Bab 02
Jalan Pulang Denganmu***
Angel menghela napasnya, pikirannya melayang kepada kejadian di kelas tadi saat istirahat pertama yang sekarang sedang berlangsung. Isha memindah barangnya menjadi duduk semeja dengan Aeri, membuatnya tidak bisa berkata-kata.
“Gue duduk di sini sampai tamat, Lucas. Lo ngomong, gih, sama dia.”
Gadis menyandang nama belakang Anandra itu tersenyum pahit. Seolah mengerti dengan pikiran Ketua Kelas yang selama ini dianggap tidak pantas mendapatkan gelar tersebut, Angel mengangguk paham dan menyetujui keputusan Isha.
Dia bergerak melewati jalan yang lebih sempit untuk dari samping sisi kelas dan membuka Ruang UKS yang sepi. Ditugaskan mendadak selama istirahat pertama sampai satu mata pelajaran berikutnya, tidak ada alasan selain yang seharusnya bertugas memiliki kegiatan sekolah yang lebih penting.
"Zyan, masih di sini? Masih sakit?" tanya Angel ketika melihat sosok pemuda yang telah berada di sini sejak upacara berlangsung. Biru yang menceritakan semuanya.
"Lo juga ngapain ke sini? Kan, bukan jadwal lo yang jaga," balas laki-laki berpenampilan urakan yang masih rebahan di bed.
Angel duduk di belakang meja kerja UKS yang penuh dengan data-data menumpuk, serta beberapa bungkusan obat yang tidak disimpan kembali ke lemari obat di belakang meja. Gadis itu tahu betul seberapa sibuk mereka saat upacara berlangsung. Sekarang, dia mengumpulkan obat-obatan itu kembali ke tempatnya.
Tanpa melihat pemuda seangkatan beda jurusan itu, dia berkata, "Nggak ada yang ngejagain hari ini. Jadi, aku mengajukan diri."
"Lo benar-benar serius mau jadi dokter, ya?"
Gadis itu langsung mengangguk dengan senyum terbit di wajahnya, sesekali mencatat beberapa jenis obat yang dirasa menipis ke selembar kertas. Dia akan berdiskusi tentang ini kepada divisi perlengkapan PMR nanti.
"Barengan sama bestie lo?" tanya Zyan yang melihat punggung kecil Angel yang mendadak kaku. Namun, berselang dua detik gadis itu kembali bergerak kikuk.
"Arsa maksudmu? Oh, nggak, dia pengennya jadi ilmuwan Fisika."
Pemuda itu langsung menggeleng dan menyela, "Bukan dia, cantik. Itu, loh, si Isha kalau nggak salah. Lo, kan, nempel mulu bareng nih anak. Kemana-mana berdua, bedanya pulang pergi sama Johan."
Anak bungsu Anandra itu menghentikan pergerakan tangannya yang hendak menulis obat sakit perut di kertas. Dia tidak bisa bersuara sebagai jawaban. Nyatanya, dia juga tidak tahu harus menjawab dengan kalimat yang seperti apa tanpa mengumbar sebuah retak dalam pertemanannya dengan gadis yang telah menjauh darinya.
"Lo lagi berantem sama bestie lo satu itu, kan?" tanya Zyan retoris.
Karena, tanpa ditanya, sudah selama seminggu, penduduk sekolah tidak pernah melihat Angel bersama Isha lagi. Angel lebih sering sendirian atau bersama Johan sesekali.
Gadis ceria itu tidak ingin mengatakan apapun dan memerintahkan otaknya untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
"Lo sama dia ... bukan berebut cowo, kan?"Bendahara PMR itu melotot tajam kearah sang lawan bicara. Memangnya, dia sedang menjadi aktris, berebut cowo dengan sahabatnya. Kalaupun benar, Angel akan mengalah dalam diam.
"Nggak, kok. Memang akunya lagi pengen sendirian saja. Lagipula, aku nggak boleh egois jadi teman, Isha juga perlu berteman sama orang lain. Kau masih sakit? Sama Biru sudah dikasih obat, nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Lost Her Smile ✔
Teen FictionPepatah mengatakan seseorang yang paling ceria, ternyata dia menyembunyikan rasa paling sakit diam-diam. Angel Joanne Anandra, si gadis yang bermimpi menjadi neurologist memilih ikut dalam organisasi PMR, berkomitmen untuk mengemban tugas sampai ha...