darah.

Membuat Fiki memeluk gadisnya dan menangis dibahu sang gadis, membuat Citra terdiam kaku dalam penyesalan karena membuat kekasihnya terisak seperti ini.

"Lalu bagaimana Ra apakah kita akan kembali?" tanya Farhan membuat senyum Ara terbit.

"Fajri katanya ada yang bisa membuat kalian kembali menjadi manusia?" tanya Ara antusias.

"Ada di Hanggo bunga abadi," ucap Fajri.

"Angelina kamu tau itu dimana?" tanya Ara membuat Angelina mengangguk.

"Untuk sampai kesitu sangat berbahaya kita tidak bisa sembarangan masuk karena banyak racun disana," ucap Angelina membuat senyum para gadis kini luntur.

"Kita pasti akan melindungi kalian," ucap Fajri membuat para lelaki mengangguk.

Dan kini mereka pun pergi menuju Hanggo, namun dipertengahan Citra melihat ada yang bergerak-gerak di semak belukar membuat Citra langsung memanahnya.

"ku kira apaan ternyata hewan," ucap Citra.

"Shut diam! Ada suara orang jalan," ucap Sandy membuat mereka terdiam.

"Keluar kalian!" teriak Fajri.

Hingga beberapa orang kini yang menggunakan pakaian tertutup serta topeng wajah kini keluar membuat mereka mundur selangkah karena terkejut.

"Mereka penjaga hutan yang sudah membunuh teamku," ucap Angelina membuat yang lain tersenyum smirk.

Dengan segera Fenly pun menghajar salah satu mereka dan perkelahian pun terjadi sedangkan para gadis ikut berkelahi namun perut Nindy ditendang oleh salah satu mereka membuat Mufida menusuk yang telah berani menendang Nindy.

"Seru juga ternyata," ucap Mufida yang melihat darah diujung pisau.

"Fiki awas," ucap Citra yang melindungi Fiki berakhir perutnya yang terkena tendangan.

"Cit kamu baik-baik saja kan brengsek lo!" ucap Fiki kini dirinya sedang panik langsung membabibuta tubuh orang yang menendang sang kekasih.

Hingga para musuh kini saling berjatuhan dengan segera Fiki menggendong Citra dari belakang sedangkan Fenly kini di papah oleh Ara karena dada lelaki itu ditendang dan berujung menabrak pohon membuatnya setengah sadar namun dengan segera menghajar sampai akhirnya mati, dan kini mereka pun tiba disebuah taman yang indah membuat mereka sangat kagum.

"Daerahnya dekat dari sini," ucap Angelina membuat Mufida bertepuk tangan.

"Sekarang kita mencari kehidupan kalian agar menjadi manusia normal bukan vampire lagi," ucap Nindy yang masih dirangkul oleh Sandy karena perut kekasihnya terasa sakit akibat ditendang.

"Kak Nin, Citra dan Fenly masih kuat?" tanya Fajri yang diberi tanda oke melalui tangan Fenly sedangkan Nindy dan Citra hanya mengangguk lemah.

Kini mereka pun kembali berjalan memasuki sebuah tempat yang sangat indah hingga akar liar muncul dari balik pohon membuat Mufida reflek teriak Fajri disampingnya langsung terkejut karena teriakan sang kekasih, bagaimana tidak tekejut ketika akar-akar itu bergerak seperti ular membuat para lelaki langsung menebas akar yang berusaha me mendekati mereka hingga mereka pun bisa melewatinya.

Dan kini mereka pun melihat tanah yang sangat aneh membuat Fenly terpaksa harus berfikir.

"Fajri kamu tau 3-2-3 tidak?" tanya Fenly membuat Fajri mengangguk.

"Ini seperti kamu main game dan kamu harus mengikuti caraku ya karena jika salah injak kalian bakal jatuh kebawah," ucap Fajri membuat mereka menegang.


.selamat membaca.

UN1TY|| Sweet Immortals (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang